Share

Memiliki Kanaya Seutuhnya

Hakya tidak bisa menahan dirinya sehingga dia melumat bibir tipis yang kemerahan tersebut.

Kanaya membuka matanya, dia merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Hakya sedang menciuminya.

"Kanaya, aku ingin meminta hakku malam ini," bisik Hakya di teling Kanaya.

Kanaya hanya diam, padahal Hakya tahu kalau Kanaya juga terbangun saat mendapat sentuhan dari Hakya.

Hakya memanfaatkan hal itu, bagi Hakya kalau Kanaya dia itu artinya Kanaya menyetujui apa yang dia lakukan itu.

Hakya terus saja menciumi Kanaya, dan sepertinya Kanaya sudah begitu berhasrat, karena terdengar jelas beberapa kali terdengar desahan dari Kanaya yang ternyata tidak bisa menahan untuk terus berpura-pura.

"Sepertinya ini saatnya aku beraksi!" ujar Hakya, karena Hakya merasa saat ini Kanaya sudah mencapai puncaknya.

Dengan cekatan Hakya mengambil posisi, dan saat ini tubuh Kanaya sudah berada di bawah kuasa Hakya, membuat Kanaya tampak sangat terkejut. Dia tidak menyangka kalau gerakan Hakya begitu cepat.

"Kamu sangat cantik, aku mencintaimu, Kanaya," bisik Hakya di telinga Kanaya dengan sengaja.

Hal itu membuat Kanaya semakin meremang, sehingga Kanaya pasrah ketika saat ini Hakya mendominasi permainan mereka, dan Hakya menjelajah di dalam mulut Kanaya.

Kanaya benar-benar terbawa suasana dengan sentuhan-sentuhan lembut dari Hakya.

"Rileks, Kanaya," bisik Hakya lagi di telingan Kanaya, saat melihat Kanaya sedikit kaku.

Mungkin Kanaya malu saat sadar dengan apa yang mereka lakukan, tapi Kanaya tidak bisa menolak pesona Hakya.

Dan juga rasa yang ditimbulkan dari sentuhan Hakya membuat dia tidak ingin semuanya berhenti.

Perlahan Hakya mulai menanggalkan semua pakaian yang melekat di tubuh Kanaya, sehingga membuat Hakya tampak begitu takjub ketika melihat tubuh polos di hadapannya.

Pun begitu dengan Kanaya yang tampak terpesona saat melihat tubuh indah Hakya di keremangan kamar tersebut. Tubuh Hakya benar-benar atletis dan pastinya idaman setiap wanita.

"Kita akan melakukannya," bisik Hakya di telinga Kanaya dan seolah-olah meminta izin kepada pemilik tubuh indah tersebut, karena mulai malam ini Hakya akan memiliki Kanaya seutuhnya.

Kanaya menganggukkan kepalanya mendengar bisikan dari Hakya. Dan jujur bisikan tersebut membuatkan Kanaya merasa tidak tahan lagi.

Kanaya merasa gerakan Hakya yang lambat itu sengaja mempermainkan tubuhnya yang sudah bergetar hebat, dan dia merasakan gelenyar aneh saat darahnya mengalir. Kanaya menarik kepala Hakya kemudian melumat bibir Hakya dengan rakusnya, membuat Hakya tampak tersenyum.

"Lakukan sekarang Hakya," ujar Kanaya pelan dan seolah-olah memohon kepada Hakya agar segera menuntaskan kegiatan mereka malam itu.

"Apakah kamu serius?" tanya Hakya kepada Kanaya.

Kanaya menganggukkan kepalanya dan seperti memohon. Bahkan dia menarik tangan Hakya untuk segera memegang pada bagian intinya.

Kali ini Hakya benar-benar telah menguasai tubuh Kanaya. Dia mengambil posisi untuk melakukan penyatuan mereka.

Embusan angin semilir di luar seolah-olah menjadi nyanyian ini pengantar dua manusia yang sedang menyatu lembut di kamar Kanaya dan Hakya.

Hakya memejamkan matanya saat akhirnya malam yang ditunggu-tunggu oleh Hakya akhirnya tiba dimana dia memiliki Kanaya seutuhnya. Angin di luar semakin berhembus lembut ketika Hakya yang mulai menyatukan tubuh keduanya. Bahkan saat ini hujan mulai turun rintik-rintik membasahi bumi seolah-olah mendukung apa yang sedang terjadi antara Kanaya dan Hakya. Dan seolah-olah Dewa kehidupan ikut bernyanyi ketika melihat akan adanya kehidupan baru setelah ini.

Alunan nafas keduanya memburu seperti sebuah irama yang bernyanyi yang membawakan malam ini benar-benar menjadi malam yang sejuk.

Akhirnya Kanaya dan Hakya menjadi pasangan suami istri yang seutuhnya setelah bertahun-tahun lamanya mereka menjadi pasangan yang dingin.

Kanaya bahkan tidak menyangka kalau ternyata Hakya benar-benar perkasa sehingga Hakya berhasil membuat Kanaya berkali-kali menjerit kenikmatan saat merasakan kepuasannya.

"Terima kasih Kanaya," ujar Hakya ketika keduanya telah mencapai puncaknya, dan saat ini keduanya tampak berbaring bersisian kelelahan tanpa sehelai benangpun. Bagaimana tidak? Permainan yang mereka lakukan bahkan terjadi sampai pagi, sampai waktunya Hakya untuk bangun kembali dan melaksanakan pekerjaan rumah seperti biasanya.

Kanaya tidak menjawab dia hanya memalingkan wajahnya yang memerah karena malu, karena malam ini dia harus tunduk di bawah kenikmatan yang diberikan oleh Hakya.

Hakya tersenyum dengan lembut ketika tanpa sengaja dia melihat ke arah tempat tidur, dimana disana terlihat bercak darah yang menempel pada sprei putih itu.

Hakya benar-benar bangga karena akhirnya berhasil menghisap madu Kanaya dengan lembut dan bahkan membuat keduanya benar-benar menikmatinya.

"Jika kamu susah untuk berjalan, maka kamu ambil libur saja. Dan katakan kepadaku apa yang kamu inginkan," ujar Hakya kepada Kanaya, karena dia melihat ketika Kanaya akan turun dari tempat tidur dan Kanaya terlihat sedikit meringis kesakitan. Mungkin karena itu adalah pengalaman pertama mereka.

Kanaya hanya tampak diam saja, dia merasakan bagian intimnya terasa sedikit nyeri, padahal semalam dia merasakan begitu nikmat, ketika Hakya bermain di sana dengan lembut.

Hakya membimbing Kanaya ke kamar mandi dan membantu Kanaya membersihkan dirinya.

"Aku bisa kok," jawab Kanaya pelan.

"Aku harus segera mengerjakan semua pekerjaan rumah, dan menyiapkan sarapan. Panggil aku jiak kamu membutukanku," ujar Hakya kepada Kanya.

Kanaya hanya mengangguk dan mulai berjalan pelan menuju kamar mandi.

"Aku khawatir dengan kamu," ucap Hakya kemudian.

"Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Aku bisa kok, ini pasti hanya sebentar," jawab Kanaya pelan.

Mau tidak mau akhirnya Hakya keluar dari kamar itu dan mulai mengerjakan semua pekerjaan rumah yang sudah menjadi tanggung jawabnya selama ini, dimulai dari membuatkan sarapan untuk seluruh penghuni rumah. Nanti saat semuanya bangun dari tidur dan keluar dari kamar masing-masing sarapan harus sudah tersedia. Kalau tidak, Hakya bisa menjadi orang yang pertama mendapatkan amarah dari mertuanya.

Ketika hadiah keluar dari kamar tersebut seketika bau wangi benar-benar menyergap dan menusuk hidung, kemudian tubuh Hakya tampak bergetar membuat Hakya tampak bingung.

"Ini ada apa dengan tubuhku?" tanya Hakya yang tampak memegang kepalanya karena penglihatannya seperti berputar-putar.

Setelah mengalami getaran hebat itu beberapa saat, kemudian tubuh Hakya kembali seperti sediakala. Namun, ada satu hal yang Hakya rasakan dan berbeda dari tubuhnya. Sepertinya Dewa telah menambahkan kekuatan kepada Hakya.

Hakya tidak peduli dan langsung ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Namun, ketika di dapur dia mendapati Zanaya yang sedang berada di dapur, dan entah apa yang dia lakukan. Zanaya tidak lain merupakan adik kandungnya Kanaya, dia sudah beranjak dewasa dan saat ini sedang menjalani pendidikan di bangku kuliah.

"Zanaya, apa yang kau lakukan?" tanya Hakya pada Zanaya. Karena Hakya takut jika Nyonya Farah melihat Zanaya di dapur, maka Hakya yang akan menjadi bulan-bulanannya.

"Aauuw."

Zanaya terkejut mendengar teguran dari Hakya, sehingga membuat tanpa sengaja kakinya menginjak ceceran air di lantai dan dia hampir terjatuh.

Beruntung saja Hakya dengan segera menangkap Zanaya, dan membuat tubuh Zanaya yang jatuh menimpa Hakya. Dan Hakya dapat merasakan aroma tubuh Zanaya yang lembut dan dua buah bongkahan kenyal Zanya mengenai dadanya, membuat darah kelelakian Hakya berdesir hebat.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status