Home / Romansa / MENGAJAR CINTA / 31. Pagi di Rumah Kakek

Share

31. Pagi di Rumah Kakek

Author: Nd.park
last update Last Updated: 2025-07-28 14:18:26

SEMALAM MEMBACA SEMUANYA

...

Mata bulat itu mengerjap pelan. Ares menatap ayahnya yang masih tertidur lelap, lalu menyentuh wajah tampan sang ayah dengan lembut.

"Papa, Yes bangun," bisiknya pelan, memberi tahu bahwa dirinya terjaga.

Putra mengerang pelan, terganggu oleh sentuhan kecil di wajahnya. Perlahan, matanya terbuka.

"Ada apa, Boy?" tanyanya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.

Ares memandang Putra dengan mata bulat polos.

"Yes mau kencing," lapornya singkat.

Putra langsung bangkit dari tidurnya dan menggendong Ares menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar.

Usai membantu Ares, Putra melirik jam di atas meja samping tempat tidur. Pukul 04.48 — waktu yang pas untuk bersiap sholat Subuh.

"Sebentar lagi Subuh. Ares mau lanjut bobok atau ikut sholat?" tanya Putra sambil meletakkan Ares kembali ke atas kasur.

"Ikut sholat. Kakak pasti sudah bangun," jawab Are
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • MENGAJAR CINTA   32. Bara di Halaman, Hangat di Hati

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Rencana tinggal rencana.Putra awalnya ingin pulang Minggu sore, tapi Mark belum mengizinkan. Akhirnya mereka sepakat menunda kepulangan hingga Senin siang, menunggu Mark pulang sekolah kerena kegiatan belajar sudah aktif kembali. Malam itu, halaman belakang rumah Karim kembali ramai. Mereka bersiap untuk bakar-bakar ikan dan ayam hasil ternak sendiri—ikan dari kolam, ayam dari kandang belakang rumah. "Selamat malam semuanya!" sapa Haikal dari dalam rumah, menyusul yang lain ke belakang. "Haikal, kamu lama banget. Jema sama Ilal udah dari tadi," ujar Jema. "Hehe, maaf ya. Haikal lupa, untung Mark nyusul," kata Haikal sambil tertawa kecil. "Oh, jadi Mark jemput kamu? Pantesan pas kita datang dia ngilang," timpal Ilal sambil mengangguk paham. Jema dan Ilal sibuk membantu Jena menusuk sosis dan bakso—permintaan mereka sendiri yang langsung dibelikan Jena. Untung saja warung fr

  • MENGAJAR CINTA   31. Pagi di Rumah Kakek

    SEMALAM MEMBACA SEMUANYA...Mata bulat itu mengerjap pelan. Ares menatap ayahnya yang masih tertidur lelap, lalu menyentuh wajah tampan sang ayah dengan lembut. "Papa, Yes bangun," bisiknya pelan, memberi tahu bahwa dirinya terjaga. Putra mengerang pelan, terganggu oleh sentuhan kecil di wajahnya. Perlahan, matanya terbuka. "Ada apa, Boy?" tanyanya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur. Ares memandang Putra dengan mata bulat polos."Yes mau kencing," lapornya singkat. Putra langsung bangkit dari tidurnya dan menggendong Ares menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar. Usai membantu Ares, Putra melirik jam di atas meja samping tempat tidur. Pukul 04.48 — waktu yang pas untuk bersiap sholat Subuh. "Sebentar lagi Subuh. Ares mau lanjut bobok atau ikut sholat?" tanya Putra sambil meletakkan Ares kembali ke atas kasur. "Ikut sholat. Kakak pasti sudah bangun," jawab Are

  • MENGAJAR CINTA   30. Malam di Rumah Kakek

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA ... “Papa!” teriak Ares riang saat melihat sosok laki-laki gagah—tampan versi dirinya sendiri. Tapi memang, ayahnya itu benar-benar tampan, bukan cuma menurut Ares saja. Mark ikut menoleh ke arah pandangan Ares. Ia melihat Putra dan Kakek Karim sedang duduk berdua di tepi kandang. Mark refleks melepaskan pegangan di kerah Ares dan langsung menggenggam tangannya. Bukan karena takut dimarahi Putra—lebih ke antisipasi, siapa tahu Ares mendadak lari saking semangatnya. “Kakak, lepasin tangan Yes,” pinta Ares dengan suara memohon dan mata bulat penuh kepolosan. “Kakak lepasin, tapi Ares harus ingat: nggak boleh lari,” ucap Mark sambil menunjuk-nunjuk dengan telunjuk kirinya, seperti menegaskan aturan. Ares mengangguk mantap. Mark pun percaya begitu saja—Ares memang anak yang menurut… setidaknya beberapa langkah pertama. Satu... dua... tiga langkah… dan benar saja, Ares langsung melesa

  • MENGAJAR CINTA   29. Tempat Pulang

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA ... Putra menuruni anak tangga dengan santai. Saat berada di pertengahan, ia mendengar bel rumah berbunyi. “Sebentar…” serunya tenang sambil melangkah menuju pintu depan. Begitu pintu dibuka, Putra mendapati seseorang berdiri di sana. “Kenapa?” tanyanya datar. “Si bangsat,” geram Satria sambil mendorong Putra ke samping dan masuk begitu saja, seolah rumah itu miliknya sendiri. Putra menukikkan alisnya, lalu mendengus pelan melihat tingkah personal asistennya yang juga sahabat dekatnya itu. “Ngapain sih? Gue mau pergi, kalau lo lupa,” jelas Putra sembari ikut duduk di meja makan bersama Satria. Ia mulai mengambil nasi goreng untuk sarapan yang sudah disiapkan oleh Nita. Ternyata, Putra bisa juga berbicara dengan bahasa non-formal jika sedang bersama orang-orang terdekat. T

  • MENGAJAR CINTA   28. Pertemuan tak Terduga

    SELMAT MEMBAC SEMUANYA...Satu minggu liburan telah berlalu.Kegiatan Dinda tak jauh-jauh dari menunggu tempat bimbel setiap harinya. Ia juga sibuk membuat brosur untuk promosi bimbel mereka, serta telah membuka lowongan baru untuk mencari dua pengajar—khusus jurusan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.Setelah dipikir-pikir, Dinda merasa sudah tidak sanggup lagi mengatur waktu untuk kelas-kelas SMA. Soalnya, bimbel ini semakin berkembang pesat; kini ada peminat dari semua jenjang—TK, SD, SMP, hingga SMA.Sore itu, Dinda sedang menjelaskan kepada salah satu orang tua yang datang mencari bimbel untuk anaknya.“Kalau untuk anak TK, kita ada kelas reguler, Pak,” jelas Dinda saat pria tersebut bertanya tentang kelas yang cocok untuk anaknya.Orang itu mengangguk, lalu menunjuk ke brosur yang Dinda pegang. “Ini ada kelas non-reguler. Apa bedanya dengan reguler?” tanyanya.Dinda tersenyum sopan. “Itu khusus untuk anak SMP

  • MENGAJAR CINTA   27. Tragedi Nyamuk

    SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Kegaduhan terjadi malam itu di rumah Karim. Penyebabnya tak lain adalah Ares.“Huaa… Ibu… hiks… kaki Yes… hiks… gatal… hiks…” Ares menangis keras. Ia tidak tahan dengan rasa gatal yang menyerang kakinya.Ternyata, semua itu berawal dari kejadian siang tadi—saat Ares bermain di ladang dekat kandang kerbau bersama Mark.Flashback on..."Lihat...." telunjuk ares mengarah pada kakinya."Astaga dek..." ujar mark sedikit berteriak.Bagaimana tidak berteriak, kalau di kaki Ares ada seekor nyamuk besar—perutnya gendut karena kekenyangan menghisap darah Ares?“Lucu ya, Kakak…” ucap Ares polos. Ia memang belum tahu banyak hal. Tentu saja Ares tidak tahu binatang apa itu—karena baru kali ini ia melihat seekor nyamuk secara langsung.Kalau ditanya, “Apa itu nyamuk?” Ares pasti menjawab mantap, “Hewan pemakan dalah!” Darah, maksudnya. Ia tahu itu dari Putra—sumber segala il

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status