Share

MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU
MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU
Penulis: Anna Sahara

Pertemuan Pertama

Penulis: Anna Sahara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-15 08:56:39

Hari itu adalah hari kelulusan anak SMA. Adriella aghata adalah salah satu alumninya.

Hari di mana semua siswa sedang berbahagia menyambut hasil pencapaian dalam tiga tahun terakhir, namun justru naas bagi seorang Adriella.

Dikenal sebagai gadis tercantik di sekolah itu, Adriella menjadi incaran banyak pria. Termasuk seorang pria muda bernama Ashley Anderson yang diam-diam merencanakan sesuatu hal yang buruk pada Adriella.

Dengan uang dan kekuasaan yang dimilikinya, Ashley yang bukan warga daerah itu berhasil merenggut kesucian Adriella. Dengan tipu dayanya, Ashley berhasil membawa Adriella menuju sebuah gubuk, lalu melecehkannya hingga gadis malang itu berakhir mengandung tanpa seorang suami.

Dalam duka itu, Adriella tidak hanya dikucilkan oleh warga, tapi juga diusir oleh keluarganya sendiri.

"Kalau kamu tidak mau membuang anak haram itu, silakan kamu angkat kaki dari kampung ini, mulai detik ini kamu bukan bagian keluarga kami!" usir Markus, sang ayah yang turut jijik melihat putrinya sendiri.

"Aku harus ke mana, Ayah, aku hanya punya kalian, tolong jangan membuangku seperti ini!" Adrie masih memohon, namun dalam sekejap mata, Markus kembali berlaku kasar.

Gadis muda yang tengah hamil itu didorong dengan sangat keras. "Cepat pergi dari sini, aku sangat menyesal memiliki anak sepertimu!"

"Ya, buang dia dari kampung ini!" teriakan dari sebagian warga juga bersahut-sahutan, mengharapkan Adrie segera meninggalkan tempat itu.

"Kita tidak mau terkena sial karena kelakuannya," warga lainnya turut memprovokasi.

"Enyah kau dari rumahku, anak pembawa sial!"

Teriakan Markus, sontak membangunkan tidur Adrie. Dia juga sempat menjerit sebelum akhirnya terduduk lesu. Sembari mengatur napas yang tidak beraturan, dia bergumam pelan, "Hah .... mimpi itu lagi ...."

Mimpi buruk itu sering muncul dan terasa nyata.

Adriella menghapus keringatnya yang bercucuran. Semenjak kejadian itu, dia kerap mengalami mimpi buruk. Yah, tragedi 4 tahun yang lalu telah membuatnya trauma berat hingga sering menutup diri dari keramaian.

Beruntung bagi Adrie masih memiliki Paramitha, seorang kerabat yang belum menikah telah bersedia merawatnya hingga saat ini. Setiap saat wanita paruh baya itu selalu berada di samping Adrie.

Malam ini, teriakan ketakutan Adrie juga telah membangunkan tidur Laila dan Paramitha. Kedua wanita beda usia itu buru-buru berlari menuju kamar tidur Adrie.

"Adrie, tenanglah!" Paramitha segera memeluk Adrie dan menenangkan gadis malang itu. Ini bukan pertama kalinya, tentu saja dia langsung paham akan ketakutan yang dirasakan Adriella.

Ketika membalas pelukan bibinya, Adrie melirik Laila yang juga ikut terbangun malam ini. Wajah polos gadis kecil itu terlihat merengut. Pipinya menggembung karena tidurnya lagi-lagi terganggu.

Selama ini, Adrie jarang terlibat langsung mengurus Laila, karena kehadiran gadis kecil itu kerap mengingatkannya pada masa lalu yang buruk.

"Laila ...," panggil Adrie pelan. Rasa trauma yang mendarah daging membuatnya abai terhadap putrinya sendiri. Terlebih wajah Laila memiliki kemiripan dengan Ashley membuat Adrie kerap mengingat hari yang mengerikan itu.

Pada malam ini, perasaan bersalah pun muncul. Adrie tidak ingin menjadi sosok egois lagi. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi ibu yang baik bagi anaknya.

Keesokan harinya.

Pada saat Adrie tiba di depan sebuah perusahaan raksasa, kedua bola matanya hampir tak berkedip. Gedung itu megah dan menjulang tinggi. Ini pertama kalinya Adrie menginjakkan kaki di tempat seperti itu.

"Apa benar ini tempatnya?" ucap Adrie sambil menatap kagum gedung di depan mata.

Beberapa hari sebelumnya, Adrie hanya bertemu dengan seorang wanita cantik bernama Meryana. Dia diberikan sebuah alamat dan juga nomor yang bisa dihubungi.

Bibi Paramitha adalah orang yang mengatur pertemuan tersebut. Bahkan Adrie belum mengetahui tempat dan seperti apa pekerjaan yang akan dilakoninya.

"Hei ... ongkosnya, Non!" tukang ojek yang membawa Adrie setengah berteriak saat meminta bayaran. "Melamun aja dari tadi," dia berceloteh lagi ketika mendapati Adrie masih bergeming di tempat.

Adrie yang terkejut segera memutar tubuhnya menghadap tukang ojek. "Pak, saya tidak salah alamat kan, apa mungkin perusahaan sebesar ini akan menerima saya bekerja?"

"Kalau soal itu mana saya tahu, Non, tapi seperti petunjuk, saya sudah mengantarkan ke alamat yang kamu berikan tadi." Tukang ojek itu kemudian menengadahkan tangannya. "Sekarang berikan ongkosnya!" desak pria itu.

"Baiklah." Pasrah, Adrie segera merogoh tasnya, memberikan ongkos beserta tips untuk tukang ojek itu. "Terima kasih, Pak."

Dalam kebingungannya, Adrie hanya bisa menatap para karyawan yang lalu lalang. Semua terlihat sibuk, berpenampilan rapi dan penuh wibawa. Hal itu pun membuat Adrie berkecil hati. Dia yang pernah mengalami trauma dengan keramaian merasa sangat asing di tempat tersebut hingga punggungnya terasa basah akibat rasa gugup yang mendera.

Hinaan dan hujatan kembali menghantui pikiran Adrie hingga nyalinya seketika menciut.

Semangat Adrie kembali muncul tatkala mengingat rengekan sang anak.

"Mama, Laila mau makan ayam besar, mau beli ice cream, juga mau ke taman bermain dan banyak lagi," pinta Laila sebelum Adrie berangkat kerja.

Pun dengan dukungan bibi Paramitha, membuat Adrie kembali memberanikan diri. Seketika dia membuang semua rasa takut dalam dirinya.

"Aku pasti bisa." Adrie memutuskan untuk mendekati meja resepsionis. "Selamat pagi, Bu!" ucapnya sopan.

"Pagi, ada yang bisa saya bantu?" resepsionis wanita bertanya.

"Saya Adriella aghata, saya ke sini atas undangan dari ibu Meryana, apa saya bisa bertemu dengan beliau?"

"Apa sudah ada janji sebelumnya?"

Adrie mengangguk cepat. "Ya."

"Sebentar, saya cek dulu."

Pada saat resepsionis itu melakukan pemeriksaan, seorang pria berpenampilan parlente berjalan melewati area tersebut. Pria tampan nan gagah itu adalah Hanley Anderson. Sebagai anak kedua dari pemilik perusahaan Anderson group, langkahnya selalu menjadi pusat perhatian.

Hanley berjalan didampingi oleh Rauf, sang asisten dan juga sekretaris cantik bernama Meryana.

"Selamat pagi, Tuan ...!"

Seluruh karyawan serentak memberikan salam sembari membungkukkan badan. Meski hanya mendapat anggukan kepala dari sang atasan, semua karyawan selalu memberikan salam penghormatan pada Hanley.

Menyaksikan pemandangan itu, Adrie yang polos pun buru-buru membungkuk. Dia yakin jika pria yang baru saja datang itu adalah salah satu orang yang berkuasa di perusahaan itu.

Saat itu, Meryana lebih dulu melihat keberadaan Adrie. Dengan ramah, dia langsung menegur. "Adriella, kamu sudah tiba?"

Sapaan Mery juga menghentikan langkah Hanley. Tatapannya yang tegas langsung tertuju pada gadis berwajah teduh itu.

Adrie segera mendongak dan melempar senyum terbaiknya. "Bu Mery ... ya, saya baru saja tiba," ucapnya, lalu memberanikan diri untuk memberikan salam hormat pada Hanley, "Selamat pagi, Tuan ...!"

Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Hanley. Alih-alih membalas senyum, auranya yang dingin bahkan membuat bulu kuduk merinding. Pria tampan pemilik kekuasaan itu benar-benar tidak tersentuh membuat Adrie tertunduk lesu.

Hai hai ... selamat datang di karya baru author, dukung cerita ini ya, tekan love, subscribe, juga kasih hadiah jika berkenan, thank you all ...!!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Bab 92

    "Bagaimana jika aku hamil?" Adrie masih berada dalam pelukan Hanley. Keduanya masih sama-sama polos setelah percintaan panas itu.Mereka tidak menggunakan pengaman apapun. Sebelumnya, Adrie pernah hamil dengan hanya sekali berhubungan. Dia menjadi takut kejadian itu terulang lagi.Tidak seperti Adrie yang ketakutan, Hanley justru senang jika itu terjadi. Dia tersenyum, lalu menarik kepala Adrie untuk kemudian dicium dengan lembut, dan perlahan berubah menjadi panas.Adrie membiarkan Hanley hingga merasa puas. Sudah terjadi, jadi sulit baginya untuk menolak. Toh, mereka sama-sama menukangi. Tidak ada yang perlu disalahkan lagi selain orang-orang yang sengaja menjebak mereka.Setelah ciuman itu berakhir, Hanley berkata dengan bangga, "Aku berharap kamu segera hamil, dengan begitu kamu tidak punya alasan untuk menolak pernikahan denganku."Decak kesal terdengar dari mulut Adrie. "Jadi kamu ingin aku hamil tanpa pernikahan? Kamu ingin aku mengalami hal yang serupa untuk kedua kalinya?""T

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Bab 91

    Adrie menatap Sam dengan penuh curiga. "Apa yang kamu masukkan di minuman ini?""Apa yang kamu maksud?" Sam juga menatap heran pada Adrie. Wajah wanita itu memerah membuatnya penasaran. Tatapannya kemudian berpindah pada botol minuman di tangan Adrie."Aku tidak bisa menahannya," kata Adrie sambil mencengkram botol minuman di tangannya. "Pengaruh apa ini? Kenapa aku seperti ini?" tanyanya dengan suara melengking.Merampas botol itu, Sam kemudian menjawab. "Ini pasti kerjaan temanku, aku akan membantumu, Adrie, jangan khawatir."Sam segera merogoh ponsel Adrie. Dia tahu apa yang terjadi dengan wanita itu, jadi dia harus mencari obatnya sesegera mungkin.Setelah menemukan nomor Hanley, Sam segera menekan tombol hijau. Dalam sekejap panggilan itu tersambung.{Sayang, kamu di mana? Bisa kita bertemu sekarang?} Suara Hanley lebih menggebu-gebu ketika bertanya. "Ini aku Sam, Adrie sedang bersamaku sekarang," jawab Sam.Mobil Hanley tengah berada di pinggir jalan. Dia sedang menunggu Rauf

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    bab 90

    Terlalu sering mendengar kata-kata itu membuat Laila penasaran. Apa lagi ibunya selalu bersedih setelah mendengar kata-kata itu, dia pun tidak bisa diam dan ingin segera mengetahui arti di balik kata-kata itu "Lala juga pernah dengar dari tante Alisa kalau Mama itu korban pelecehan, itu artinya apa, Mama?" Laila bertanya dengan polos.Adrie terdiam lama. Matanya basah menatap sang anak. Haruskah dia menjawab pertanyaan itu?"Apa Mama bersedih karena pertanyaan Lala?" Laila ikut bersedih olehnya. "Tidak usah dijawab lagi, Lala juga janji tidak akan bertanya tentang itu lagi."Adrie segera mengulurkan tangannya untuk memeluk Laila. Dengan berderai air mata, dia mendekap putri kecilnya itu. "Kamu akan paham setelah kamu dewasa nanti," kata Adrie pada putrinya. "Sekarang tidak perlu pikirkan hal itu, yang terpenting adalah kamu bahagia bersama dengan mama." Di saat Adrie sedang membersihkan meja makan, dia menerima sebuah pesan da

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    bab 89

    Bagi Ashley, Adrie terlihat jauh berbeda dari sebelumnya. Wanita yang dikenal polos itu ternyata dengan mudahnya tidur bersama Hanley.Apa hal itu sudah sering terjadi? Ashley masih memikirkannya ketika pintu ruangannya terbuka dari luar. Dia segera menoleh pada wanita yang menggunakan blazer biru itu."Untuk apa kamu ke sini?" tanya Ashley. "Bukankah kamu sedang sibuk mempersiapkan pertunangan dengan Hanley? Aku tidak berpikir kamu bisa membagi waktu untuk menemuiku di kantor ini.""Jangan mengejekku seperti itu!" Mery berjalan mendekat. "Aku datang untuk menawarkan sesuatu padamu.""Apa yang kamu rencanakan?" Ashley dan Hanley telah membuat kesepakatan. Keributan di malam sebelumnya membuat Ashley terpaksa mengalah pada kakaknya. Terlepas siapapun yang dipilih Adrie untuk menjadi pasangannya, maka yang kalah harus berlapang dada untuk menerima kekalahan."Tentu saja tentang Adrie dan Hanley."Melihat keseriusan di wajah Mery, Ashley segera bangkit dan menuju sofa. Di sana, mereka

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Bab 88

    "Adriella itu bekasku, dia hanya pantas untukku saja."Satu kalimat itu membuat kesabaran Hanley menipis. Dia seketika menginjak pedal rem hingga mengakibatkan mobil berhenti mendadak.Ciiittt ...Beruntung jalan raya malam itu sedang sepi. Tidak ada bahaya setelahnya.Dengan amarah yang menggebu-gebu, Hanley turun dan mengitari mobil. Tepat setelah membuka pintu mobil untuk Ashley, dia berteriak pada adik bungsunya itu."Turun sekarang juga ...!" Perintah Hanley. Dia jengah berhadapan dengan Ashley. Selain itu, dia juga khawatir akan kembali menghajar adiknya ketika tidak bisa menahan diri. Ashley menatap sekelilingnya. Tempat itu tidak hanya gelap, tapi juga sunyi senyap. Tidak ada kendaraan yang lalu lalang, bagaimana mungkin dia setuju untuk turun dari mobil."Aku tidak mau," kata Ashley menolak. "Kalau kamu tidak mau diam, aku akan meninggalkanmu di sini," Hanley mengancam sebelum akhirnya kembali ke dalam mobil.Dalam kekesalannya, Ashley hanya bisa menyesal. Harusnya dia tida

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    bab 87

    Ketika Ashley dipersilakan masuk oleh Sam, ruangan itu gelap gulita. "Cepat hidupkan lampunya!" suruhnya pads Sam. Senyum Ashley terlihat bercahaya seiring hidupnya penerangan di ruangan itu. "Di mana kamar Adrie?" tanyanya kemudian, ekor matanya pun memperhatikan satu persatu ruangan di rumah itu. Dia tidak peduli dengan keberadaan Sam, fokus Ashley hanya tertuju pada Adrie saja. Secepatnya, dia ingin bertemu dengan wanita itu, mengatakan jika Sam tidak pantas menjadi suaminya. "Ada di ruangan paling tengah, Tuan," Sam menjawab sambil menunjuk satu ruangan. "Apa Adrie biasanya mengunci pintu kamar dari dalam?" tampak jika Ashley sudah tidak sabar untuk menemui wanita itu. "Kamu bukan suami yang pantas untuk Adrie, jadi jangan harap aku akan menghargaimu di sini, bahkan aku tidak akan pernah menganggap kamu sebagai pria yang telah menikahi Adrie!" Mengabaikan pernyataan itu, Sam memberikan penawaran, "Tuan, apa tidak sebaiknya Anda pulang saja, dan kembali besok?" Sam sediki

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status