Elijah tahu bahwa Edmund diam-diam mengusir Cecilia dari rumah. Ketika Ruby merasa gembira, maka Elijah murung sampai lebih dari sepekan lamanya.Pada akhirnya kembali ceria, ketika pada minggu pagi, Edmund membawanya ke tempat di mana Cecilia berada.Rumah barunya.Cecilia berlarian penuh semangat yang sempat hilang, ketika melihat dari jendela kamarnya siapa yang datang.Seseorang yang selalu ditunggu-tunggu.“Kak Elijah!”“Cecil!”Mereka berpelukan. Layaknya kakak adik. Sayangnya, bukan. Malah Edmund sebenarnya, ingin memutus hubungan mereka berdua.Edmund sengaja datang tanpa Ruby dan Emerald. Tidak mau ada drama. Mereka berdua jelas bukan orang yang dirindukan oleh Cecilia.“Menurutmu kenapa?” Edmund bertanya dengan nada pelan pada Mase Geofran di sisi kanannya.“Masih sepekan. Wajar bila Kelly Hadden belum berhasil menemukannya. Tempat ini aman dari dunia luar. Anak-anak yang tinggal bukan dari kalangan orang biasa.”Ada anak haram para pejabat. Anak cacat fisik keluarga konglom
Kelly Hadden tidak punya waktu bermain-main ancaman dengan Edmund. Dia berlalu dari hadapan pria itu sambil berpikir keras bagaimana caranya dia bisa mengambil ‘putri’-nya kembali.“Dia sudah coba mengguncangku. Jangan salahkan aku jika terjadi kehebohan yang membuatnya kehilangan banyak hal.”***Acara sosial masih akan berlanjut. Sementara Edmund sudah sangat tidak sabar menanti Kelly Hadden melancarkan aksinya.“Edde, aku haus.” Ruby menarik-narik ujung jari Edmund.Edmund benar-benar lupa. Dia lupa akan kesejahteraan putrinya.“Ayo, kita ambil minuman.” Edmund bergerak menuju ke arah tenda kecil untuk para tamu. Di sana tersedia semua jenis makanan ringan dan minuman yang sudah disiapkan oleh pihak taman kanak-kanak Rosamund.Pantas saja Ruby merengek pada Edmund, padahal sebenarnya, gadis itu bisa mengambilnya sendiri. Itu karena sebagian teman-temannya ditemani ayah dan ibu mereka untuk mengambil minuman dan camilan.Ruby ingin pamer. Menunjukkan bahwa dia tidak hanya akrab deng
Emerald malu-malu.Diminta memuaskan diri sendiri itu memang mudah sebenarnya, tapi rasa gugup dan malu itu yang mencegahnya untuk langsung melakukannya sambil ditonton sang suami.“Tidak mau?” Alis Edmund terangkat sebelah.“Bu-bukan,” bantah Emerald. Panik dan canggung. “Aku ... aku malu.”“Malu?” Untuk alasan itu Edmund terkejut bukan kepalang. “Sekian banyak kita bercinta dan kamu masih merasa malu padaku?”Emerald nyaris menjawab dengan suara tidak terdengar. “Karena biasanya, kamu hampir tidak pernah memintaku melakukan hal seperti ini.”Edmund tersenyum sinis tanpa terlihat Emerald. “Aku sedang ingin melihatmu terpuaskan oleh dirimu sendiri. Ayo, Sayang. Lakukan lah.”Emerald menatap Edmund ragu-ragu. “Jangan tertawa, ya?”“Untuk apa? Kamu aneh, Sayang.” Edmund tertawa pelan, heran. “Justru dengan melihatmu memuaskan dirimu seperti itu, akan menciptakan gairah padaku. Hasrat yang berbeda sensasinya.”Mendengar bahwa itu akan menaikkan hasrat Edmund padanya, Emerald memikirkan h
Miss Adeya Brington tidak mengeluh sama sekali, hanya mengaduh. Karena tentu saja itu sakit. Kedua kakinya tertimpa kardus yang isinya setumpuk pakaian.“Tolong maafkan aku,” pinta Mase yang kegugupannya bertambah dua kali lipat. Dia tidak tahu harus bagaimana, tapi akhirnya berlutut untuk memastikan keadaan kaki wanita yang kecantikannya bahkan cuma setengah dari Kelly Hadden itu.Ya, cantik itu relatif. Namun, siapa pun mungkin akan berpikir bahwa Kelly Hadden jauh lebih menarik dan manis dari miss Adeyap Brington yang apa adanya.Rok pensil selutut warna cokelat gelap, dipadukan bersama blus lengan panjang putih gading yang mengesankan gaya klasik dari seorang Adeya Brington.Rambut hitam kecokelatannya pun, dibiarkan dalam gaya low ponytail. Berkesan simple. Memang Adeya Brington.“Tidak apa-apa, Tuan Geofran.” Miss Adeya canggung dengan sikap Mase yang dianggapnya berlebihan, karena berlutut seperti itu. Dia memundurkan dirinya dengan perasaan tidak enak.“Biarkan aku memeriksa k
Cecilia terkena demam berdarah. Perlahan, semua gejala yang dialami oleh tubuh gadis kecil itu mulai terlihat.Pemeriksaan laboratorium dan rontgen mengatakan begitu.Mual dan muntah, mimisan, bahkan gusi Cecilia juga ikut berdarah. Gadis itu menggigil dan lemas. Bahkan ada banyak bintik merah yang timbul di kulit bocah kesayangan Elijah itu.“Pantau dia.”Mase yang tidak fokus segera mendapat perhatian dari Edmund. “Mase Geofran? Kamu dengar aku?”Mase terperanjat. “Ya? Eh, maaf ada apa, Edmund?”Mereka kini saling tatap di luar ruang rawat Cecilia. Gadis itu sudah dipindahkan ke ruangan yang lebih memadai di tempat itu.“Kamu tidak fokus? Tumben sekali.”Mase mengusap tengkuk dengan tidak nyaman. Dia lalai. Semua karena apa yang coba dia pikirkan dan cerna secepat kilat.“Itu ... seperti ceritaku tadi.”Edmund paham. “Ah, ya. Ini tentang kematian ibumu?”Mase mengangguk separuh, sanking pelannya. “Aku akan memantau di sini—”“Tidak. Pergi lah, selesaikan. Aku juga begitu ingin tahu
“Kenapa harus Uncle?”“Karena Uncle mau melakukannya.” Mase kira lebih mudah menghadapi Ruby, daripada Edmund. Nyatanya, berbanding sangat terbalik. Bahkan Kelly Hadden yang begitu banyak maunya, masih sanggup dia hadapi.“Uncle tidak perlu melakukannya.” Ruby merengut. Kesal bukan main, tapi ditahannya. Belakangan, penguasaan dirinya terhadap emosi sudah jauh lebih baik.Jadi, jangan beri kesan tidak menyenangkan atau Mase Geofran di depannya itu akan mengadu yang tidak-tidak pada Edde-nya.“Benar juga. Ya, sudah. Biar Uncle beritahu Edde-mu bahwa kamu menolak.” Mase sengaja lambat-lambat.Ruby dengan langkah kecilnya mengejar, lalu memeluk kaki Mase yang panjang. “Uncle, ayo pergi bersamaku.”Dengan senyum penuh kemenangan, Mase mengangguk. “Ayo.”***Miss Adeya Brington jadi pengganti Kelly Hadden. Menjadi pemimpin lebih tepatnya, untuk menjalankan kegiatan sosial. Meneruskan kebaikan Kelly Hadden yang tertunda karena kematian misterius wanita itu.Mase menghampiri Miss Adeya yang
Sudah dipastikan, Edmund punya pilihan pada akhirnya.Mase Geofran yang akan menjadi wali dari Cecilia Ranvil. Edmund sudah membicarakan hal ini sebelumnya dengan Mase dan pria itu setuju, setelah diberi waktu berpikir selama beberapa hari.Bahkan Anye Truvan ikut diboyong ke rumah baru Mase, untuk menjaga Cecilia selama dua puluh empat jam penuh.Ya, rumah baru. Edmund memberikan tempat tinggal satu rute perjalanan dengan kantor. Sehingga Mase tidak perlu cemas, jika datang terlambat. Cukup lima menit berjalan kaki dan hanya semenit naik mobil.Mase mau menerimanya, karena Elijah. Bukan karena bocah itu tahu tentang keadaan Cecilia, tapi dia tahu bahwa Elijah sangat menyayangi Cecilia Ranvil. Bahkan putra sulung Edmund itu belum tahu menahu mengenai hal ini.Rencananya, akan ada pesta penyambutan rumah baru dan kepulangan Cecilia dari tempat tinggalnya dulu yang mirip seperti panti asuhan, meski tampaknya lebih cocok disebut sebagai rumah perawatan.(Siapkan pesta penyambutan yang me
“Sejak tadi, Astrid.”Bibir tipis berwarna nude milik Astrid spontan tertutup rapat. Sudah salah memperhitungkan keadaan, dia juga harus siap diceramahi habis-habisan oleh suaminya, nanti di rumah.“Pak Kepala Sekolah, sebenarnya—”“Kamu bisa pulang sekarang,” potong Dane sebelum dia semakin marah karena ucapan Astrid yang ditujukan untuk Adeya, malah menyakiti perasaannya. Memang rasanya aneh. Karena tadi, ketika rencananya dia hanya akan jadi pendengar saja di ruangan rahasianya, malah berujung dengan dirinya yang tidak tahan atas penghinaan istrinya terhadap Adeya.Adeya menganggap bahwa pertarungan harga diri sudah cukup. Dia tidak akan mungkin menang dari seorang nyonya besar yang berasal dari dua keluarga hebat.Keluarganya sendiri dan keluarga suaminya. Mortimer dan Madden. Dua keluarga setelah Edmund Bryan yang berkuasa. Mereka semua ada dijajaran teratas.Meski terinjak-injak sekali pun, dia hanya perlu diam dan menahan diri. Tidak apa. Tidak mengapa. Karena sejak kecil, dia