Beranda / Pendekar / MENANTU SETENGAH DEWA / Memiliki Kanaya Seutuhnya

Share

Memiliki Kanaya Seutuhnya

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-04 11:31:28

Hakya tidak bisa menahan dirinya sehingga dia melumat bibir tipis yang kemerahan tersebut.

Kanaya membuka matanya, dia merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Hakya sedang menciuminya.

"Kanaya, aku ingin meminta hakku malam ini," bisik Hakya di teling Kanaya.

Kanaya hanya diam, padahal Hakya tahu kalau Kanaya juga terbangun saat mendapat sentuhan dari Hakya.

Hakya memanfaatkan hal itu, bagi Hakya kalau Kanaya dia itu artinya Kanaya menyetujui apa yang dia lakukan itu.

Hakya terus saja menciumi Kanaya, dan sepertinya Kanaya sudah begitu berhasrat, karena terdengar jelas beberapa kali terdengar desahan dari Kanaya yang ternyata tidak bisa menahan untuk terus berpura-pura.

"Sepertinya ini saatnya aku beraksi!" ujar Hakya, karena Hakya merasa saat ini Kanaya sudah mencapai puncaknya.

Dengan cekatan Hakya mengambil posisi, dan saat ini tubuh Kanaya sudah berada di bawah kuasa Hakya, membuat Kanaya tampak sangat terkejut. Dia tidak menyangka kalau gerakan Hakya begitu cepat.

"Kamu sangat cantik, aku mencintaimu, Kanaya," bisik Hakya di telinga Kanaya dengan sengaja.

Hal itu membuat Kanaya semakin meremang, sehingga Kanaya pasrah ketika saat ini Hakya mendominasi permainan mereka, dan Hakya menjelajah di dalam mulut Kanaya.

Kanaya benar-benar terbawa suasana dengan sentuhan-sentuhan lembut dari Hakya.

"Rileks, Kanaya," bisik Hakya lagi di telingan Kanaya, saat melihat Kanaya sedikit kaku.

Mungkin Kanaya malu saat sadar dengan apa yang mereka lakukan, tapi Kanaya tidak bisa menolak pesona Hakya.

Dan juga rasa yang ditimbulkan dari sentuhan Hakya membuat dia tidak ingin semuanya berhenti.

Perlahan Hakya mulai menanggalkan semua pakaian yang melekat di tubuh Kanaya, sehingga membuat Hakya tampak begitu takjub ketika melihat tubuh polos di hadapannya.

Pun begitu dengan Kanaya yang tampak terpesona saat melihat tubuh indah Hakya di keremangan kamar tersebut. Tubuh Hakya benar-benar atletis dan pastinya idaman setiap wanita.

"Kita akan melakukannya," bisik Hakya di telinga Kanaya dan seolah-olah meminta izin kepada pemilik tubuh indah tersebut, karena mulai malam ini Hakya akan memiliki Kanaya seutuhnya.

Kanaya menganggukkan kepalanya mendengar bisikan dari Hakya. Dan jujur bisikan tersebut membuatkan Kanaya merasa tidak tahan lagi.

Kanaya merasa gerakan Hakya yang lambat itu sengaja mempermainkan tubuhnya yang sudah bergetar hebat, dan dia merasakan gelenyar aneh saat darahnya mengalir. Kanaya menarik kepala Hakya kemudian melumat bibir Hakya dengan rakusnya, membuat Hakya tampak tersenyum.

"Lakukan sekarang Hakya," ujar Kanaya pelan dan seolah-olah memohon kepada Hakya agar segera menuntaskan kegiatan mereka malam itu.

"Apakah kamu serius?" tanya Hakya kepada Kanaya.

Kanaya menganggukkan kepalanya dan seperti memohon. Bahkan dia menarik tangan Hakya untuk segera memegang pada bagian intinya.

Kali ini Hakya benar-benar telah menguasai tubuh Kanaya. Dia mengambil posisi untuk melakukan penyatuan mereka.

Embusan angin semilir di luar seolah-olah menjadi nyanyian ini pengantar dua manusia yang sedang menyatu lembut di kamar Kanaya dan Hakya.

Hakya memejamkan matanya saat akhirnya malam yang ditunggu-tunggu oleh Hakya akhirnya tiba dimana dia memiliki Kanaya seutuhnya. Angin di luar semakin berhembus lembut ketika Hakya yang mulai menyatukan tubuh keduanya. Bahkan saat ini hujan mulai turun rintik-rintik membasahi bumi seolah-olah mendukung apa yang sedang terjadi antara Kanaya dan Hakya. Dan seolah-olah Dewa kehidupan ikut bernyanyi ketika melihat akan adanya kehidupan baru setelah ini.

Alunan nafas keduanya memburu seperti sebuah irama yang bernyanyi yang membawakan malam ini benar-benar menjadi malam yang sejuk.

Akhirnya Kanaya dan Hakya menjadi pasangan suami istri yang seutuhnya setelah bertahun-tahun lamanya mereka menjadi pasangan yang dingin.

Kanaya bahkan tidak menyangka kalau ternyata Hakya benar-benar perkasa sehingga Hakya berhasil membuat Kanaya berkali-kali menjerit kenikmatan saat merasakan kepuasannya.

"Terima kasih Kanaya," ujar Hakya ketika keduanya telah mencapai puncaknya, dan saat ini keduanya tampak berbaring bersisian kelelahan tanpa sehelai benangpun. Bagaimana tidak? Permainan yang mereka lakukan bahkan terjadi sampai pagi, sampai waktunya Hakya untuk bangun kembali dan melaksanakan pekerjaan rumah seperti biasanya.

Kanaya tidak menjawab dia hanya memalingkan wajahnya yang memerah karena malu, karena malam ini dia harus tunduk di bawah kenikmatan yang diberikan oleh Hakya.

Hakya tersenyum dengan lembut ketika tanpa sengaja dia melihat ke arah tempat tidur, dimana disana terlihat bercak darah yang menempel pada sprei putih itu.

Hakya benar-benar bangga karena akhirnya berhasil menghisap madu Kanaya dengan lembut dan bahkan membuat keduanya benar-benar menikmatinya.

"Jika kamu susah untuk berjalan, maka kamu ambil libur saja. Dan katakan kepadaku apa yang kamu inginkan," ujar Hakya kepada Kanaya, karena dia melihat ketika Kanaya akan turun dari tempat tidur dan Kanaya terlihat sedikit meringis kesakitan. Mungkin karena itu adalah pengalaman pertama mereka.

Kanaya hanya tampak diam saja, dia merasakan bagian intimnya terasa sedikit nyeri, padahal semalam dia merasakan begitu nikmat, ketika Hakya bermain di sana dengan lembut.

Hakya membimbing Kanaya ke kamar mandi dan membantu Kanaya membersihkan dirinya.

"Aku bisa kok," jawab Kanaya pelan.

"Aku harus segera mengerjakan semua pekerjaan rumah, dan menyiapkan sarapan. Panggil aku jiak kamu membutukanku," ujar Hakya kepada Kanya.

Kanaya hanya mengangguk dan mulai berjalan pelan menuju kamar mandi.

"Aku khawatir dengan kamu," ucap Hakya kemudian.

"Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Aku bisa kok, ini pasti hanya sebentar," jawab Kanaya pelan.

Mau tidak mau akhirnya Hakya keluar dari kamar itu dan mulai mengerjakan semua pekerjaan rumah yang sudah menjadi tanggung jawabnya selama ini, dimulai dari membuatkan sarapan untuk seluruh penghuni rumah. Nanti saat semuanya bangun dari tidur dan keluar dari kamar masing-masing sarapan harus sudah tersedia. Kalau tidak, Hakya bisa menjadi orang yang pertama mendapatkan amarah dari mertuanya.

Ketika hadiah keluar dari kamar tersebut seketika bau wangi benar-benar menyergap dan menusuk hidung, kemudian tubuh Hakya tampak bergetar membuat Hakya tampak bingung.

"Ini ada apa dengan tubuhku?" tanya Hakya yang tampak memegang kepalanya karena penglihatannya seperti berputar-putar.

Setelah mengalami getaran hebat itu beberapa saat, kemudian tubuh Hakya kembali seperti sediakala. Namun, ada satu hal yang Hakya rasakan dan berbeda dari tubuhnya. Sepertinya Dewa telah menambahkan kekuatan kepada Hakya.

Hakya tidak peduli dan langsung ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Namun, ketika di dapur dia mendapati Zanaya yang sedang berada di dapur, dan entah apa yang dia lakukan. Zanaya tidak lain merupakan adik kandungnya Kanaya, dia sudah beranjak dewasa dan saat ini sedang menjalani pendidikan di bangku kuliah.

"Zanaya, apa yang kau lakukan?" tanya Hakya pada Zanaya. Karena Hakya takut jika Nyonya Farah melihat Zanaya di dapur, maka Hakya yang akan menjadi bulan-bulanannya.

"Aauuw."

Zanaya terkejut mendengar teguran dari Hakya, sehingga membuat tanpa sengaja kakinya menginjak ceceran air di lantai dan dia hampir terjatuh.

Beruntung saja Hakya dengan segera menangkap Zanaya, dan membuat tubuh Zanaya yang jatuh menimpa Hakya. Dan Hakya dapat merasakan aroma tubuh Zanaya yang lembut dan dua buah bongkahan kenyal Zanya mengenai dadanya, membuat darah kelelakian Hakya berdesir hebat.

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Akhir yang Bahagia

    "Astaga Zanaya! Kamu bisa duduk diam, gak?!" bentak Kanaya kepada Zanaya yang mencecar Kafka dengan pertanyaan, padahal Kafka baru saja sadar."Kenapa? Kamu gak khawatir sama ayah? Kamu mau ayah mati di tangan suami kamu ini?" tanya Zanaya lagi."Za-Naya…," panggil Kafka lemah.Mendengar suara Kafka membuat Farah dan Zanaya hanya terdiam menutup mulutnya. Mereka tidak percaya kalau Kafka bisa berbicara.Selama ini Kafka jangankan memanggil nama anak dan istrinya, mengeluarkan suara sedikit saja tidak bisa."Iya ayah, ayah bisa bicara lagi?" tanya Zanaya kemudian.Kafka mengangguk dan menatap ke arah Kanaya dan Hakya secara beegantian."Terima kasih, Hakya," ujar Kafka dengan suara yang pelan. Karena tubuhnya masih sangat lemah."Iya ayah, ayah jangan banyak gerak dulu," jawab Hakya."Sayang, kamu sudah siap kan sup hangat yang tadi aku minta buatkan? Kalau sudah tolong suapin ayah makan dengan nasi yang lembut ya," ujar Hakya kepada Kanaya.Kanaya menganggukkan kepalanya dan segera men

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Prasangka Buruk

    "Hakya, apa yang terjadi dengannya?" tanya Farah khawatir saat melihat Kafka terkulai lemah tidak berdaya.Hakya yang masih tampak terengah-engah memeriksa semua nadi Kafka. Dia tidak bisa membayangkan kalau Kafka akan meninggal saat semua ikatannya terlepas."Ayah, hanya pingsan. Mungkin karena terlalu lama menahan sakit. Terus saja kompres kepala ayah," ujar Hakya kemudian setelah memastikan nadi Kafka masih berdenyut normal."Apa kamu yakin?" tanya Farah yanh seolah tidak percaya, karena dia melihat Kafka tidak menunjukkan pergerakan sama sekali."Iya bu, ayah terlalu lelah menahan sakitnya. Karena seperti yang Hakya katakan ini, ini terasa sangat sakit dan rasa nyawa sudah di ujung kepala. Tapi, sebentar lagi ayah akan sadar," jawab Hakya yang tampak menyeka keringat yang membanjiri wajahnya.Farah hanya mengangguk, dia memberikan kepercayaan kepada Hakya. Dan berharap kalau Kafka akan segera sadar."Tapi, apakah semua berhasil kamu lepaskan, Hakya?" tanya Farah lagi."Iya bu. Sem

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Delapan Jam Kesakitan

    “Ini sangat sakit,” lanjut Hakya.Kafka tampak mengangguk, dan Hakya meminta izin kepada Farah. Karena dia takut kalau nanti akan disangka membunuh Kafka. Karena rasa sakit yang ditimbulkan itu adalah sangat luar biasa seperti nyawa akan terlepas dari tubuh saking sakitnya.“Lakukan, Hakya,” jawab Farah kemudian sambil mengangguk.“Tapi, ini sangat sakit bu. Kalau ibu tidak sanggup melihat ayah kesakitan, ibu bisa tunggu di luar saja,” ujar Hakya kemudian.“Tapi, kamu yakin ini bisa lepas?” tanya Farah penasaran.“Iya. Semua yang dipasang oleh Ratu Ilmu Hitam itu harus perlahan-lahan di lepaskan, dan itu membutuhkan waktu yang lama tergantung cara mengikatnya. Selama proses itu ayah akan merasa sangat kesakitan, bahkan bisa jadi muntah ataupun membuang kotoran tanpa di sengaja saking sakitnya,” jelas Hakya.“Ibu akan disini saja,” jawab Farah.Hakya hanya mengangguk.“Bisa dipastikan Zanaya tidak masuk kesini ya bu, nanti dia salah sangka dan membuat semuanya tidak berhasil,” ujar Hak

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Keadaan Ayah Mertua yang Sekarat Akibat Ilmu Hitam

    Hakya dan Kanaya tampak menunduk dan berusaha meraih tangan Farah, dan tidak ada penolakan dari Farah.“Maafkan kami, ibu,” ujar Hakya kemudian diikuti juga oleh Kanaya yang meminta maaf.Sementara itu Hanaya yang berada di dalam gendongan Kanaya hanya terdiam, dia bingung melihat kedua orang tuanya yang tampak sedang serius meminta maaf. “Hanaya, ini nenek. Kamu salim tangannya,” ujar Hakya kepada Hanaya dan meminta Kanaya menurunkan Hanaya dari gendongannya.Farah menatap wajah Hanaya dengan pancaran mata harus, namun dia masih belum menjawab apapun.“Ne-nek,” ujar Hanaya dengan suara yang terbata-bata mengeja dengan benar. Sepertinya dia masih sangat penasaran dengan Farah sehingga dia menarik-narik tangan Farah membuat neneknya itu tersadar.“Cucu nenek…,” ujar Farah kemudian yang langsung memeluk Hanaya dengan erat dan airmata jatuh saat menciumi wajah lembut Hanaya.Hanaya hanya mengangguk dan berusaha melepaskan pelukan Farah, karena memang dia belum mengenal siapa Farah yang

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Tiba Di Tujuan

    “Hei cantik sini,” panggil ibu-ibu penjual dengan ramah saat melihat Hanaya menunjuk ke lapak jualannya.Hakya dan Kanaya hanya bisa terdiam melihat tempat yang ditujukan oleh Hanaya. Ternyata dia menuju ke penjual roti basah. Mungkin bau roti basah itu memancing Hanaya untuk berjalan menuju ke arah sana.“Hanaya mau roti?” tanya Kanaya lembut.“Iya,” jawab Hanaya sambil menganggukkan kepalanya.Hakya juga ikutan mendekat, dan pandangannya bertemu dengan penjual roti basah itu.“Wah, ini Hakya?” tanya penjual itu kepada Hakya dengan sangat antusias.Hakya menganggukkan kepalanya, dia tidak menyangka kalau ternyata bau roti basah buatan ibu itu yang membuat Hanaya berjalan memasuki pasar itu. “Wah si cantik ini pasti anaknya yang menyukai roti basah?” tanya ibu itu lagi.“Iya bu, kemarin dia senang banget saat makan roti basah yang masih hangat, bahkan ini dia berjalan dengan sendirinya,” jawab Kanaya sambil tersenyum dan memesan beberapa roti itu untuk Hanaya.“Ini kalian mau kemana?

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hanaya, Anak yang Luar Biasa

    “Kami berangkat, ya,” ujar Hakya kepada beberapa muridnya itu.“Guru, apakah yakin tidak perlu kami kawal? Setidaknya kami bisa membantu membawa barang-barang dan juga bergantian menggendong Hanaya,” tawar Hofat kepada Hakya dan Kanaya yang sudah bersiap untuk turun dengan membawa barang yang cukup banyak dan juga sepertinya dalam perjalanan itu Hanaya juga akan lebih banyak minta gendong.Hakya menggeleng sambil tersenyum, karena dia tidak mau Kafka akan menganggapnya lelaki pengecut, datang ke rumah mertuanya dengan membawa pasukan. Jadi Hakya akan datang hanya bersama Kanaya dan Hanaya saja.“Benaran gapapa kok, kalian tetap saja disini. Rawat ladang kita dengan baik, kalau memang sampai waktunya panen dan kami belum kembali kalian harus memanennya dan menjualnya di pasar,” pesan Hakya kepada semuanya.“Dan ingat kalian berdua adalah ketuanya dan bertanggung jawab dalam segala hal. Jangan sampai ada yang kelaparan,” ujar Hakya kepada Hofat dan Jirat.Keduanya mengangguk, ada rasa b

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Menemui Mertua

    “Hanaya, kami pulang!”Hakya dan muridnya berteriak memanggil Hanaya saat memasuki bukit tunggal tersebut. Dan tidak berapa lama kemudian terdengar suara sorakan riang dari Hanaya yang kegirangan saat menyambut kedatangan Hakya dan murid-muridnya.“Oleeee!” teriak Hanaya dengan suara cadelnya.Hanaya semakin bahagia menyambut mereka semua yang datang membawa makanan yang begitu banyak. Apalagi saat Hakya membuka bungkusan di tangannya dan aroma roti basah menguar membuat Hanaya tidak tahan untuk segera mencicipinya.“Anaass!”Teriak Hanaya saat tangannya menyentuh roti yang masih panas itu membuat semua orang tergelak dengan tingkah lucunya. Dengan bantuan Hakya yang meniup roti itu akhirnya Hanaya bisa menikmati roti tersebut dengan mulut yang penuh.Sementara itu murid-murid Hakya yang lainnya membuka hadiah yang lainnya sepertinya mereka sangat penasaran dengan hadiah yang diberikan itu.“Woww!”Ucap mereka kekaguman saat membuka semua barang-barang itu. Banyak bahan makanan, pakai

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hadiah Kemenangan

    “Siap!” jawab para murid Hakya yang sudah siap dengan pedang masing-masing.“Karena kalian sudah lelah, jadi saya serahkan mereka kepada kalian. Bunuh mereka sesuai dengan yang kalian inginkan! Jangan biarkan satu orangpun hidup!” teriak Hakya memancing semuanya. Dan seperti yang diduga mereka semua ketakutan saat mendengar Hakya meminta membunuh mereka. Apalagi saat melihat kilatan pedang dari para murid-murid Hakya. “Tolong jangan bunuh kami!”Teriak beberapa anak buah Zarkya dengan memohon, mereka begitu takut akan kematian. Namun, mereka berani bergabung dengan orang seperti Zarkya. Sementara itu Zarkya tampak menunduk, dia merasa tidak memiliki kemampuan lagi untuk melawan ataupun berteriak.Zarkya berusaha mengeluarkan ilmu sihirnya, dia berharap dengan begitu bisa membunuh Hakya, namun apa yang dia lakukan tidak luput dari perhatian Hakya.Sssuuuit!Hakya bersiul dan seketika tubuh Zarkya lemah dan kehilangan tenaganya. Dia menatap Hakya dengan sorot mata tajam. Karena dia me

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Lebih Baik Mati Di Tangan Iblis!

    Zarkya tampak terdiam, dia membenarkan di dalam hatinya apa yang Hakya sampaikan. Karena dia juga melihat kalau beberapa anak buahnya tampak sedang memperhatikan jalan keluar bukannya sibuk melawan para anak buah Hakya.“Iblis yang kau ciptakan, apakah mereka tidak bisa membuka tali itu?” tanya Hakya sambil tersenyum.Hakya memang melepaskan tali untuk mengikat para iblis itu. Hakya akan menghancurkan mereka secara perlahan dan terakhir Zarkya jika memang dia tidak ada niat untuk menjadi lebih baik.“Kau hanya berani menggunakan ilmu sihirmu untuk melawan mereka. Kau belum tahu bagaimana melawannya mereka itu!” teriak Zarkya yang masih tetap bersikeras dan tidak mau mengalah dengan apa yang Hakya lakukan.Zarkya masih sangat yakin kalau iblis yang masih tersisa itu akan membantunya.Ziiiink! Ziiink!Suara pedang saling beradu membuat suasana sangat menakutkan. Sementara itu orang-orang yang berkumpul di luar pagar itu sangat penasaran apalagi mereka melihat ada iblis yang berusaha kab

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status