"Velope! Tengok ke arah sini!" teriak salah seorang fotografer yang berada di tengah kerumunan fotografer lainnya.
"Velope! Senyum yang lebar, Velope!" seru fotografer lain dengan bersemangat.
Di tengah kerumunan yang terbelah dua, seorang gadis berparas rupawan, berdiri sembari melambaikan tangannya. Tak lupa juga dia melemparkan senyuman ke beberapa arah, juga memberikan pose terbaik yang bisa dia tunjukkan.
Ya, dialah Velope Pranaja, aktris tanah air yang namanya saat ini sedang melambung tinggi. Kecantikan dan keramahannya menarik semua orang, membuat pria maupun wanita tergila-gila padanya.
Selesai memberikan kesempatan pada para fotografer untuk mengambil foto dirinya, Velope mulai berjalan ke arah mobil hitam yang menunggunya. Namun, langkah kakinya berhenti ketika dia mendengar suara kasar sang bodyguard di belakangnya.
"Kamu tidak boleh mendekat! Pergilah!" teriak salah seorang bodyguard Velope kepada satu pria dengan wajah tampan yang menakjubkan. Di tangan pria tersebut, terdapat buket bunga mawar yang indah.
Velope mengernyitkan dahi, lalu masuk ke mobil. Bukan maksud hati menyia-nyiakan niat baik penggemarnya, terutama seorang pria tampan. Akan tetapi, pria tampan macam apa yang tak pernah Velope lihat? Selain itu, tak ada yang pernah tahu apa hadiah tersebut aman atau tidak.
Setelah beberapa saat, pintu mobil terbuka dan asisten Velope masuk ke mobil. Di luar dugaan, buket yang tadi Velope lihat, sekarang berada di hadapannya.
“Dari penggemarmu,” ucap sang asisten seraya duduk.
“Kamu terima?” tanya Velope. Matanya membesar, terkejut dengan kejadian yang langka ini. Biasanya, asistennya akan menolak segala hadiah yang tidak diberikan pada saat fans meeting.
Asisten Velope tersenyum tipis. “Dia tampan dan kelihatannya sangat menyukaimu. Jadi, kuterima saja!”
Wanita itu pun berkata pada supir, “Jalan sekarang, Pak!”
Velope memutar bola matanya dan memperhatikan buket bunga itu. Dia pun melihat sepucuk surat di tengah bunga-bunga mawar tersebut.
Tertulis di atas kertas berwarna merah muda itu ungkapan hati sang penggemar.
'Velope, aku adalah salah satu penggemar beratmu. Aku harap, aku bisa mengenalmu lebih dekat, tapi … kenapa kamu selalu mengacuhkanku? Kenapa kamu tidak pernah juga membalas sapaanku di media sosial?’
Membaca isi surat itu, mata Velope membelalak. Kemudian, dengan ekspresi kesal dan marah, dia merobek surat tersebut.
Tindakan Velope mengejutkan sang asisten. “Kenapa kamu merobeknya?!”
Dengan mata penuh marah, Velope memberikan buket bunga itu kembali pada asisten kecilnya sembari berkata, “Kalau kamu melihat pria itu lagi, jangan pernah menerima hadiah apa pun darinya!”
Gadis cantik itu melipat kedua tangan dan memasang wajah jijik. Dia bergumam, “Penggemar gila ...”
***
“Bukannya belajar bisnis yang rajin, kamu malah pergi menemui artis itu lagi, hah?!”
Di ruang tengah kediaman Atmaja, terlihat sosok Tuan Besar Atmaja memarahi putra semata wayangnya dengan garang. Sembari membanting tubuhnya ke sofa, Tuan Besar Atmaja menghela napas kasar.
“Leon, kamu sudah cukup dewasa untuk tahu apa tanggung jawabmu sebenarnya, mengurus perusahaan Papa! Bukannya malah mengejar gadis tidak jelas!”
Leon menghela napas, lalu membalas, “Pa, Leon baru pulang. Leon capek. Bisa kita nggak bahas ini dulu?”
Tuan Atmaja menghela napas pelan. Beliau mencoba mengontrol diri agar tidak tersulut emosi. Dia tetap membujuk Leon untuk belajar bisnis di perusahaan, bahkan sedikit memberikan ancaman jika masih mencuri waktu untuk menemui artis idolanya itu. Tuan Atmaja akan menyebarkan rumor yang bisa membuat karir sang artis berhenti.
“Baiklah, Leon. Sekali ini saja Papa turuti kemauanmu, tetapi tidak untuk lain kali.” Tuan Atmaja membiarkan Leon pergi ke kamarnya.
“Terima kasih, Papa.” Leon menyeringai tipis dan berjalan menuju kamarnya.
Leon merebahkan badannya di kasur miliknya. Dia memikirkan cara agar tidak ketahuan Tuan Atmaja ketika menemui Velope. Sedang termenung di atas kasur, tiba-tiba ada suara ketukan dari luar kamarnya.
“Tuan Muda, ada tamu untuk Anda di ruang tamu!” seru seorang pelayan dari balik pintu kamar Leon.
Leon menjawab dari dalam kamar bahwa dia akan segera keluar kamar dan turun ke ruang tamu untuk menemui seseorang yang berkunjung ke rumahnya.
“Hai, Leon. Lama tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu?” tanya Henri yang berkunjung tanpa memberikan kabar sebelumnya. Henri adalah sahabat kecil Leon.
“Kabarku baik-baik saja. Henri, kebetulan sekali kau mengunjungiku,” balas Leon dengan senyuman merekah di wajahnya.
***
Sebagai sahabat yang sudah lama tidak bertemu, mereka sepakat untuk mengobrol di bar yang biasa mereka kunjungi. Mereka menaiki mobil. Pucuk dicinta ulam pun tiba, begitulah peribahasa yang mungkin bisa mewakili perasaan Leon. Ketika dia memikirkan cara agar tidak ketahuan saat menemui Velope, Henri datang seolah memberikan jawaban atas keinginannya.
“Cepat katakan apa yang ada di dalam hatimu, Leon! Sepertinya kau tampak bahagia saat aku berkunjung ke rumahmu,” pinta Henri kepada sahabatnya.
“HN Entertaiment itu perusahaanmu, 'kan? Tolonglah, aku ingin bekerja di perusahaanmu,” ucap Leon kepada Henri.
Henri mengerem mendadak mobilnya karena kaget. Seorang pewaris tunggal perusahaan perhiasan terbesar di ibukota, ingin bekerja di agensi kecil miliknya. Dia menatap sahabat sedari kecilnya itu dengan penuh tanda tanya.
“Apa kau sudah gila? Perusahan papamu lebih besar dari agensi milikku!”
“Tolonglah aku sekali ini saja, Henri! Hanya kamu yang bisa menolongku,” ucap Leon dengan wajah penuh harap.
Henri berpikir sejenak. Dia harus tahu dengan pasti untuk apa Leon ingin bekerja di agensi miliknya. Dia tahu, jika keluarga besar Atmaja selalu menentang keturunannya untuk terjun ke dunia entertaiment. Mereka berpikir, di balik mewahnya seorang selebriti, pasti menyimpan sisi gelap yang tidak terlihat oleh orang pada umumnya.
“Apakah kau sudah berpikir dengan matang ingin masuk ke industri hiburan?” tanya Henri meminta kepastian.
“Aku sudah yakin, Henri. Aku menyukai seorang aktris yang ada di agensimu,” Jawab Leon dengan jujur.
Leon paham sekali, pasti papanya tidak akan tinggal diam jika mengetahui hal ini. Selama ini, dia selalu menuruti semua perintah dan kemauan papanya, sehingga apa yang dia inginkan selalu terkubur, tidak pernah menjadi nyata. Sekali ini saja, dia ingin mengejar cinta sejatinya tanpa campur tangan papanya.
“Aku bisa menolongmu, tapi aku tidak bertanggung jawab jika papamu mengetahui ini,” ucap Henri pada Leon.
Leon mengucapkan terima kasih kepada Henri karena mau menolongnya. Dia berjanji akan bekerja dengan sungguh-sungguh. Dia tidak peduli jika sang papa akan bertindak di kemudian hari. Yang penting, dia sudah berusaha mengejar cinta yang terpendam di hatinya.
“Henri, aku tidak akan pernah melupakan jasamu.”
***
Tuan Atmaja melihat kamar putranya, tetapi anaknya tidak ada di kamar. Hal ini membuat Tuan Besar Atmaja murka. Baru saja memasuki rumah, Leon sudah pergi lagi. Beliau merasa, Leon sudah tidak dapat diatur lagi semenjak menyukai Velope.
“Di mana Leon? Kenapa tidak ada di kamarnya? Cari dia sampai ketemu!” perintah Tuan Besar Atmaja kepada salah satu pengawalnya.
Ketika Leon dan Henri asyik bercengkrama mengenai pekerjaan apa yang cocok untuk Leon, beberapa orang berpakaian serba hitam dengan tubuh tegak menghampirinya.“Tuan Muda, mohon jangan mempersulit kami! Tuan Besar meminta kami untuk menjemput Anda,” ucap salah satu bodyguard.“Katakan pada Papa, aku tidak mau pulang dengan paksaan,” jawab Leon dengan nada marah.Bodyguard itu tidak menghiraukan apa yang di katakan oleh Leon karena mereka diperintahkan langsung oleh Tuan Besar. Saat Leon melawan, mereka memukulnya hingga pingsan dan akan membawa pulang ke kediaman utama Tuan Besar Atmaja.Setelah beberapa puluh menit, mereka tiba di kediaman Tuan Besar Atmaja.“Tuan Besar, kami sudah membaringkan Tuan Muda di atas kasurnya.”“Kerja bagus! Kunci kamar anak itu karena besok putri temanku akan datang ke rumah,” ucap Tuan Besar Atmaja.Keesokan harinya, Leon terbangun. Dia s
Rencana licik tersusun rapi dipikiran Angie. Dia ingin Leon berhenti memikirkan Velope, seorang aktris yang merupakan rival asmaranya saat ini. Melihat Leon yang sangat dingin kepadanya saat ini, dia sudah tak sabar untuk melancarkan aksinya.“Leon, kau sungguh kejam.” Angie berpura-pura mengeluarkan air mata.“Yang namanya perasaan itu tidak dapat dipaksakan, Angie. Lebih baik, aku berterus terang padamu saat ini, daripada harus membuatmu terluka lebih dalam,” ucap Leon dengan santai.Hati Angie bergemuruh ingin meluapkan kekesalannya, tetapi dia harus menjaga image di depan orang yang dijodohkan dengannya itu. Angie berlari meninggalkan Leon, berharap akan dikejar dan minta maaf seperti yang ada di film-film. Namun, bayangan Angie salah Leon sama sekali tidak mengejarnya.“Di mana Leon? Kenapa hatinya tidak sedikit pun tergerak? Biasanya, aku selalu berhasil jika menggunakan trik ini.”Bruk!Ses
Leon kali ini tidak ingin menjadi boneka papanya. Untuk kekasih hati, harus dari pilihannya sendiri. Sudah cukup seluruh hidupnya diatur oleh orang tuanya, semua keinginannya harus terpendam karena tidak diizinkan oleh sang papa.“Hanya karena mencintai seorang wanita yang tidak jelas, kau menjadi seorang pembangkang!” seru Tuan Besar Alexander.“Papa, selama ini, aku sudah menjadi seorang anak penurut bagimu. Sekarang, saatnya aku menentukan pilihan hatiku sendiri,” jawab Leon dengan tegas.Percekcokan terjadi di antara keduanya. Leon ingin yang menjadi pendampingnya adalah pilihan hatinya sendiri, sedangkan Tuan Besar Atmaja ingin Leon mempunyai istri dari kalangan pengusaha yang sepadan dengan mereka, itu juga harus wanita yang dipilihnya.“Sudah cukup! Kalian ini, apa tidak capek berdebat terus?” tanya Nyonya Atmaja yang melerai keduanya.“Lihat! Anak kesayanganmu ini menjadi anak yang tidak berbakti se
Hanna masih sibuk membereskan barang milik Velope yang dibawa ke lokasi syuting hari ini. Sesaat, dia menghentikan gerakan dan menjawab pertanyaan bosnya, “Tuan Leon sudah mengonfirmasi kalau sebentar lagi akan menuju Kafe Magenta.”“Terima kasih, Hanna. setelah kau selesai merapikan barangku, kita berangkat.” Velope duduk di bangku untuk meluruskan kakinya.Sesaat kemudian, Hanna selesai merapikan barang bawaan Velope. Mereka berdua berangkat menuju Kafe Magenta untuk mengobrol santai bersama Leon. Di tempat lain, pada waktu yang sama, Leon sudah rapi ingin segera berjumpa dengan sang idola. Sedari tadi, dia mengganti pakaian yang akan dia gunakan untuk menemui Velope. Entah ini sudah yang ke berapa kali pakaian yang dia keluarkan dari lemari.“Kau mau ke mana, anakku?” tanya Nyonya Atmaja.“Mama, coba pilihkan! Warna kemeja mana yang bagus untukku?” Kedua tangan Leon menenteng kemeja beda warna.&ld
Preman bayaran yang Angie sewa itu menyetujui apa yang diperintahkan olehnya karena Angie berani membayar harga tinggi untuk satu pekerjaan yang telah disepakati kedua belah pihak.“Baik nona asalkan harga cocok kami akan segera membereskan wanita itu,” ucap ketua preman bayaran.“Aku tunggu kabar dari kalian, malam ini juga Velope harus kehilangan citra baiknya,” kata Angie dengan api cemburu yang membara di hatinya.Selesai menelepon preman bayaran Angie kembali berkumpul bersama teman-temannya. Di tempat lain dengan waktu yang sama Leon merasakan suatu firasat buruk yang akan terjadi, ia memikirkan cara agar bisa mengawasi Velope malam ini. Hatinya entah kenapa tidak bisa tenang, “Velope, bisakah malam ini aku menjagamu, maksudku …”“Kau mau melakukan apa padaku tuan?” tanya Velope sedikit ketakutan.“Maafkan aku Velope, aku tidak bermaksud seperti apa yang kau pikirkan,” jawab L
Angie menoleh ke arah seseorang yang membuatnya kaget. Entah dari mana datangnya wanita ini kenapa bisa mengenal Angie, "Siapa kau dan apa urusanmu denganku?""Masalah siapa aku tidak penting nona Angie, yang jelas musuh kita sama." jawab seorang yang sekarang telah duduk di hadapan Angie.Angie masih berpikir keras tentang apa yang dikatakan oleh wanita yang duduk dihadapannya ini, tiba-tba datang dan dia sendiri tidak mengenalnya bagaimana bisa mempunyai musuh yang sama?"Aku tidak mengenalmu, apa kau yakin kita mempunyai musuh yang sama?" tanya Angie."Nona Angie aku tidak akan sungkan memperkenalkan diri padamu, aku adalah model dari agensi HN entertaimen, semenjak kemunculan Velope dia selalu merampas kesempatan emasku menjadi yang terbaik, aku membencinya," jawab wanita itu.Angie mengangguk mengerti sekarang kenapa wanita dihadapannya ini mengaku mempunyai musuh yang sama dengannya ternyata persaingan kerja. Angie berpikir bisa memanfaatkan
Leon menghentikan mobilnya di pinggir jalan, ia memperingatkan Angie untuk tidak ikut campur urusan pribadinya karena memang diantara mereka tidak ada hubungan yang spesial. Tuan Atmaja boleh saja menjodohkan Angie dengan Leon tetapi untuk urusan hati tetap tidak bisa dipaksakan."Angie, aku minta jangan lancang mencampuri urusanku, apa kamu pikir aku tidak tahu kau menyewa preman bayaran untuk membuntuti Velope, jelaskan padamu apa maksud semua ini!" seru Leon dengan raut wajah yang sangat marah."A-aku tidak mengerti Leon, aku tidak kenal Velope!" jawab Angie terbata.Leon sama sekali tidak percaya dengan omongan Angie, ia terus mendesak agar Angie mengakui perbuatannya. Angie melakukan drama menangis agar Leon tidak terus menyudutkannya. Tidak mungkin Angie mengakui karena Leon bisa semakin membencinya."Jangan berbohong padaku dan hapus air mata buayamu itu, ingat Angie kau sudah melakukan kesalahan besar aku tidak suka wanita yang menggunakan kekuasa
Angie terus berakting dan Leon tetap saja tidak ada pergerakan seperti apa yang ia inginkan. dalam hatinya terus berharap Leon akan menunjukkan sikap yang dahulu selalu ia tunjukkan padanya."Angie jika kau pandai berakting seperti itu, kenapa tidak ikut casting kebetulan di perusahaan Henri sedang membuka lowongan casting untuk sinetron terbarunya?" tanya Leon setengah mengejek."Leon aku sangat sedih sungguhan," Jawab Angie.Bagai dihujani peluru hati Angie terasa sakit dan tercabik-cabik, Leon yang dulu pernah memberiakn kehanagtan untuknya kini telah berubah. seorang pria yang dahulu selalu ia kagumi karena kelembutannya kini berubah menjadi pria yang dingin dan kejam."Angie sudah aku bilang kau sudah melakukan dua kesalahan yang paling aku benci, jadi maaf aku tidak akan pernah bisa memaafkanmu," ucap Leon kemudian pergi meninggalkan Angie dan Henri.Angie memanggil Leon namun tidak diindahkan. Henri yang merasa kasihan menenangkan sahabatnya