Ketika Leon dan Henri asyik bercengkrama mengenai pekerjaan apa yang cocok untuk Leon, beberapa orang berpakaian serba hitam dengan tubuh tegak menghampirinya.
“Tuan Muda, mohon jangan mempersulit kami! Tuan Besar meminta kami untuk menjemput Anda,” ucap salah satu bodyguard.
“Katakan pada Papa, aku tidak mau pulang dengan paksaan,” jawab Leon dengan nada marah.
Bodyguard itu tidak menghiraukan apa yang di katakan oleh Leon karena mereka diperintahkan langsung oleh Tuan Besar. Saat Leon melawan, mereka memukulnya hingga pingsan dan akan membawa pulang ke kediaman utama Tuan Besar Atmaja.
Setelah beberapa puluh menit, mereka tiba di kediaman Tuan Besar Atmaja.
“Tuan Besar, kami sudah membaringkan Tuan Muda di atas kasurnya.”
“Kerja bagus! Kunci kamar anak itu karena besok putri temanku akan datang ke rumah,” ucap Tuan Besar Atmaja.
Keesokan harinya, Leon terbangun. Dia sedikit merasa sakit di bagian lehernya, bekas pukulan dari bodyguard yang menjemputnya semalam. Sudah biasa baginya dijemput paksa, walau sedang berada di bar sekalipun. Leon mengambil ponsel untuk mengecek media sosial milik Velope agar tidak terlarut dalam kemarahan.
“Kau sudah bangun, Leon? Mandi dan ganti baju yang rapi! Di bawah ada tamu yang harus kau temui,” seru Tuan Besar Atmaja yang masuk ke kamar putranya.
“Tunggu saja di ruang tamu. Aku tidak akan kabur dari lantai dua ini.” Leon melangkah ke kamar mandi dengan rasa malas.
***
Leon perlahan menuruni anak tangga rumahnya menuju ruang tamu. Dia menggunakan setelan kemeja warna putih dan tuxedo warna abu-abu, senada dengan celananya. Leon terlihat sangat gagah, hidung mancung, mata bulat berwarna hitam, tinggi badan proposional, membuat tamu yang datang ke rumahnya terpana akan ketampanannya.
“Selamat siang, Tuan dan Nyonya,” sapa Leon seraya membungkukkan badannya kepada tamu yang datang ke rumahnya.
“Leon, duduklah! Apa kamu masih ingat, siapa gadis yang ada di depanmu ini?” tanya Tuan Besar Atmaja.
Leon memandang gadis itu dengan sinis. Sedikit pun dia tidak tertarik dengannya. Bagi Leon, wanita yang pantas mendampingi hidupnya hanya Velope. Tanpa dijelaskan pun, Loen sudah paham apa arti dari pertanyaan sang papa.
“Aku sama sekali tidak ingat siapa dia!”
Tuan Besar Atmaja menjelaskan dengan detail siapa gadis yang datang berkunjung ke rumahnya ini. Dia adalah Angie Sanjaya. Dia juga tumbuh besar bersama Leon dan Henri semasa kecil. Dia lahir dari keluarga pengusaha terpandang, sama seperti Leon. Sangat pantas sekali menjadi menantu keluarga Atmaja.
“Leon, berhubung Angie baru saja kembali dari luar negeri, kamu bisa ajak dia jalan-jalan sebenatar,” bujuk Tuan Besar Atmaja.
“Kenapa harus aku? Memangnya, dia tidak punya keluarga apa!” seru Leon dengan tetapan dingin.
Tuan Besar Atamja mencoba untuk bersabar menghadapi perilaku Leon yang makin hari, makin keras kepala dan susah diatur itu. Beliau tetap membujuk Leon agar membuka diri untuk Angie. Misi Tuan Atmaja yang menjodohkan keduanya harus berhasil.
“Kalian dulu tumbuh bersama, jadi mengenang masa kecil juga bukan hal yang buruk, kan, Leon?”
“Aku sedang tidak ingin jalan-jalan. Hari ini, aku ada janji dengan temanku,” jawab Leon masih dengan tatapan dingin.
Tuan Atmaja masih tidak mau kehilangan akal. Dia meminta Leon membawa Angie untuk menemui temannya. “Kenapa kau tidak sekalian membawa Angie? Kan, bisa mengenalkan Angie ke temanmu itu.”
Leon menyetujuinya. Karena dia pikir, jika tidak membawa Angie keluar, dia tidak akan bisa meninggalkan rumah dengan aman. Tujuan utamanya adalah bertemu Velope yang saat ini berada di lokasi syuting.
“Baiklah. Ayo, kita berangkat!” seru Leon sambil pergi meninggalkan ruang makan.
Tuan Atmaja senang karena Leon hari ini pergi berkencan dengan gadis pilihannya. Padahal dalam pikiran Leon hanya memanfaatkan Angie agar bisa keluar rumah. Dia mengendarai mobil mewahnya dengan kecepatan tinggi, membuat Angie ketakutan dan memintanya untuk memelankan laju kendaraannya.
“Leon, kenapa kau mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi seperti ini? Aku takut!” ucap Angie.
“Turun dari mobilku sekarang!” bentak Leon sambil menghentikan mobilnya di depan sebuah swalayan.
“Ta-tapi, Leon ….” Angie bingung.
Leon tidak mengeluarkan kata-kata lagi. Dia hanya menunjukkan ekspresi datar sambil membuka pintu mobil untuk Angie, agar dia turun dari mobil kesayangannya. Angie menuruti permintaan Leon karena tidak ada gunanya berdebat di tengah keramaian seperti ini, yang ada malah menjadi pusat perhatian masyarakat. Leon kembali melajukan mobilnya menuju lokasi syuting Velope.
***
Di lokasi syuting.
“Velope, boleh aku duduk menemani waktu istirahatmu sebentar?” tanya Leon.
“Kenapa kau bisa masuk ke sini? Aku akan memanggil satpam untuk mengusirmu!” Velope dikagetkan dengan kedatangan Leon saat membaca naskah drama yang dibintanginya saat ini.
Leon menenangkan Velope agar tidak membuat kegaduhan. Dia hanya ingin mengantarkan makanan untuk Velope hari ini, tidak ingin mengganggu Velope lebih lama. Leon langsung pergi saat keinginannya sudah terpenuhi. Melihat wajah Velope sebentar saja sudah membuatnya bahagia.
“Pria itu datang lagi?” tanya asisten kecil Velope yang sedang merapikan barang bawaan Velope.
“Aku tidak tahu, kenapa dia selalu menggangguku.” Velope memegangi kepalanya.
Dari kejahuan, sepasang mata memperhatikan Velope dengan raut wajah kesal, dia menggertakkan giginya. Leon menolak kencan yang sudah diatur oleh Tuan Atmaja dan menurunkan lawan kencannya di tengah jalan hanya demi seorang aktris.
“Leon, aku tidak percaya, jika aku tidak bisa menakhlukanmu,” gumam Angie.
Angie menghampiri Leon yang sedang mengobrol dengan Henri. Mereka masih mengobrol di lokasi syuting drama yang dibintangi Velope.
“Henri, Leon! Boleh, kan, aku bergabung dengan kalian? Sepertinya, kalian sedang asyik mengobrolkan sesuatu, ya?” Angie duduk di sebelah Leon.
“Angie, lama tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu?” tanya Henri yang senang bertemu lagi dengan sahabat kecilnya.
Henri menyambut Angie dengan hangat. Mereka sibuk membicarakan masa kecil yang indah, tetapi Leon tidak suka dengan kehadiran Angie di sini. Padahal Leon sudah terang-terangan menolaknya. Jadi, untuk apa dia membuntuti Leon sampai tempat ini? Leon mendengus kesal, dia makin tidak suka dengan wanita yang sedang dijodohkan dengannya ini.
“Leon, sepertinya kau sedang dalam suasana hati yang buruk?” tanya Henri.
“Henri, asal kau tahu, papa Leon sedang mengatur kencan buat Leon dan tadi pagi, gadis pilihan papanya di turunkan di tengah jalan olehnya,” jawab Angie mendahului Leon.
Henri menatap Leon tajam, memberikan isyarat untuk menjawab kebenaran yang dikatakan oleh Angie. Jika hal itu benar, Henri akan menyarankan untuk tidak menjadi anak pembangkang karena mungkin, Tuan Besar Atmaja tidak akan tinggal diam dengan para gadis yang dekat dengan Leon.
“Leon, apakah ucapan Angie itu benar?”
“Benar, tapi aku tidak suka dengan gadis itu. Sudah pernah aku katakan, kali ini aku hanya akan menikahi wanita yang aku inginkan!” tegas Leon.
Angie menyeringai tipis, dalam benaknya makin menyukai Leon. Selama ini, pria mana yang tidak mampu dia tahklukkan. Serangkaian rencana licik pun sudah berputar di otaknya.
Rencana licik tersusun rapi dipikiran Angie. Dia ingin Leon berhenti memikirkan Velope, seorang aktris yang merupakan rival asmaranya saat ini. Melihat Leon yang sangat dingin kepadanya saat ini, dia sudah tak sabar untuk melancarkan aksinya.“Leon, kau sungguh kejam.” Angie berpura-pura mengeluarkan air mata.“Yang namanya perasaan itu tidak dapat dipaksakan, Angie. Lebih baik, aku berterus terang padamu saat ini, daripada harus membuatmu terluka lebih dalam,” ucap Leon dengan santai.Hati Angie bergemuruh ingin meluapkan kekesalannya, tetapi dia harus menjaga image di depan orang yang dijodohkan dengannya itu. Angie berlari meninggalkan Leon, berharap akan dikejar dan minta maaf seperti yang ada di film-film. Namun, bayangan Angie salah Leon sama sekali tidak mengejarnya.“Di mana Leon? Kenapa hatinya tidak sedikit pun tergerak? Biasanya, aku selalu berhasil jika menggunakan trik ini.”Bruk!Ses
Leon kali ini tidak ingin menjadi boneka papanya. Untuk kekasih hati, harus dari pilihannya sendiri. Sudah cukup seluruh hidupnya diatur oleh orang tuanya, semua keinginannya harus terpendam karena tidak diizinkan oleh sang papa.“Hanya karena mencintai seorang wanita yang tidak jelas, kau menjadi seorang pembangkang!” seru Tuan Besar Alexander.“Papa, selama ini, aku sudah menjadi seorang anak penurut bagimu. Sekarang, saatnya aku menentukan pilihan hatiku sendiri,” jawab Leon dengan tegas.Percekcokan terjadi di antara keduanya. Leon ingin yang menjadi pendampingnya adalah pilihan hatinya sendiri, sedangkan Tuan Besar Atmaja ingin Leon mempunyai istri dari kalangan pengusaha yang sepadan dengan mereka, itu juga harus wanita yang dipilihnya.“Sudah cukup! Kalian ini, apa tidak capek berdebat terus?” tanya Nyonya Atmaja yang melerai keduanya.“Lihat! Anak kesayanganmu ini menjadi anak yang tidak berbakti se
Hanna masih sibuk membereskan barang milik Velope yang dibawa ke lokasi syuting hari ini. Sesaat, dia menghentikan gerakan dan menjawab pertanyaan bosnya, “Tuan Leon sudah mengonfirmasi kalau sebentar lagi akan menuju Kafe Magenta.”“Terima kasih, Hanna. setelah kau selesai merapikan barangku, kita berangkat.” Velope duduk di bangku untuk meluruskan kakinya.Sesaat kemudian, Hanna selesai merapikan barang bawaan Velope. Mereka berdua berangkat menuju Kafe Magenta untuk mengobrol santai bersama Leon. Di tempat lain, pada waktu yang sama, Leon sudah rapi ingin segera berjumpa dengan sang idola. Sedari tadi, dia mengganti pakaian yang akan dia gunakan untuk menemui Velope. Entah ini sudah yang ke berapa kali pakaian yang dia keluarkan dari lemari.“Kau mau ke mana, anakku?” tanya Nyonya Atmaja.“Mama, coba pilihkan! Warna kemeja mana yang bagus untukku?” Kedua tangan Leon menenteng kemeja beda warna.&ld
Preman bayaran yang Angie sewa itu menyetujui apa yang diperintahkan olehnya karena Angie berani membayar harga tinggi untuk satu pekerjaan yang telah disepakati kedua belah pihak.“Baik nona asalkan harga cocok kami akan segera membereskan wanita itu,” ucap ketua preman bayaran.“Aku tunggu kabar dari kalian, malam ini juga Velope harus kehilangan citra baiknya,” kata Angie dengan api cemburu yang membara di hatinya.Selesai menelepon preman bayaran Angie kembali berkumpul bersama teman-temannya. Di tempat lain dengan waktu yang sama Leon merasakan suatu firasat buruk yang akan terjadi, ia memikirkan cara agar bisa mengawasi Velope malam ini. Hatinya entah kenapa tidak bisa tenang, “Velope, bisakah malam ini aku menjagamu, maksudku …”“Kau mau melakukan apa padaku tuan?” tanya Velope sedikit ketakutan.“Maafkan aku Velope, aku tidak bermaksud seperti apa yang kau pikirkan,” jawab L
Angie menoleh ke arah seseorang yang membuatnya kaget. Entah dari mana datangnya wanita ini kenapa bisa mengenal Angie, "Siapa kau dan apa urusanmu denganku?""Masalah siapa aku tidak penting nona Angie, yang jelas musuh kita sama." jawab seorang yang sekarang telah duduk di hadapan Angie.Angie masih berpikir keras tentang apa yang dikatakan oleh wanita yang duduk dihadapannya ini, tiba-tba datang dan dia sendiri tidak mengenalnya bagaimana bisa mempunyai musuh yang sama?"Aku tidak mengenalmu, apa kau yakin kita mempunyai musuh yang sama?" tanya Angie."Nona Angie aku tidak akan sungkan memperkenalkan diri padamu, aku adalah model dari agensi HN entertaimen, semenjak kemunculan Velope dia selalu merampas kesempatan emasku menjadi yang terbaik, aku membencinya," jawab wanita itu.Angie mengangguk mengerti sekarang kenapa wanita dihadapannya ini mengaku mempunyai musuh yang sama dengannya ternyata persaingan kerja. Angie berpikir bisa memanfaatkan
Leon menghentikan mobilnya di pinggir jalan, ia memperingatkan Angie untuk tidak ikut campur urusan pribadinya karena memang diantara mereka tidak ada hubungan yang spesial. Tuan Atmaja boleh saja menjodohkan Angie dengan Leon tetapi untuk urusan hati tetap tidak bisa dipaksakan."Angie, aku minta jangan lancang mencampuri urusanku, apa kamu pikir aku tidak tahu kau menyewa preman bayaran untuk membuntuti Velope, jelaskan padamu apa maksud semua ini!" seru Leon dengan raut wajah yang sangat marah."A-aku tidak mengerti Leon, aku tidak kenal Velope!" jawab Angie terbata.Leon sama sekali tidak percaya dengan omongan Angie, ia terus mendesak agar Angie mengakui perbuatannya. Angie melakukan drama menangis agar Leon tidak terus menyudutkannya. Tidak mungkin Angie mengakui karena Leon bisa semakin membencinya."Jangan berbohong padaku dan hapus air mata buayamu itu, ingat Angie kau sudah melakukan kesalahan besar aku tidak suka wanita yang menggunakan kekuasa
Angie terus berakting dan Leon tetap saja tidak ada pergerakan seperti apa yang ia inginkan. dalam hatinya terus berharap Leon akan menunjukkan sikap yang dahulu selalu ia tunjukkan padanya."Angie jika kau pandai berakting seperti itu, kenapa tidak ikut casting kebetulan di perusahaan Henri sedang membuka lowongan casting untuk sinetron terbarunya?" tanya Leon setengah mengejek."Leon aku sangat sedih sungguhan," Jawab Angie.Bagai dihujani peluru hati Angie terasa sakit dan tercabik-cabik, Leon yang dulu pernah memberiakn kehanagtan untuknya kini telah berubah. seorang pria yang dahulu selalu ia kagumi karena kelembutannya kini berubah menjadi pria yang dingin dan kejam."Angie sudah aku bilang kau sudah melakukan dua kesalahan yang paling aku benci, jadi maaf aku tidak akan pernah bisa memaafkanmu," ucap Leon kemudian pergi meninggalkan Angie dan Henri.Angie memanggil Leon namun tidak diindahkan. Henri yang merasa kasihan menenangkan sahabatnya
Tuan Atmaja menggebrak mejanya, Leon semakin tidak bisa diatur. Jika Leon merasa tidak memiliki ikatan hubungan dengan Angie, maka ia harus segera menggelar pesta tunangan untuk keduanya."Ada apa lagi suamiku, biarkan Leon bersenang-senang dulu dia masih terlalu muda untuk memikul tanggung jawab yang besar," ucap nyonya Atmaja."Aku tidak mau dia semakin dalam jatuh cinta dengan artis itu, aku akan segera menggelar pesta tunangan untuk Angie dan Leon," ucap Tuan Armaja.Jika Nyonya Atmaja membantah keinginan suaminya sekarang akan terjadi keributan malam ini. Nyonya Atmaja memmilih mengajak suaminya untuk segera istirahat dengan alasan tidak baik untuk kesehatan jika tidur terlalu larut malam. Jika sudah membaik suasana hatinya mungkin akan mudah diajak untuk mengobrol.***Pagi hari di meja makan kediaman tuan besar Atmaja dan keluarganya menikmati sarapan dengan suasana hening."Mama, papa, hari ini Leon ada urusan, jadi akan pergi sampai