"Apa maksudmu, Ibu?" tanya Kanaya heran, karena seharusnya orang tua itu merasakan bahagia ketika mengetahui akan memiliki cucu, kenapa begitu berbeda sekali dengan Nyonya Farah yang tiba-tiba melarang Kanaya memiliki anak."Bahkan Ibu tidak tahu Kanaya beneran hamil atau tidak. Ibu langsung marah-marah seperti itu, seharusnya kalau beneran Kanaya hamil ibu harusnya senang,” lanjut Kanaya pelan kepada ibunya."Dan lelaki ini juga berkata sembarangan, mana mungkin orang yang masuk angin bisa dikatakan hamil!" teriak Nyonya Farah kesal, dia tidak percaya kalau Kanaya hamil. Karena menurutnya Hakya hanyalah mengada-ngada."Beneran Ibu, Kanaya dapat merasakan detak jantung anak kami di sini," jawab Kanaya.Kanaya sepertinya sudah percaya kepada Hakya yang memiliki kemampuan seperti yang disampaikan oleh kakek Askara terdahulu, bahwa Hakya itu merupakan orang yang sakti."Ibu tidak percaya!"Nyonya Farah kemudian memaksa untuk mengellus perut Kanaya, karena dia tidak percaya dengan apa yan
"Kanaya tidak boleh hamil, dia tidak boleh memiliki anak!""Kamu tidak bisa menjaga anak-anak di rumah! Kamu istri yang tidak becus!"Plak! Plak!Tuan Kafka menampar Nyonya Farah dengan tanpa ampun, entah apa yang terjadi dengan kedua orang tersebut sehingga mereka tidak boleh Kanaya memiliki anak.Nyonya Farah tidak bisa menghindar, beliau hanya pasrah mendapat perlakuan kasar dari Tuan Kafka itu."Maafkan saya, Kakanda. Saya telah lalai dalam menjaga mereka, bahkan saya tidak tahu kapan Kanaya dan Hakya tidur bersama," jawab Nyonya Farah pelan sambil memegang kedua pipinya yang tampak memerah akibat tamparan keras dari tuan Kafka.Raut wajahnya menampakkan ketakutan yang luar biasa."Itulah kau menjadi Ibu yang tidak berguna, seharusnya kamu jangan tidur sebelum memastikan Kanaya dan Hakya itu di dalam kamar yang terpisah. Dasar wanita bodoh!""Kenapa bisa seperti ini? Kita akan hancur… kita akan hancur jika sampai Kanaya melahirkan seorang anak! Apalagi anak itu lelaki. Tamatlah ri
"Aoow! Aoow! Aoooooow!"Setelah mengatakan demikian Ratu tampak melolong, sehingga meninggalkan suara yang benar-benar mengerikan di dalam hutan rimba tersebut.Dan itu artinya Ratu benar-benar marah, semua makhluk yang berada di dalam hutan itu sudah paham kalau Ratu sudah mengeluarkan suara seperti itu, artinya ada sesuatu yang terjadi yang membuat Ratu sangat marah."Apakah kalian sanggup?" tanya Ratu kemudian menyelidiki kepada kedua suami istri yang sedang tampak ketakutan itu."Bagaimana caranya kami melakukan hal itu?" tanya Nyonya Farah kebingungan dan seperti sudah kehilangan akal ketika diminta untuk menggugurkan kandungan Kanaya."Kalau kalian tidak mau, maka kalian akan tahu akibatnya. Aku sampaikan kalau waktu kalian tidak boleh lebih dari 3 bulan!" teriak Ratu dan kemudian meninggalkan gubuk tersebut sehingga menimbulkan goncangan yang begitu dahsyat, kembali awan-awan tampak menggelap dan angin bertiup kencang membuat pohon-pohon tinggi dan besar itu meliuk-liuk seolah a
Dengan sisa tenaganya akhirnya nyonya Farah sampai di rumah mereka."Ibu? Ibu dari mana kok babak belur seperti ini?" tanya Kanaya heran ketika dia melihat kedatangan Nyonya Farah dari arah belakang dengan kondisi yang sangat mengenaskan.Nyonya Farah tersenyum, apalagi ketika dia tidak melihat Kanaya bersama Hakya. Mungkin Hakya sedang membantu pekerjaan di toko, atau entah perginya ke mana menantu yang tidak bergunanya itu."Ibu dari hutan di belakang. Ibu mencari tumbuhan untuk mengobati mual-mual dan muntah pada kamu itu," jawab Nyonya Farah kepada Kanaya, dia sedang mencoba untuk meyakinkan Kanaya agar percaya dengan apa yang dia sampaikan."Aduh ibu, tidak usah repot-repot karena Hakya juga sedang mencari tanaman obat yang untuk menyembuhkan mual dan muntah ini. Dia sedang pergi ke perbukitan di belakang pasar untuk mengambil tumbuhan yang di maksud, sekaligus menyiapkannya untuk Kanaya," jawab Kanaya pelan.Nyonya Farah tampak menyunggingkan senyumannya mendengar apa yang disa
"Iya, Ibu. Tapi, Kanaya masih kenyang dan juga belum haus. Kanaya mau tidur dulu," jawab Kanaya yang sedang beristirahat di kamarnya."Minum lah Ini selagi hangat, Kanaya. Karena kalau sudah dingin nanti rasanya sudah tidak enak lagi.""Dan juga kamu harus tahu, ibu mendapatkan tumbuhan ini begitu sulit. Ini adalah tumbuhan langka yang sangat sulit sekali ditemukan, bahkan mungkin di beberapa ribu hektar luasnya hutan maka tumbuhan ini hanya ada satu batang. Makanya ini begitu berharga, kamu melihat tubuh ibu tampak babak belur demi berusaha mendapatkan tumbuhan ini," rayu Nyonya Farah kepada Kanaya.Kanaya masih tidak peduli dengan rayuan-rayuan tersebut, dia ingin beristirahat karena sebenarnya sejak semalam Kanaya susah sekali untuk beristirahat dan dia ingin menunggu Hakya."Kamu benar-benar tidak menghargai Ibu, karena ibu susah-susah untuk mencari obat ini demi kesembuhan kamu. Ibu kasihan sama kamu dan juga di toko tidak ada yang jadi kasir kalau kamu tidak masuk. Kasihan Zanaya
"Waduh, ada apa dengan Kanaya?"Hakya berlari secepatnya masuk ke dalam rumah, dia begitu khawatir dengan sang istri."Kanaya, ada apa?!" teriak Hakya khawatir.Braaak!Hakya membuka pintu kamar dengan sangat keras, dan pemandangan di kamar tersebut membuat Hakya begitu hancur dan rasanya kehidupannya berakhir hari ini."Kanaya!" panggil Hakya.Hakya mendapati Kanaya yang pingsan tergeletak di lantai dengan bersimbah darah.Hakya segera mengangkat tubuh Kanaya ke atas pembaringan dan mengecek dari mana asalnya darah tersebut, ternyata berasal dari bagian bawah tubuh Kanaya.Duuur!Tiba-tiba suara petir menggelegar dan dunia seketika menjadi gelap di sertai dengan angina yang sangat kencang, namun tidak hujan.Hakya meraba perut Kanaya, dan terduduk lemas, karena anak mereka sudah tidak ada lagi di dalam perut sang istri."Siapa yang telah melakukan ini?!" teriak Hakya marah, matanya memancarkan cahaya merah darah. Bumi kemudian berguncang, Hakya tahu itu adalah kemarahan dari Dewa keh
"Kanaya, ini aku suamimu.""Tidak! Aku tidak mau minum apapun!"Kanaya terus saja berteriak, apalagi saat melihat gelas yang masih berada di tangan Hakya.Akhirnya Hakya meletakkan gelas itu kembali ke atas meja, dan mengambil salah satu ramuan yang dibuatkannya untuk memberikan efek hangat pada tubuh Kanaya.Hingga tidak lama kemudian, Kanaya tampak tertidur pulas. Sepertinya Kanaya benar-benar trauma. Dengan telaten, Hakya membaluri seluruh tubuh Kanaya dengan ramuan yang dia buatkan, agar tubuh Kanaya kembali segar dan tenang.Hakya masih memikirkan apa yang disampaikan oleh Kanaya itu, tentang ramuan. Sehingga Hakya berusaha mencari sisa-sisa bekas ramuan itu dan Hakya tidak menemukan apapun didalam ruangan berukuram 4x4 tersebut. "Aku harus menemukannya agar aku tahu ramuan apa yang diminum Kanaya," gumam Hakya seraya keluar dari kamar dan menuju dapur.Entah mengapa perasaan Hakya mengatakan kalau sumber yang di minum oleh Kanaya masih berada di rumah ini. Namun, Hakya sudah be
Wuuuzzz! Wuuzzz! Hawa panas berhembus masuk kedalam kamar Hakya dan Kanaya. Dan hal itulah yang disangka Hakya membuat Kanaya berteriak kepanasan seperti itu. “Tolooooong…,” ujar Kanaya dengan suara yang parau dan kemudian terdiam. Hakya yang masih di posisi semula dengan peluh yang membanjiri keningnya segera mendekat kepada Kanaya. Betapa terkejutnya Hakya saat melihat keringat keringat sebesar-besar biji jagung membanjiri tubuh Kanaya dan kulit Kanaya sangat panas terasa seperti terbakar. “Astaga, ada apa dengan kamu Kanaya?” tanya Hakya pada dirinya sendiri karena Kanaya tampak sangat lemah dan hanya bisa mengerlingkan matanya saja, Kanaya tidak bisa menjawab apapun. Hakya kemudian mengambil handuk dan mencoba untuk mengelap seluruh tubuh Kanaya, sembari dia akan mencari tahu ada apa di dalam tubuh Kanaya sehingga membuatnya seperti itu. Hakya terus meraba di seluruh permukaan tubuh Kanaya, dan tidak berapa lama Hakya tampak menemukan sumber masalah itu ada di perut Kanaya.