SELAMAT MEMBACA SEMUANYA..."Apa, sayang?"Putra menjawab lembut panggilan Ares yang sejak tadi memanggil dari luar. Kalau saja ada orang luar mendengar cara Putra menjawab dengan suara bass-nya yang dalam dan manja begitu, pasti sudah meleleh. Eh, tapi diam dulu kalian ya, jangan kepedean. "Papa..." panggil Ares lagi dari arah luar ruang kerja Putra. "Apa, Nak? Coba sini dulu," sahut Putra sabar. "Papa, Yes mau makan mie..." ucap Ares penuh harap. "Mie?" tanya Putra, sedikit terkejut. Ia menoleh ke Ares yang kini mengangguk semangat. "Mau makan mie apa, Nak?" tanyanya lagi. Ares menggeleng. "Gak tahu, Papa. Yes nonton tadi, telus ada yang makan mie..." jelasnya polos. Hari Minggu memang biasanya jadi waktu khusus bagi Putra dan Ares. Nita maupun Amang Adin libur, jadi rumah terasa lebih tenang—pas untuk quality time berdua. "Boleh, Papa?" tanya Ares lagi, kali
SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Pagi menjelang, Ares sudah duduk manis di meja makan, menunggu Nita menyiapkan nasi goreng dan roti untuknya. “Telima kasih, Mbak,” ucapnya saat Nita meletakkan selembar roti panggang tanpa selai—kesukaan Ares yang terbilang unik. Roti itu ditemani segelas susu cokelat hangat di hadapannya. “Sama-sama, sayangnya Mbak. Dimakan, ya,” balas Nita lembut. Ares hanya mengangguk, lalu mulai menyuap roti yang sudah lebih dulu disuir-suir oleh Nita agar lebih mudah dimakan. “Mbak udah makan?” tanya Ares polos. “Habis ini Mbak makan, Dek,” jawab Nita jujur. Makanan yang ia masak tadi sudah ia pisahkan sebagian untuk dirinya sendiri. “Pagi...” sapa Putra yang baru turun dari tangga. “Pagi, Pak,” sahut Nita ramah. “Selamat pagi, Papanya Yes,” sambut Ares ceria setelah menelan rotinya. Putra tersenyum tipis sambil mengusap kepala Ares dengan lembut, lalu duduk
SELAMAT MEMBACA SEMUANYA ... "Papa..." panggil Ares dari lantai atas. "Mbak... Mbak di mana?" teriaknya lagi, kali ini memanggil Nita. Namun, rumah terasa sepi—seperti tak berpenghuni. Ares akhirnya menuruni tangga dengan hati-hati, persis seperti pesan Mbak Nita yang sering ia dengar: kalau turun tangga harus pelan-pelan. "Mana olang, ni?" tanyanya pada diri sendiri dengan wajah bingung. "Yes sendilikah?" gumamnya lagi sambil mulai berkeliling rumah. Ia menyusuri ruang tamu, ruang belajar, ruang kerja Putra, dan dapur… semuanya kosong. "Tak ada semua olang pun..." ujarnya lirih, mulai terlihat kecewa. Ares mulai sedih. Bangun tidur tadi, ia tidak mendapati Mbak Nita di kamarnya. Padahal biasanya, pengasuhnya itu selalu ada di dekatnya saat ia tidur siang. Kalaupun tidak ada, begitu Ares memanggil, Mbaknya akan langsung datang menghampiri. "Ke mana semua olang... hiks... hiks..." Oh tidak, si kecil akhirnya tak bisa lagi menahan air mata yang sedari tadi b
SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Siang menjelang, Putra sudah memasukkan sebagian barang-barangnya ke dalam mobil. Namun, barang-barang milik Ares sengaja ditinggalkan—karena Putra tahu, anak itu pasti akan main lagi ke Lembang.Car seat untuk Ares pun sudah disusun di kursi depan, sesuai permintaan si kecil yang ogah duduk di belakang.“Ibu, Kakak kapan pulang?” tanya Ares pada Jena yang sedang berdiri di dekatnya.“Sebentar lagi, Sayang,” jawab Jena lembut, sambil mengusap pucuk kepala Ares dengan penuh kasih.“Anak Ayah nggak mau nambah hari nginapnya?” sahut Jojo dari kejauhan, tersenyum menggoda.Ares menggeleng cepat. “Yes mau belajal kayak Kakak juga, Ayah. Kasihan Miss Dinda nanti nungguin Yes,” ujarnya polos, teringat pada gurunya itu saat melihat Mark berangkat sekolah pagi tadi.Itu juga yang membuat Ares semangat ingin cepat pulang—teman-teman Mark saja sudah kembali ke rumah masing-masing sejak subuh ta
SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Rencana tinggal rencana.Putra awalnya ingin pulang Minggu sore, tapi Mark belum mengizinkan. Akhirnya mereka sepakat menunda kepulangan hingga Senin siang, menunggu Mark pulang sekolah kerena kegiatan belajar sudah aktif kembali. Malam itu, halaman belakang rumah Karim kembali ramai. Mereka bersiap untuk bakar-bakar ikan dan ayam hasil ternak sendiri—ikan dari kolam, ayam dari kandang belakang rumah. "Selamat malam semuanya!" sapa Haikal dari dalam rumah, menyusul yang lain ke belakang. "Haikal, kamu lama banget. Jema sama Ilal udah dari tadi," ujar Jema. "Hehe, maaf ya. Haikal lupa, untung Mark nyusul," kata Haikal sambil tertawa kecil. "Oh, jadi Mark jemput kamu? Pantesan pas kita datang dia ngilang," timpal Ilal sambil mengangguk paham. Jema dan Ilal sibuk membantu Jena menusuk sosis dan bakso—permintaan mereka sendiri yang langsung dibelikan Jena. Untung saja warung fr
SEMALAM MEMBACA SEMUANYA...Mata bulat itu mengerjap pelan. Ares menatap ayahnya yang masih tertidur lelap, lalu menyentuh wajah tampan sang ayah dengan lembut. "Papa, Yes bangun," bisiknya pelan, memberi tahu bahwa dirinya terjaga. Putra mengerang pelan, terganggu oleh sentuhan kecil di wajahnya. Perlahan, matanya terbuka. "Ada apa, Boy?" tanyanya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur. Ares memandang Putra dengan mata bulat polos."Yes mau kencing," lapornya singkat. Putra langsung bangkit dari tidurnya dan menggendong Ares menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar. Usai membantu Ares, Putra melirik jam di atas meja samping tempat tidur. Pukul 04.48 — waktu yang pas untuk bersiap sholat Subuh. "Sebentar lagi Subuh. Ares mau lanjut bobok atau ikut sholat?" tanya Putra sambil meletakkan Ares kembali ke atas kasur. "Ikut sholat. Kakak pasti sudah bangun," jawab Are