Share

Seorang Teman (2)

"Nenek tau rumah Raidi di mana?" Tanya Rino pada nenek Siti.

"Itu yang dekat pohon bambu, kamu tinggal lurus saja. Kalau sudah nampak pohon bambu, terus ada rumah di situ, ya itulah rumah Raidi," jawab nenek Siti dari dapur.

"Hehehe liat saja besok, kamu akan terkejut dengan kejutan yang akan aku berikan," kata Rino pada dirinya sendiri sambil tersenyum licik.

Sepanjang malam, Rino selalu memikirkan Raidi. Entah mengapa, Raidi sangat menarik perhatiannya.

***

Pagi pun menjelang, mentari kini menampakkan dirinya dengan bangga di atas cakrawala yang menawan.

Rino kini bersiap siap untuk pergi ke rumah Raidi. Padahal, ini masih pagi, apa kata keluarga kecil itu nanti kedatangan tamu tak di kenal, kecuali Raidi. Dia kan sudah mengenalnya.

Perubahan sikap Rino saat berada di kampung neneknya adalah rajin bangun pagi-pagi, yang biasanya susah di bangunkan.

***

"Selamat pagi semua," sapa Raidi dengan cerianya kepada keluarga kecilnya itu.

"Selamat pagi juga," jawab keluarganya dengan serempak.

"Hei ada apa denganmu, sepertinya bahagia sekali?" Tanya Dimas.

"Ehhh tidak apa-apa kok kak, emang kakak tidak senang apa masih bisa menghirup udara yang segar di pagi hari, masih bisa tertawa lepas seperti ini, masih bisa ngumpul-ngumpul, dangbyang terpenting adalah masih bisa bernapas. Emang kakak tidak bersyukur," jawab Raidi yang mengundang raut wajah keheranan yang tersirat di wajah keluarganya itu.

"Kakak sehat kan, kok hari ini kakak aneh sekali?" Tanya Isda yang di ikuti anggukan kepala semua.

"Ya sehatlah, emang adek lihat kakak sakit apa? Ada-ada saja deh," ucap Raidi tapi masih dengan senyum yang mengembang.

Orang tuanya hanya geleng-geleng kepala dan tidak tau mau ngomong apa, sebab ini kali pertama mereka melihat putrinya sedramatis itu.

Di tengah kebingungan mereka, tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar.

"Siapa yang datang pagi-pagi begini?" Tanya pak Ridwan.

"Ia ya, padahal kan ini masih pagi. Apa dari kalian ada yang melakukan kesalahan?" Tanya Bu Nana menyelidik.

Namun, ketiga anaknya menggelengkan kepalanya menandakan tidak ada yang melakukan sebuah kesalahan.

"Selamat pagi," sapa suara dari luar.

"Ia, tunggu sebentar," jawab Raidi yang bertugas membuka pintu.

Dia pun bergegas untuk membuka pintu, dan melihat siapa kira-kira yang datang bertamu sepagi ini.

"Selamat pagi Rai," sapa orang yang di bukakan pintu.

"Eh Rino, ngaain kamu datang nertamu pagi-pagi seperti ini?" Tanya Raidi keheranan.

"Ya elah, bukannya di suruh masuk malah di ajak ngobrol di luar," jawab Rino.

"Maaf, tapi aku tidak terima tamu sepagi ini. Lebih baik kamu pulang, nanti siang baru datang atau sore. Nanti yang ada timbul gosip-gosip yang tidak baik," ucap Raidi sambil menyurih Rino pergi.

"Ya sudahlah, nanti sore saja aku datang," jawab Rino dengan sedih sambil pergi. Gagal deh rencana yang telah dia susun. Ya lagian, siapa juga yang suruh pergi bertamu sepagi itu ke rumah orang. Apalagi dia tidak mengenal keluarga itu kecuali Raidi. Apa kata orang nanti.

Rino pun pulang ke rumah neneknya dengan oerasaan yang campur aduk, ada rasa sedih, marah, dan kecewa. Dia tidak menyangka akan di usir oleh seorang gadis yang telah memikat hatinya. Apabila di kota, cewek-cewek pada ngantri untuk menarik perhatiannya, la di sini dia malah di usir. Dia pun semakin penasaran dengan si gadis yang telah menggoyahkan hatinya itu.

"Tamunya mana nak?" Tanya Bu Nana ketika Raidi menutup pintu.

"Sudah aku suruh pergi Bu," jawab Raidi tanpa merasa bersalah.

"Kok di suruh pergi nak? Kenapa tidak di ajak masuk. Tidak baik mengusir orang yang ingin bertamu ke rumah," ucap pak Ridwan dengan lembut pada anaknya itu.

"Maaf ayah, aku telah bersalah," jawab Raidi dengan penuh penyesalan.

"Tidak apa-apa nak, lain kali jangan begitu lagi ya. Tidak baik mengusir orang yang datang bertamu ke rumah," jawab pak Ridwan dengan penuh kasih sayang.

Raidi pun merasa bersalah pada Rino karena dia telah mengusirnya tanpa meminta pendapat dari keluarganya duluh.

Dia pun memutuskan untuk pergi ke rumah nenek Siti untuk meminta maaf pada Rino.

***

"Loh kok kelihatan sepi gini ya. Pada kemana penghuninya. Apa pada pergi kali ya, tapi kemana" ucap Raidi pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba, dari belakang rumah muncullah Rino. Dia kaget sekaligus senang, karena dia mengenal gadis yang tengah membelakanginya itu.

"Ngapain dia kesini? Apa aku membuat kesalahan ya tadi pas kerumahnya? Tapi apa, aku kan berniat untuk bertamu saja," bisik Rino pada dirinya sendiri.

"Rai, ngapain ke sini?" Tanya Rino penasaran.

"Aku ke sini untuk minta maaf soal tadi. Aku tidak bermaksud untuk mengusirmu, aku kira orang tuaku bakal marah karena kamu ke rumah pagi-pagi sekali. Eh malah aku yang kena omel karena mengusir kamu," jawab Raidi meminta maaf dengan tulus.

(Apa? Aku nggak salah dengar? Sih makhluk alien ini datang meminta maaf. Harusnya kan aku yang minta maaf karena telah lancang datang ke rumahnya tanpa mengabarinya duluan. Kenapa malah kebalik, ah entahlah yang penting aku masih bisa melihat sih makhluk alien sebelum pulang ke kota). Batin Rino sambil senyum-senyum sendiri, yang membuat Raidi bergidik ngeri.

"Oiii, mikirin apa sih? Awas nanti kesambet senyum-senyum sendiri. Bagi-bagi dong, biar bisa senyum-senyum bersama," ucap Raidi sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Rino.

(Astaga nih makhluk alien, benar-benar ya. Aduh, jantung aku kenapa nih, kok detakannya kencang banget? Makhluk alien, huusss jangan dekat begitu dong. Aduh, perasaan aku jadi nggak karuan gini sih?) Batin Raidi dengan muka yang memerah.

"Ehhh muka kamu kok merah? Kamu kenapa, sakit?" Tanya Raidi sambil memegang pipi Rino dengan lembut.

"Rai," bentak Rino sambil melepas tangan Raidi dengan kasar dari mukanya, karena dia sudah tidak tahan dengan perlakuan Raidi. Alhasil, Raidi jatuh dan menarik tangan Rino. Jadi Rino pun ikut terjatuh dan menindih Raidi. 

Adegan ini pun kemudian membuat Raidi juga merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya. Ini pertama kalinya perasaan aneh itu muncul dalam dirinya.

(Perasaan aneh apa ini? Kenapa perasaanku jadi aneh begini sih?) Ucap Raidi dalam hatinya.

(Sumpah, aku bisa mati jantungan kalau seperti ini terus. Makhluk alien, kamu kenapa sih tidak peka amat jadi orang.) Ucap Rino dalam hatinya.

"Aduh, maaf maaf. Aku tidak sengaja menarikmu. Lagian kamu sih, kasar banget jadi orang. Aku kan cuma mau lihat apa kamu sakit atau tidak. Kok malah seperti itu sih," ucap Raidi menyadarkan Rino dari lamunannya.

"Kamu minggir dong Rino, kamu berat sekali. Kamu mau membuat aku gepeng apa," ucap Raidi sambil mendorong Rino.

"Eh maaf maaf, aku tidak bermaksud kasar tadi. Kamu sih pake pegang-pegang muka orang sembarangan. Kan begini jadinya," jawab Rino sambil berdiri dan membantu Raidi berdiri.

Ada-ada saja ya kelakuan anak muda. Kadang mengalah, kadang juga bersikeras untuk terlihat benar. Hidup memang aneh, ada saja kejadian yang membuat kita tidak mengerti kenapa itu bisa terjadi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status