Share

Jurus Hakya

"Baiklah, Ibu," jawab Hakya dengan santai sambil bangun dari pembaringannya.

Dari bibir Hakya tersungging senyum yang benar-benar manis, dia tidak bisa melukiskan kebahagiaannya dengan kata-kata ketika dia menyadari kekuatannya saat ini telah kembali.

Dia bahagia telah kembali menjadi seperti Hakya yang dulu.

"Dasar orang gila! Habis pingsan dia malah ketawa-tawa sendiri. Atau jangan-jangan dia beneran sudah menjadi gila?" tanya Nyonya Farah pada dirinya sendiri dengan kebingungan melihat perubahan yang ada pada Hakya.

Hakya berjalan dengan santai menuju toko, seperti biasa tugas Hakya adalah menutup toko dan kemudian membersihkannya, karena mertuanya pasti akan marah kalau setelah beroperasi hari itu toko tidak langsung dibersihkan. Entahlah Apakah itu hanyalah alasan dari Nyonya Farah untuk menyiksa Hakya ataukah memang itu kebiasaan mereka.

"Kamu sudah siuman?" tanya Kanaya saat melihat Hakya yang tiba di toko dan mulai membersihkan semua bagian toko.

"Iya, baru saja," jawab Hakya pelan.

Walaupun menikah sudah hampir dua tahun, namun hubungan keduanya dingin. Mereka hanya berbicara seperlunya.

Dan satu hal yang Hakya tahu, Kanaya begitu perhatian kepadanya.

Hakya melirik sekilas ke arah Kanaya yang saat itu sedang menghitung pendapatan yang mereka dapatkan. Memang secara operasional toko sudah ditutup, tidak menerima lagi pelanggan, tapi tugas Kanaya di bagian kasir tetap berlanjut untuk menghitung pendapatan harian dari toko mereka.

Pun begitu dengan Hakya yang harus membersihkan semua debu dan sampah di toko tersebut, dan menyusun kembali barang-barang yang dibuat berantakan oleh pelanggan.

Biasanya Hakya baru akan menyelesaikan semua pekerjaan itu pada pukul 02.00 dini hari, dan itulah waktu tidur untuk Hakya sebelum jam 05.00 pagi dia sudah harus kembali terbangun dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya.

Hakya benar-benar diperlakukan seperti seorang pembantu, namun sayangnya apa yang Hakya lakukan tersebut tidaklah ada harganya, atau semua itu gratis.

Hanya demi karena dia telah merasakan cinta kepada Kanaya, akhirnya Hakya hanya bisa pasrah menerima semua perlakuan tersebut.

Hakya berharap sebelum 2 tahun itu berakhir, hubungan dia dan Kanaya semakin membaik dan Kanaya akan sama sepertinya akan mempertahankan pernikahan mereka sampai kapanpun.

"Aku akan membersihkan toko," ucap Hakya kemudian, Kanaya hanya menganggukan kepalanya pelan tanpa melihat ke arah Hakya sedikitpun.

Dengan berjalan pelan Hakya kemudian duduk di tempat yang paling tersembunyi di bagian toko tersebut, Hakya meletakkan kedua tangannya di depan dada dan memejamkan matanya.

"Wwhuusssh!"

Dengan sekali gerakan Hakya sudah berhasil menyusun semua barang-barang yang berantakan ke tempatnya semula.

"Ciaaat!"

Setelah semua barang tersusun rapi di tempat semula, Hakya dengan sekali tarik jurus menyapukan semua debu-debu yang menempel di barang-barang dan juga kotor-kotoran yang berada di toko tersebut ke satu tempat, dan membuangnya ke tempat sampah.

Sehingga hanya dalam satu kedipan mata saja toko tersebut sudah tampak begitu rapi dan juga bersih bahkan sudah selesai di pel sehingga bau harum apel hijau menguar di setiap sudut toko.

Hakya tersenyum melihat hal itu, karena akhirnya kekuatan yang selama ini benar-benar hilang dan dia menjadi orang yang tidak memiliki kekuatan apapun, akhirnya semua itu telah kembali dan saat ini dia telah menjadi Hakya yang baru. Hakya sudah menguasai ilmu penakluk api.

"Selesai! TInggal menunggu Kanaya selesai menghitung uang, " gumam Hakya sambil duduk di depan meja Kanaya.

Kanaya membulatkan mata terkejut ketika melihat Hakya duduk di depannya. Ada rasa kagum dalam hatinya. Selama ini dia tidak pernah memandang Hakya dalam jarak yanh sedekat ini.

"Ganteng," satu kata terucap di dalam hati Kanaya.

"Apa kamu sudah menyelesaikan tugas kamu? Kalau kamu belum kuat tinggalkan saja pekerjaannya, nanti biar aku saja yang membersihkan toko ini," ujar Kanaya tanpa mengalihkan pandangannya dari laci meja yang berisi uang hasil penjualan hari ini.

"Kamu terlihat masih sedikit lemah," lanjut Kanaya lagi.

"Semua sudah selesai, Kanaya. Aku di sini hanyalah tinggal menunggu kamu agar kita pulang ke rumah bersama-sama," jawab Hakya polos.

Hakya berpikir kalau dia sudah melakukan semua pekerjaan tersebut, itu bisa menarik simpati dan dia bisa mengetahui isi hati Kanaya, apakah mencintainya atau tidak.

Dan juga, malam ini Hakya akan berusaha mendapatkan kesempatan untuk tidur di dalam kamar yang sama. Karena selama ini jangankan tidur bersama, menyentuh tangan Kanaya saja Hakya tidak mampu, sebab Hakya takut kalau Kanaya akan marah.

Mendengar jawaban dari Hakya, Kanaya merasa tidak percaya kalau Hakya sudah menyelesaikan semua pekerjaannya. Karena bagaimana mungkin Hakya sudah menyelesaikan pekerjaan yang begitu banyak tersebut hanya dalam beberapa menit saja, sedangkan selama ini Kanaya tahu kalau Hakya mengerjakan semua pekerjaan itu dengan lamban, dan bahkan pernah baru selesai di jam 04.00 pagi.

"Jangan berbohong, kalau memang belum selesai tidak mengapa. Nanti setelah selesai ini aku bisa melakukannya!" jawab Kanaya menatap sendu Hakya.

Satu hal yang selalu menggetarkan hati Hakya adalah tatapan Kanaya yang begitu lembut, yang selalu membuat jantung Hakya berdetak kencang. Dan malam ini, Hakya akan menunjukkan pesonanya di depan Kanaya.

"Aku tidak berbohong, semua sudah selasai," jawab Hakya kepada sang istri.

Karena tidak ingin membuat sang suami mendapat amukan dari ibunya, Kanaya pun berinisiatif untuk memeriksa semua pekerjaan yang dilakukan Hakya.

Dan Kanaya tampak terkejut ketika melihat apa yang dikatakan oleh Hakya itu benar, semua sudah rapi bahkan berkali-kali Kanaya mengecek rak produk dan tetap saja susunan semua barang-barang yang berantakan tersebut sesuai dengan jenis-jenis produk yang ada.

Kanaya tampak memperhatikan Hakya dengan sangat intens, memang dia melihat saat ini Hakya berbeda dari sebelumnya.

Hakya benar-benar menampakan aura dan pesonanya, didalam hati Kanaya benar-benar memuji pekerjaan yang dilakukan Hakya, dan Kanaya mulai mempercayai apa yang disampaikan oleh kakeknya dulu, kalau sebenarnya Hakya itu memiliki kekuatan yang tidak pernah dimiliki oleh manusia biasa.

"Jangan mengganggu Kanaya, kerjakan tugas kamu!" tiba-tiba suara Nyonya Farah kembali bergema, seperti biasa beliau akan mengambil hasil toko yang sudah dihitung oleh Kanaya. Dan sangat marah ketika melihat Hakya hanya duduk di depan Kanaya.

"Sudah selesai, Bu," jawab Hakya.

Nyonya Farah mengecek bagian dalam toko dan mendapati semua sudah bersih.

Merasa tidak terima dengan apa yang telah dilakukan oleh Hakya, Nyonya Farah kemudian meminta Hakya untuk membersihkan halaman toko, yang mana biasanya halaman toko tersebut dibersihkan saat pagi hari. Karena penerangan yang tidak terlalu memadai jika untuk membersihkan di malam hari, dan juga Hakya sudah terlalu lelah jika dikerjakan semua di malam itu.

"Bersihkan halaman depan!" perintah Nyonya Farah kepada Hakya dengan sambil bersedekap dada.

"Tapi ini malam, Bu. Kan tidak terlihat juga karena gelap. Biasanya halaman depan itu akan dibersihkan pertama kali keesokan pagi. Kenapa harus sekarang?" tanya Hakya kepada Ibu mertuanya itu.

"Bersihkan sekarang! Atau tidak boleh masuk ke rumah! Karena aku tidak mau keesokan paginya masih ada kegiatan yang belum kamu selesaikan! Besok masih ada pekerjaan lainnya yang harus kamu selesaikan dengan segera jadi cepat bersihkan halaman tersebut!" teriak Nyonya Farah kepada Hakya dengan lantang.

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status