Share

Bertemu untuk Berpisah

Ketika senja mulai mendominasi, sepasang insan sedang dalam gunda gulana. Yang satu sibuk memikirkan cara bagaimana menyampaikan sesuatu hal yang ia rasakan, sedangkan yang satu sibuk memikirkan bagaimana untuk mengatakan salam perpisahan.

Di pinggir sungai, di gadis tomboy sedang duduk sambil merenung di sebuah batu besar sambil menjentikkan jarinya di air. 

Dari arah belakang, Rino mulai menghampiri Raidi. Dia berjalan dengan sangat hati-hati, agar Raidi tidak mengetahui kehadirannya.

"Oiiii, ngelamun ajah. Nanti kesambet hantu air baru tau rasa," ucap Rino mengagetkan Raidi.

"Astaga Rino, kamu membuatku kaget saja. Kalau aku jangrungan bagaimana?  Kamu mau tanggung jawab?" Ucap sambil kesal.

"Ya maaf, lagian kamu sih begong ajah. Di pinggir sungai pula, kalau kesambet bagaimana?" ucap Rino membelah diri.

"Hmmm, ya ini adalah tempat favorit aku. Setiap ada masalah yang membuatku mau menyerah, putus asa, pasti aku ke sini. Kalau di sini, rasanya nyaman banget. Di sini, aku bisa berpikir dengan jernih dan mampu untuk melupakan setiap masalah yang ada," jawab Raidi panjang lebar sambil menarik nafas dalam-dalam.

"Hmmm, kamu memang gadis yang kuat. Aku harap kamu tetap sekuat ini dalam menghadapi setiap masalah yang ada, apa pun itu. Kamu harus tetap semangat," ucap Rino membelai kepala Raidi sambil tersenyum manis.

"Terima kasih ya, kamu sudaj menasehati aku. Padahal kan kita baru kenal, tapi kamu mau berteman denganku," jawab Raidi sambil tersenyum manis menatap muka Rino.

"Sebuah perkenalan yang singkat ataupun lama, tidak bisa menjadi tolak ukur dalam sebuah hubungan pertemanan. Bukan berarti, perkenalan kita yang baru ini tidak bisa membawa dampak positif dan bermanfaat kan? Aku hanya ingin tetap menjadi teman dekat di hidupmu," ucap Rino sambil memejamkan mata menerawang jauh ke masa depan Dimana dirinya bisa dekat dengan Raidi bukan hanya sebatas teman.

"Ia, aku senang bisa memiliki teman yang bisa berbagi sebuah keluh kesah, masalah dan bisa memberikan sebuah solusi dan nasihat. Terima kasih untuk hari ini," ucap Raidi dengan tulus sambil menggenggam tangan Rino.

(Rai, seandainya kamu tau perasaan aku sekarang. Aku sudah mulai suka sama kamu makhluk alien ku. Tapi apalah dayaku, besok pagi aku akan kembi ke kota untuk melanjutkan pendidikanku. Aku tidak tau kapan kita bisa bertemu lagi. Tapi, aku berharap suatu saat nanti kita bisa bertemu kembali). Ucap Rino dalam hati.

(Rino, terima kasih telah bersediah menjadi temanku. Aku harap kita bisa berteman walau mungkin kamu tidak mau menganggap aku temanmu. Aku sadar, aku hanyalah gadis miskin yang mempunyai mimpi sangat tinggi, yang hanyalah sebatas angan.  Terima kasih Rino). Ucap Raidi dalam hati.

"Ngomong-ngomong, kamu ngapain kesini?" Tanya Raidi penasaran.

"Aku kebetulan lewat, sekalian mampir karena melihatmu duduk sendirian. Takut ada yang culik, hehehe," jawab Rino sambil tersenyum.

"Hahahaha, siapa juga yang mau menculik seorang gadis sepertiku. Yang ada, mereka akan rugi. Hahahaha," jawab Raidi sambil tertawa lepas.

"Oh ia Rai, aku kesini untuk pamit sama kamu," ucap Rino sambil menatap Raidi.

"Haaaa maksudnya kamu akan kembali ke kota?" jawab Raidi dengan kaget.

"Kenapa, kamu akan kangen ya?" ucap Rino sambil mencubit pipi Raidi.

'Apaan sih, siapa juga yang bajakan kangen. Aku siapa, untuk bisa kangen sama kamu. Kita bahkan baru bertemu beberapa hari yang lalu, apa hakku untuk kangen," jawab Raidi, tapi tidak bisa menyembunyikan perasaan sedihnya. Baru juga dapat teman yang siap mendengarkan keluh kesahnya, kinibakan pergi. Entah kapan bisa bertemu lagi.

"Rai, aku senang bisa berkenalan dengan kamu. Walaupun singkat, tapi aku sangat bersyukur. Semoga kita bisa bertemu di lain waktu," ucap Rino sambil membelai lembut kepala Raidi sambil tersenyum.

Ada pepatah mengatakan bahwa di balik pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi di balik perpisahan, akan ada pertemuan kembali walau entah kapan waktu itu tiba.

Perpisahan memang menyisahkan sakit di hati, tetapi mengikhlaskan adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan. Percayalah, perpisahan bukanlah akhir dari perjumpaan, tapi awal yang baru bagi pertemuan kedua kali.

"Pulang yuk, nanti kamu di cariin nenek kamu lagi," ajak Raidi sambil terus menggandeng tangan Rino.

"Ia,' jawab Rino singkat sambil terus memperhatikan Raidi dari samping yang terus menggenggam tangannya.

(Terima kasih untuk pertemuan singkat ini. Dari pertemuan ini, aku belajar tentang sebuah ketulusan seorang teman. Seorang teman yang tidak pernah memandang status dan perbedaan. Darimu aku belajar banyak hal tentang kehidupan ini, yang tidak mudah menyerah di tengah banyaknya masalah yang menghadang. Aku tau, selama ini aku hanya bisa mengandalkan orang tuaku untuk terus menaikkan pamorku dan terkenal di kalangan cewek-cewek. Dari semua yang aku kenal, hanya kamu yang berbeda. Aku kira, saat kamu bertemu denganku untuk pertama kali waktu itu, kamu akan jatuh cinta kepadaku sama seperti cewek-cewek yang selalu antri hanya untuk berkenalan denganku. Ternyata semua dugaanku salah, dan kamu telah berhasil membuatku jatuh cinta dengan caramu sendiri, sekali lagi terima kasih untuk perkenalan singkat ini. Walau semuanya hanya terasa mimpi, tetapi aku sangat bahagia). Ucap Rino dalam hati sambil terus tersenyum memandang gadis manis di depannya.

"Nah, kita sudah sampai. Kalau begitu, aku pulang duluh. Kalau kamu berangkat besok, kamu hati-hati di jalan ya. Ingat untuk selalu semangat, jangan mudah menyerah untuk menggapai impianmu," ucap Raidi sambil pergi. Namun saat ia melangkah, Rino menghentikan langkahnya.

"Ada apa, apa aku salah ucap?" Tanya Raidi keheranan.

Tanpa Raidi duga, tiba-tiba saja Rino memeluknya dengan erat, yang membuat Raidi kaget bukan main.

"Terima kasih Rai, kamu telah mengajarkan banyak hal tentang sebuah kehidupan yang baru. Aku telah belajar banyak hal darimu. Semoga di lain kesempatan kita bisa bertemu lagi" ucap Rino sambil melepaskan pelukannya.

Raidi hanya mematung saja, tidak menyangkah akan di peluk seperti ini. Dia merasakan ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Sesuatu yang membuatnya bahagia bila berada di dekat Rino.

Dengan hati yang masih tidak karuan, Raidi pun melangkah pergi menjauh di iringi tatapan bahagia dari Rino. 

(Astaga Rino, apa yang telah kamu lakukan? Kenapa aku bisa melakukan hal tadi. Bagaimana kalau Raidi berpikir yang tidak-tidak tentangku. Aishh semoga saja dia tidak memikirkan sesuatu yang buruk tentang diriku). Ucap Rino sambil memukul-mukul sendiri kepanya.

(Sadar Rai, apa yang kamu pikirkan? Mana mungkin Rino suka sama aku yang notabenenya hanya gadis miskin dan tak punya pendidikan ini. Tinggal di sebuah rumah yang sudah usang karena usia, dan telah lapuk oleh sang waktu. Di bandingkan denganku, aku hanyalah butiran-butiran debu bila di bandingkan dengan gadis-gadis yang ada di kota. Bahkan bermimpi pun aku tidak berani). 

Terkadang kita memang harus membuang pikiran-pikiran yang menurut kita mustahil untuk terjadi.

Maaf bila ceritanya terlihat monoton, author sementara belajar juga, hehehe.

Author mohon saran dan kritikannya untuk membangun sebuah cerita yang di inginkan oleh pembaca.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status