Home / Romansa / MENANTU PILIHAN MAMA / KETIKA CALON SUAMI ISTRI HARUS BERKENALAN LAGI?

Share

KETIKA CALON SUAMI ISTRI HARUS BERKENALAN LAGI?

last update Huling Na-update: 2025-04-28 00:20:42

Pagi hari.

Kanya tampil maksimal. Kemeja floral yang manis tapi seksi, kulot high-waist warna krem, heels senada, dan rambut digerai elegan. Ia tampak seperti CEO muda yang siap menaklukkan dunia.

Sementara Irvan? Udah nyiapin semuanya. Taksi udah dipesan buat Kanya.

Dan Brian? Gagah, rapi, siap kerja. Tapi jantungnya... belum siap.

Di perusahaan The NHB, Kanya jadi pusat perhatian. Staf-staf bergumam:

“Itu model ya? Cantik banget.”

“Kulitnya glowing parah.”

“Keliatannya humble lagi.”

Kanya masuk ruang meeting bareng Intan. Beberapa staf menyambut, lalu… masuklah Irvan.

Senyum mereka ketemu lagi. Mata mereka saling sapa.

“Halo, Jin Vespa,” bisik Irvan pelan saat mereka berjabat tangan.

Tak lama kemudian...

Pintu terbuka. Brian masuk.

Semua mata tertuju padanya. Tapi Brian? Pandangannya langsung nabrak ke Kanya.

Kanya juga melirik cepat… lalu menunduk. Tangannya otomatis...

ngelurusin kerah bajunya.

Ngelirik kukunya.

Narik napas.

Steve berdiri. “Kenalin, ini Brian. Manager utama project ini.”

Brian mengangguk. “Maaf telat. Saya... hampir lupa bawa file.”

Lalu...

matanya dan mata Kanya bertemu.

Sunyi. Sejenak.

“Kenapa dia yang jadi manajer?”

Kanya bertanya dalam hati. Tapi ia tersenyum... seprofesional mungkin.

Brian pun begitu. Tapi dalam dadanya, perang dimulai gara-gara dikasih senyum sama si seksi pagi gini.

Mereka calon suami istri.

Tapi hari itu…

Mereka harus kenalan…

Sebagai dua orang asing.

•••

“Antara yang Gengsi dan yang Terbakar Dalam Diam”

Suara heels Kanya memantul lembut di lantai marmer perusahaan The NHB. Langkahnya cepat, tapi hati dan pikirannya belum bisa lari dari satu nama: Brian.

Entah kenapa, sejak tadi dia ngerasa pandangan laki-laki itu kayak magnet. Gak nyolot, gak genit, tapi tajam dan panas. Seolah mata Brian adalah versi lain dari mulutnya—lebih jujur dan gak tahu caranya pura-pura.

Dan yang paling ngeselin?

Brian kayak nahan sesuatu.

Sesekali dia ngelirik Kanya. Sekilas, tapi cukup bikin Kanya gak bisa fokus sama presentasi yang baru aja dimulai.

Sementara Irvan duduk di sisi kiri Brian, masih dengan semangat dan senyum yang nyaris kekanakan setiap kali menatap Kanya.

“Cakep banget ya dia,” bisik Irvan pelan ke Brian.

Brian hanya mengangguk singkat.

Tapi saat Kanya membungkuk sedikit untuk mengambil bolpoin yang jatuh dari meja, Brian langsung nelen ludah. Blus tipis bunga-bunga yang dia pakai kebuka sedikit di bagian dada. Bukan vulgar, tapi cukup buat bayangan liar mampir di kepala cowok manapun.

Dan dia? Bukan pengecualian.

Sial.

Dia salah satu cowok itu.

---

Usai meeting, ruangan sedikit kosong. Sebagian staf keluar duluan. Irvan lagi ngobrol bareng Steve dan beberapa staf lain.

Kanya baru aja berdiri dari kursi saat suara bariton itu terdengar rendah di belakangnya.

“Kamu nyaman ya kerja di tempat yang sama sama aku?”

Kanya langsung berbalik.

Brian berdiri di ambang pintu, kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana panjang hitamnya. Dasi dia dilepas, kancing atas terbuka, dan mata tajam itu... nggak kedip.

Kanya meneguk ludah.

“Lah, emangnya kita kerja bareng? Bukannya kamu cuma manager proyek?” jawabnya sinis, walau nada suaranya goyah.

Brian mendekat. Cuma dua langkah. Tapi itu cukup buat Kanya kehilangan jarak amannya.

“Dari sekian banyak orang, kenapa harus kamu?” gumam Brian. Suaranya lirih, tapi berat dan bikin deg-degan.

Kanya mengangkat dagu, menantang, “Harusnya aku yang nanya, Mas. Kenapa kamu nggak bilang kalo kamu kerja di sini?”

“Karena aku pikir... aku bisa pura-pura gak kenal kamu.”

Mereka saling tatap.

Satu detik.

Dua detik.

Lalu Kanya ketawa, sinis.

“Ya udah. Pura-pura terus aja. Toh emang dari awal juga pura-puranya udah jago, Mas.”

Brian menarik napas panjang.

Lalu tangan kanan dia terulur cepat, meraih pergelangan tangan Kanya dan menariknya pelan ke sisi ruangan. Tepat ke belakang partisi kaca, di mana tak seorang pun bisa lihat mereka.

“Mas?!” bisik Kanya yang kaget waktu tau Mas calon suaminya itu narik tangan dia.

Brian mendekat, tapi masih jaga jarak. Tatapannya turun ke bibir Kanya yang seolah-olah bilang minta di cium? wow.

“Kamu tau nggak, betapa nyebelin kamu hari ini?”

Kanya menegakkan tubuhnya, tapi nggak mundur dan malah semakin membuat dirinya mempesona.

“Kenapa? Karena aku cantik dan kamu gak bisa ngelupain itu atau lebih daripada itu?”

“Bukan cuma karena kamu cantik,” bisik Brian.

“Tapi karena kamu tahu gimana caranya bikin cowok kehilangan logika tanpa harus buka baju.”

Darah Kanya mendesir waktu denger bentuk pengakuan jujur dari Mas Manager.

“Mas Brian... bukannya kamu sama...”

“Ya, aku masih sama Sintia,” kata Brian cepat, seperti ingin menegaskan ke dirinya sendiri.

“Tapi anjing banget rasanya harus pura-pura nggak liat kamu.”

Kanya menggigit bibir bawahnya.

“Terus mau kamu apa, Mas?”

Brian nggak jawab. Tangannya sempat bergerak pelan ke dagu Kanya, tapi dia urungkan.

“Udah, kamu pergi sana. Sebelum aku kehilangan akal sehat beneran. dan kita...”

Kanya menahan napas. Lalu perlahan menjauh, tapi sempat berbisik pelan di dekat telinga Brian:

“Sayangnya, Mas... kamu udah kehilangan itu sejak pertama kita saling pandang. aku bisa ngerasain ada hasrat gede banget dari kamu. and I am ready to accept that desire.”

Dan dia pergi, meninggalkan Brian yang terdiam di tempat. Dadanya sesak. Bukan karena marah. Tapi karena… rasa yang terus dia bantah—makin membesar.

"how did she know that i have a lust? ah damn! why? why harus Kanya!“

•••

Pertemuan panas itu bikin Kanya jadi melamun. Di mobil, Kanya nyender di jendela. Matanya kosong.

Ponsel di tangannya bunyi. Nama Irvan muncul dan kirim pesan ke dia.

“Udah free? Aku mau ngajak kamu makan malam. Please bilang iya.”

Kanya senyum tipis. bukan nggak suka, bukan juga nolak. Dia nggak jawab langsung pertanyaan Irvan. semacam nunggu momen mood dia balik lagi.

Hatinya gundah. Karena laki-laki yang harusnya dia benci, justru jadi orang yang terus hadir di pikirannya dan yang dia tungguin pesannya.

Bukan Irvan.

Tapi Brian.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MENANTU PILIHAN MAMA   CIUMAN PAKE KRIM COKLAT

    Kanya langsung menoleh ke belakang dengan wajah kaget, "Eh?" Brian tertawa kecil dan melanjutkan, "Aku nyesel... karena baru tau kamu sekarang. Harusnya dari dulu, waktu kamu masih kecil, aku culik sekalian." "Ya elah mas! Diculik katanya! Emangnya aku ayam kampung bisa diciduk?" Kanya menyikut pelan perut Brian sambil cengengesan. "Kamu bukan ayam, tapi kamu bisa bikin hati aku berkokok tiap hari," sahut Brian masih dengan nada main-main. "Ewh... gombalan tua!" Kanya ngakak, kepalanya makin bersandar ke dada Brian yang hangat. Lalu mendadak serius lagi. "Tapi serius... kita beneran mau nikah?" "Iya, sayang." "Kayak... bukan main-main?" "Nggak ada yang main-main. Kita mulai dari becanda, tapi aku serius sama kamu dari awal aku sadar aku butuh kamu." "Mas..." suara Kanya melembut, "Kalau nanti aku... suka berubah-ubah, kadang seneng, ka

  • MENANTU PILIHAN MAMA   PERTAMA KALINYA MEREKA MANDI BERDUA. TAPI KOK?

    Setelah itu...Brian keluar lagi dari kamar mandi. Rambutnya sedikit basah, tapi napasnya stabil. Dengan pelan, dia dekati Kanya yang masih di dapur, tangannya sibuk ngerapiin toples bumbu—padahal nggak ada satu pun yang berubah posisi.Tanpa satu patah kata, Brian langsung mengangkat tubuh Kanya, membuat Kanya terlonjak kaget."Mas! Eh... tolong... jangan—aaah, aku mau... tapi pelan yaa..." ucap Kanya sambil cekikikan kayak yang panik tapi seneng.Brian ngakak. Goyang-goyang bahunya nahan tawa, "Dasar kamu ya... acting-nya nggak pernah gagal."Sambil masih gendong, dia bawa Kanya ke kamar mandi.•••Di kamar mandi...Tak ada yang bicara. Hanya suara napas mereka dan gemuruh shower yang baru saja ditarik tuasnya oleh Brian. Air mengucur deras ke arah tubuh Kanya, membuat kain yang ia kenakan perlahan menempel lekat ke kulitnya.Brian menatapnya. Matanya dalam, ada gejolak rindu dan hasrat di s

  • MENANTU PILIHAN MAMA   SIDAK APARTEMEN CALON SUAMI!

    Udara sore mengalir pelan menyapu wajah mereka, sementara motor gede Brian melaju tenang di antara lalu lintas kota. Di belakangnya, Kanya melingkarkan kedua lengannya di pinggang Brian, sesekali nyender manja sambil ketawa sendiri.Parfum yang tadi mereka beli, sekarang nangkring elegan di stang motor. Sementara box kue-kue lucu dan roti manis yang baru aja mereka borong? Udah dikirim duluan via Grab Car. Soalnya Kanya bilang:> "Kalau dibawa di motor, yang, nanti kuenya bukan Red Velvet, tapi Red Bubur!"Brian sampai ngakak sepanjang jalan gara-gara itu."Ada-ada aja kamu, ya," ucapnya sambil melirik kaca spion, ngeliat Kanya yang lagi sibuk ngelirik parfum dan nyium-nyium tutupnya."Eh, ini tuh wanginya kayak… kayak kamu deh, mas," celetuk Kanya sambil narik napas dalam-dalam dari parfum itu."Wangi debu motor?""Apaan sih! Wangi cowok yang aku sukaaaa," goda Kanya, makin manja.Mereka pun teru

  • MENANTU PILIHAN MAMA   BAB. 18

    Tak lama, Brian pun menghampiri dirinya. Brian segera duduk mendampingi Kanya dan tentunya tanpa jarak. Brian terlihat segar, seolah demam yang semalam hilang dalam sekejap akibat Kanya yang menjadi obat baginya. Dengan menggunakan celana sebatas lutut dengan kantung kiri dan kanan, serta kaos oblong longgar yang Brian kenaakan, tubuhnya terlihat gagah, bagian bahu bidannya semakin tampak melebar dan kokoh, otot lengan itu pun terlihat tegas, bagian otot paha dan betisnya yang memang sering kali ia latih di tempat kebugaran. "Tadi rame nggak di kantor?" tanya Brian, sembari menunggu Kanya yang hendak menyuapi dirinya dengan kue. "Rame banget, sayang," sahut Kanya yang kemudian menyuapi Brian dengan sepotong kue. "Enak?" tanya Kanya sambil mengunyah dan meminta pendapat Brian mengenai kue pilihannya. Sambil mengunyah dan mengangguk, menandakan jika kue pilihan calon istrinya ini sangat enak. Keduanya menikmati kebersamaan yang indah dengan ditemani kue kue lezat dan minuman m

  • MENANTU PILIHAN MAMA   BAB. 17

    Melihat tawa lepas dan senyum merekah dari Kanya, ada sesuatu yang membuat dada Brian bergemuruh dengan kebahagiaan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Bahkan dibandingkan momen bersama Sintia, apa yang dirasakannya kini sungguh berbeda—luar biasa dan tak terdefinisikan. Dahulu, Brian pernah bersikeras menolak Kanya sebagai pendamping hidupnya, namun kini, di hadapan wanita yang mampu membuat hatinya berdetak tidak karuan, semua penolakan itu seakan terbantahkan. "Untuk pertama kalinya, gue jatuh cinta," gumam Brian sambil matanya tak lepas memandang wajah Kanya yang bercahaya itu. Seluruh dunianya kini terasa lengkap hanya dengan kehadiran seorang Kanya. "Mas, liat deh, aku sengaja pilih kue ini buat aku sama kamu," ucap Kanya yang terlihat sangat bahagia, kala menunjukkan kue pilihannya,pada Brian. "Bentuknya lucu banget, sayang," ucap Brian, menanggapi bentuk dari kue itu. "Aku nggak sabar buat makan kue ini duluan," ucap kanya yang tak berhenti tersenyum. "Kita ma

  • MENANTU PILIHAN MAMA   BAB. 16

    Kanya tersipu malu dan berlari kecil mendekati Brian bak anak kecil saat pulang sekolah. Brian beranjak dari motor nya dan menyambut Kanya dengan pelukan. "Suami..." ucap Kanya sambil mendongak melihat Brian. "Hai, pake helm dulu, istri," ucap Brian, sambil mengenakan helm pada Kanya. "Pak manager takut ketahuan orang ya?" Kanya bertanya sambil tertawa kecil, saat melihat Brian yang masih mengenakan helm. "Iya, nanti kamunya yang kenapa-napa," ucap Brian. "Pacaran boleh kok yang, kata mami Intan," ucap Kanya. "Masalahnya mami Intan kenal sama Sintia, sayang," ucap Brian. "Owh gitu," sahut Kanya. "Pulang atau..." tanya Brian memberikan pilihan. "Pulang kerumah kamu kan, bukan kerumah mama?" tanya Kanya. "Iya, kita kesana," ucap Brian. "Diperkosanya jadi kan, yang?" tanya Kanya yang kembali jahil. "Hahaha... ada aja. Ayo, bisa nggak naiknya?" tanya Brian sambil melihat Kanya yang mungkin kesulitan untuk menaiki motor itu. "Ih nggak sampe, yang..." Sambil melepa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status