Home / Romansa / MENGAPA CINTA MENYAPA / Perkenalan Yang Kaku

Share

Perkenalan Yang Kaku

last update Last Updated: 2022-02-04 22:22:37

Rania mengangguk. Bukannya menjawab pertanyaan Verdi, ia malah membelokkan topik pembicaraan. “Mengenai kejadian waktu itu di areal parkir, aku yang salah.”

Verdi menaikkan alis mata. “Aku nggak percaya kamu ke sini untuk ngomongin lagi kejadian menyebalkan itu.”

“Memang nggak sih,” Rania menyibak rambut pirangnya yang tergerak di bawah bahu.

“Tapi aku rasa kasus kemarin, bagaimana pun juga, perlu diselesaikan.”

Verdi nampak berpikir sebelum mulai menjawab. “Bukannya kasus itu memang udah selesai?”

Rania tidak langsung menjawab. Verdi menyambung ucapannya. “Atau kasus serempetan itu kamu anggap belum selesai? Aku sih nggak keberatan koq kalau harus kembali mengajukan biaya perbaikan.”

“Nggak, bukan itu,” Rania cepat-cepat menjawab. “Maksudnya aku senang kasus itu dianggap selesai, Pak.”

"Aku nggak suka dipanggil begitu. Verdi saja."

"Aku juga. Panggil Rania saja, OK?"

Verdi mencibir kecil. Cibiran yang seperti berarti bahwa ia sependapat dengan Rania. Rania melirik pria itu sekilas. Sudah berumur, namun terasa segar. Mengenai ketampanan, untuk orang seusianya, Verdi memang pantas berada di level 9 dari rentang 1 hingga 10. Bagi Rania, pria dengan umur seperti itu memiliki daya tarik tersendiri. Mereka tidak nampak 'pecicilan' atau 'kegatalan' kalau bertemu wanita cantik. Mereka cenderung tenang dan pandai memainkan emosi.

Tapi, apa artinya wajah good looking kalau itu orang juteknya seperti apa yang ditunjukkannya?

Welcome aboard. Selamat bergabung, Rania. Percaya deh, perusahaan ini bukan surga, bukan juga perusahaan idaman. Tapi lumayan untuk cari-cari pengalaman. Once you got it, get the hell out of here."

Rania mengerenyit kening. Tak menduga bahwa Verdi cukup nyinyir menilai perusahaannya sendiri. Keluar dari perusahaan setelah mendapatkan ilmu yang cukup? Ide apa itu? Tapi karena merasa bahwa topik itu agak sensitif  untuk diulas ia memutuskan untuk tidak mengejar maksud ucapan Verdi. Ia hanya memperbaiki posisi duduknya.

“Seperti yang kamu minta, aku cuma mau menyampaikan kalau departemen kami sudah siap untuk diaudit."

“Audit?” Verdi gagal menyembunyikan kebingungannya.

Ditanya seperti itu, Rania justeru heran.

“Dua hari lalu kamu bilang begitu kan? Jadi kapan bisa kita mulai?”

Verdi menyandarkan punggung di kursi putarnya. “Bagaimana kalau Selasa depan?”

“Nggak kelamaan? Bagaimana kalau besok?”

Alis mata Verdi menaik. “Memangnya siap?”

“Siapa aja,” Rania menjawab tegas.

Verdi mengangguk-angguk. “Kamu sudah baca materi yang nanti diaudit?”

“Sudah,” Rania tetap menjawab tegas.

“Anda tahu ordernya ada empat kan? Dan itu mencakup ratusan tolok ukur atau KPI. Tau kan apa itu KP....”

"Key Performance Indicator. Tolok ukur."

Verdi mencibir kecil lagi. Senyum yang berarti sedikit mengagumi pengetahuan Rania yang ternyata tidak dangkal seperti sempat ia duga.

“Mm... ya empat,” Rania mulai nampak goyah sebelum menambahkan.

“Aku sudah mulai mempelajari kemarin,” katanya. Ia berdusta karena ia baru mulai melakukannya sejak hari pertama di sana. Dusta terpaksa dilakukan demi tekadnya menghadapi pria menjengkelkan ini.

Verdi menyeruput kopi dari cangkir di dekatnya. Rania bergidik melihat perubahan raut wajah Verdi yang kembali mendingin.

“Jadi maksudmu, berkas dari empat ordner sekaligus sudah dipelajari? Begitu?“

Rania mengangguk.

Sedetik kemudian, suasana yang mulai menghangat di antara mereka berdua berubah menjadi kembali tegang.

“Pinter bohong juga kamu!“

Rania tercekat. Verdi terus berbicara dengan intonasi meninggi.

“Di perusahaan ini, jangan sekali-kali anggap enteng yang namanya proses auditing. Kami menerapkan standar negara asal. Karena itulah, kalo pas diaudit ternyata ditemukan major finding tiga buah saja, maka temuan itu akan jadi alasan yang cukup untuk membuat seluruh pabrik libur produksi sebulan penuh. Major finding semacam itu sudah terjadi dua kali pada cabang perusahaan di dua negara berbeda yang kemudian berakhir dengan penutupan sementara karena tindak lanjut yang parah. Karena itu aku akan mati-matian menjaga jangan sampai peristiwa yang sama terjadi di sini karena aku tidak siap melihat dua ribu karyawan terpangkas penghasilannya. Karena itulah  Rania, please, persiapkan audit sebaik mungkin. Jangan asal saja. Mempelajari hingga empat ordner dalam tempo satu bahkan dua hari itu nggak mungkin, nonsense.“

Rania makin tercekat. Ia sadar dirinya terjebak oleh kecerobohan ucapannya sendiri. Verdi masih melanjutkan suara dinginnya.

“Dengar baik-baik, aku saat ini dipercaya jadi Lead Auditor. Untuk itu aku harus pastiin kalau audit nggak dilakukan main-main. Artinya baik auditor maupun auditee harus melakukan tugas dengan sungguh-sungguh. Lantas, bagaimana mungkin kamu yang baru hitungan hari di sini sudah menyatakan siap diaudit sedangkan bahan-bahannya belum dipelajari semua? Jangan berbohong dengan mengatakan semua dokumen di empat ordner sudah dipelajari semua. Apalagi kamu belum lama orientasi. Aku tuh bukan anak kecil yang mudah dibohongi.”

Mendengar rangkaian kalimat panjang, Rania terlecehkan. Tapi, Verdi memang benar. Ia tidak siap sama sekali. Apa yang tadi ia katakan sebetulnya tak lebih dari gertak sambal. Dan itu adalah gertak yang salah sasaran karena Verdi sangat memahami tugas yang ia akan lakukan. Rania kesal. Tapi sadar ia tidak memiliki amunisi yang cukup untuk membantah ucapan Verdi tadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENGAPA CINTA MENYAPA   Ending Yang Sempurna

    “Sayang, aku sekarang ngerti. Kamu sebetulnya tadi itu sedang dijebak oleh Renty. Dia dengan rekannya adalah orang yang nyusupin barang haram itu ke dalam tas kopermu.” Rania tak bisa berkata apa-apa. Mulutnya ternganga lebar dengan mata membelalak sembari menggeleng-geleng kepala. Mama Lidya tak kurang terkagetnya. “Saat dia sendirian, dia ngelakuin aksinya. Seperti yang kamu cerita saat dini hari itulah dia mem-finalisasi rencananya. Mungkin saat itulah dia dikirimi paket narkoba dari temannya yaitu ganja dan segala macam obat haram itu. Mungkin juga Renty adalah penggunanya. Tidak tertutup kemungkinan ke arah itu. Saat pagi harinya ketika kamu nggak di kamar, dia sisipkan itu di bagian tas koper. Mungkin dengan membuat robekan kecil di koper kamu yang memang hanya berbahan kain. Sayangnya, rencana itu gagal. Ada Tuhan yang jagain kamu. Kamu dibuat mengalami peristiwa buruk yang bikin tas koper kamu robek dan barang haram yang disisip di dalamnya terjatuh. Paket itu lantas kamu bua

  • MENGAPA CINTA MENYAPA   Tabir Yang Terbongkar

    “We gonna make it?”“Absolutely, Mister.” Rania mencondongkan wajahnya ke samping wajah Verdi. “Dan udah terbukti kamu masih tetap joss.”Verdi terbahak lagi. Apalagi kini Rania menatap dengan gerak alis dan tatapan laiknya seorang wanita yang nakal hendak mengajak bercinta. Benar-benar sudah tak ada lagi duka di wajah itu seperti ketika ia baru saja tiba.*Kebahagiaan kedua Rania alami ketika ia dan Verdi tiba di kendaraan mereka. Rupanya ada Mama di sana yang menunggui. Dan yang membuat Rania terkaget adalah bahwa Mama di sana dengan seorang bayi lucu dalam pelukannya.Cerita kemudian mengalir satu demi satu baik dari Mama maupun dari Verdi. Tentu saja porsi terbesar cerita ada pada Mama yang secara runut menceritakan keajaiban yang ia alami. Mungilnya sang bocah membuat Rania jatuh cinta seketika. Permintaan Mama untuk ia merawat bersama-sama diterima de

  • MENGAPA CINTA MENYAPA   Survey Bulshit

    Hanya ada bahagia tak terperi. Saat Surabaya sudah makin tenggelam dalam malam bahagia seolah bertumpukan satu per satu menimpa hidup Rania. Dimulai dari ketika ia disambut oleh senyum Verdi di pintu keluar bandara.Ah, beda dengan hampir tiga tahun lalu di pelataran parkir perkantoran di Jakarta ketika cinta menggebu membuat Verdi berani memeluk dirinya berlama-lama di tengah keramaian, situasi itu tak terjadi lagi saat ini. Namun tentu saja itu bukan masalah besar bagi Rania. Cinta Verdi atas dirinya tak perlu diragukan lagi karena toh tak semua orang wajib mewujudkan dan melampiaskan rasa itu dengan cara ekspresif.Verdi memeluk. Sebentar. Namun sangat hangat. Dan betapa Rania merindukan pelukan pria terhebat yang ia bisa miliki itu. Pengalaman mengerikan yang dirancang seorang perempuan jahat bernama Renty gagal terwujud. Dan ia yakin itu terjadi karena doanya yang tulus yang menyertai perjalanan.“Kenapa nangi

  • MENGAPA CINTA MENYAPA   Gentle

    Penjelasan itu terasa cukup bagi Rania. Ia mengambil tasnya kembali dan memutuskan tidak perlu bertanya lagi. Jam dinding di salah satu sisi ruangan menunjukkan waktu bahwa ia harus sesegera mungkin menuju ruang tunggu pesawat. Para petugas X-Ray tadi menunjukan sikap hormat ketika Rania bergegas pergi.Sepuluh menit kemudian ketika pesawat yang ditumpangi sudah take off, Rania masih terus memikirkan pengalaman aneh yang terjadi. Ketika ia melihat seorang anak kecil pada bangku di depannya membuka bungkus kemasan biskuit berwarna biru tua, seketika ia teringat sesuatu. Ia teringat pada bungkus berukuran sama dan warna yang sama yang ia buang di tempat sampah bandara. Bungkusan yang menurut pengemudi taksi daring yang ia naiki terjatuh dari koper akibat ada bagian koper yang robek karena terbentur bagasi mobil. Bulu kuduk Rania meremang.Tidak perlu menjadi seorang jenius dengan sederet gelar untuk mengetahui apa yang terjadi. Ia nyaris

  • MENGAPA CINTA MENYAPA   Digeledah

    Urusan check in sudah selesai. Dengan alasan bahwa koper yang dibawa Rania adalah koper kecil yang akan dibawa masuk dalam bagasi kabin pesawat, Rania melangkah ke arah ruang tunggu pesawat. Namun saat melewati security-check, ia kaget karena detektor X-Ray berbunyi. Ia melihat sekitar. Tak ada penumpang pesawat lain. Artinya detektor berbunyi saat melakukan scanning atas koper miliknya.‘Maaf, ibu boleh minggir sebentar?”Ajakan seorang ibu petugas bandara tadi membuat Rania sedikit gugup. Para penumpang lain mulai berdatangan ketika Rania menurut.“Maaf, boleh kopornya dibuka?”Rania merutuk dalam hati atas gangguan kecil yang dialami. Namun ia menenangkan diri sendiri karena menurutnya ini bukan pengalaman pertama ia diminta seperti itu. Itu sebabnya dengan tersenyum ia mengikuti permintaan petugas itu dan membuka koper setelah mengisikan nomor kode koper.Dibantu seorang pe

  • MENGAPA CINTA MENYAPA   Tentang Peranakan

    “O gitu? Kamu puasa Senin – Kamis?”“Begitulah?”“Buat apa? Buat supaya sukses bisnis?”“Bukan.”“Buat dapet jodoh?”“Gak lah.”“Terus? Tujuannya apa?”“Buat ngurusin badan.”Wajah innocent alias tak berdosa yang ditunjukan oleh James sukses membuat Terry tertawa. Walau tawa kecil bagi James ini langkah bagus. Hati Terry yang gembira merupakan pintu masuk untuk diskusi yang sebentar lagi dilakukan akan berjalan kondusif dan hangat. Ia masuk ke dalam gerai, mengambil kopi, biskuit, kue, serta menyelesaikan pembayaran dan menemui Terry kembali di tempatnya semula.“Nih, silahkan nikmati,” katanya sembari mulai meletakkan roti dalam bungkusan plastik beserta kopi dalam kemasan botol plastik mungil ke depan Terry.Saat belum lagi menaruh semua, mendadak dari kanton

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status