Beranda / Romansa / MENGAJAR CINTA / 32. Bara di Halaman, Hangat di Hati

Share

32. Bara di Halaman, Hangat di Hati

Penulis: Nd.park
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-29 19:57:45

SELAMAT MEMBACA SEMUANYA

...

Rencana tinggal rencana.

Putra awalnya ingin pulang Minggu sore, tapi Mark belum mengizinkan. Akhirnya mereka sepakat menunda kepulangan hingga Senin siang, menunggu Mark pulang sekolah kerena kegiatan belajar sudah aktif kembali.

Malam itu, halaman belakang rumah Karim kembali ramai. Mereka bersiap untuk bakar-bakar ikan dan ayam hasil ternak sendiri—ikan dari kolam, ayam dari kandang belakang rumah.

"Selamat malam semuanya!" sapa Haikal dari dalam rumah, menyusul yang lain ke belakang.

"Haikal, kamu lama banget. Jema sama Ilal udah dari tadi," ujar Jema.

"Hehe, maaf ya. Haikal lupa, untung Mark nyusul," kata Haikal sambil tertawa kecil.

"Oh, jadi Mark jemput kamu? Pantesan pas kita datang dia ngilang," timpal Ilal sambil mengangguk paham.

Jema dan Ilal sibuk membantu Jena menusuk sosis dan bakso—permintaan mereka sendiri yang langsung dibelikan Jena. Untung saja warung fr
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • MENGAJAR CINTA   35. Dua Dunia Satu Cerita

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Pagi menjelang, Ares sudah duduk manis di meja makan, menunggu Nita menyiapkan nasi goreng dan roti untuknya. “Telima kasih, Mbak,” ucapnya saat Nita meletakkan selembar roti panggang tanpa selai—kesukaan Ares yang terbilang unik. Roti itu ditemani segelas susu cokelat hangat di hadapannya. “Sama-sama, sayangnya Mbak. Dimakan, ya,” balas Nita lembut. Ares hanya mengangguk, lalu mulai menyuap roti yang sudah lebih dulu disuir-suir oleh Nita agar lebih mudah dimakan. “Mbak udah makan?” tanya Ares polos. “Habis ini Mbak makan, Dek,” jawab Nita jujur. Makanan yang ia masak tadi sudah ia pisahkan sebagian untuk dirinya sendiri. “Pagi...” sapa Putra yang baru turun dari tangga. “Pagi, Pak,” sahut Nita ramah. “Selamat pagi, Papanya Yes,” sambut Ares ceria setelah menelan rotinya. Putra tersenyum tipis sambil mengusap kepala Ares dengan lembut, lalu duduk

  • MENGAJAR CINTA   33. Yang Belum Kembali

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA..."Papa..." panggil Ares dari lantai atas. "Mbak... Mbak di mana?" teriaknya lagi, kali ini memanggil Nita. Namun, rumah terasa sepi—seperti tak berpenghuni. Ares akhirnya menuruni tangga dengan hati-hati, persis seperti pesan Mbak Nita yang sering ia dengar: kalau turun tangga harus pelan-pelan. "Mana olang, ni?" tanyanya pada diri sendiri dengan wajah bingung. "Yes sendilikah?" gumamnya lagi sambil mulai berkeliling rumah. Ia menyusuri ruang tamu, ruang belajar, ruang kerja Putra, dan dapur… semuanya kosong. "Tak ada semua olang pun..." ujarnya lirih, mulai terlihat kecewa. Ares mulai sedih. Bangun tidur tadi, ia tidak mendapati Mbak Nita di kamarnya. Padahal biasanya, pengasuhnya itu selalu ada di dekatnya saat ia tidur siang. Kalaupun tidak ada, begitu Ares memanggil, Mbaknya akan langsung datang menghampiri. "Ke mana semua olang... hiks... hiks..."Oh

  • MENGAJAR CINTA   33. Sampai Jumpa Lagi Semua

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Siang menjelang, Putra sudah memasukkan sebagian barang-barangnya ke dalam mobil. Namun, barang-barang milik Ares sengaja ditinggalkan—karena Putra tahu, anak itu pasti akan main lagi ke Lembang.Car seat untuk Ares pun sudah disusun di kursi depan, sesuai permintaan si kecil yang ogah duduk di belakang.“Ibu, Kakak kapan pulang?” tanya Ares pada Jena yang sedang berdiri di dekatnya.“Sebentar lagi, Sayang,” jawab Jena lembut, sambil mengusap pucuk kepala Ares dengan penuh kasih.“Anak Ayah nggak mau nambah hari nginapnya?” sahut Jojo dari kejauhan, tersenyum menggoda.Ares menggeleng cepat. “Yes mau belajal kayak Kakak juga, Ayah. Kasihan Miss Dinda nanti nungguin Yes,” ujarnya polos, teringat pada gurunya itu saat melihat Mark berangkat sekolah pagi tadi.Itu juga yang membuat Ares semangat ingin cepat pulang—teman-teman Mark saja sudah kembali ke rumah masing-masing sejak subuh ta

  • MENGAJAR CINTA   32. Bara di Halaman, Hangat di Hati

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Rencana tinggal rencana.Putra awalnya ingin pulang Minggu sore, tapi Mark belum mengizinkan. Akhirnya mereka sepakat menunda kepulangan hingga Senin siang, menunggu Mark pulang sekolah kerena kegiatan belajar sudah aktif kembali. Malam itu, halaman belakang rumah Karim kembali ramai. Mereka bersiap untuk bakar-bakar ikan dan ayam hasil ternak sendiri—ikan dari kolam, ayam dari kandang belakang rumah. "Selamat malam semuanya!" sapa Haikal dari dalam rumah, menyusul yang lain ke belakang. "Haikal, kamu lama banget. Jema sama Ilal udah dari tadi," ujar Jema. "Hehe, maaf ya. Haikal lupa, untung Mark nyusul," kata Haikal sambil tertawa kecil. "Oh, jadi Mark jemput kamu? Pantesan pas kita datang dia ngilang," timpal Ilal sambil mengangguk paham. Jema dan Ilal sibuk membantu Jena menusuk sosis dan bakso—permintaan mereka sendiri yang langsung dibelikan Jena. Untung saja warung fr

  • MENGAJAR CINTA   31. Pagi di Rumah Kakek

    SEMALAM MEMBACA SEMUANYA...Mata bulat itu mengerjap pelan. Ares menatap ayahnya yang masih tertidur lelap, lalu menyentuh wajah tampan sang ayah dengan lembut. "Papa, Yes bangun," bisiknya pelan, memberi tahu bahwa dirinya terjaga. Putra mengerang pelan, terganggu oleh sentuhan kecil di wajahnya. Perlahan, matanya terbuka. "Ada apa, Boy?" tanyanya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur. Ares memandang Putra dengan mata bulat polos."Yes mau kencing," lapornya singkat. Putra langsung bangkit dari tidurnya dan menggendong Ares menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar. Usai membantu Ares, Putra melirik jam di atas meja samping tempat tidur. Pukul 04.48 — waktu yang pas untuk bersiap sholat Subuh. "Sebentar lagi Subuh. Ares mau lanjut bobok atau ikut sholat?" tanya Putra sambil meletakkan Ares kembali ke atas kasur. "Ikut sholat. Kakak pasti sudah bangun," jawab Are

  • MENGAJAR CINTA   30. Malam di Rumah Kakek

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA ... “Papa!” teriak Ares riang saat melihat sosok laki-laki gagah—tampan versi dirinya sendiri. Tapi memang, ayahnya itu benar-benar tampan, bukan cuma menurut Ares saja. Mark ikut menoleh ke arah pandangan Ares. Ia melihat Putra dan Kakek Karim sedang duduk berdua di tepi kandang. Mark refleks melepaskan pegangan di kerah Ares dan langsung menggenggam tangannya. Bukan karena takut dimarahi Putra—lebih ke antisipasi, siapa tahu Ares mendadak lari saking semangatnya. “Kakak, lepasin tangan Yes,” pinta Ares dengan suara memohon dan mata bulat penuh kepolosan. “Kakak lepasin, tapi Ares harus ingat: nggak boleh lari,” ucap Mark sambil menunjuk-nunjuk dengan telunjuk kirinya, seperti menegaskan aturan. Ares mengangguk mantap. Mark pun percaya begitu saja—Ares memang anak yang menurut… setidaknya beberapa langkah pertama. Satu... dua... tiga langkah… dan benar saja, Ares langsung melesa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status