Share

4. handycam

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-07-03 09:30:28

Kue dan handycam yang terjatuh ke lantai mengalihkan perhatian dua insan yang sedang sibuk memadu asmara di ranjang pengantin milikku. Aku terhenyak, tanganku gemetar begitu pula lutut ini yang seolah terkunci di lantai.

Aku ingin berteriak tapi tenggorokanku seolah dicekat, ingin kuluapkan emosi dan histeris saat itu juga tapi lidah ini keluh dan seolah-olah terkunci tidak mampu mengucapkan satu patah kata pun. Hanya tatapan mataku yang nanti kepada kedua insan yang akhirnya gelagapan mencari pakaian mereka, rania si wanita cantik dengan tubuh langsing dan seksi itu mengganti pakaiannya, sementara mas Hendra segera mengambil handuk lalu memakainya dengan panik.

"Oh, luar biasa ..." Aku bertepuk tangan.

"Lanjutkan saja, jangan berhenti, hebat sekali .. jadi ini ya kegiatan kalian ketika aku tidak menyadarinya. Sejak kapan?" Tanyaku dengan nafas tersengal. Aku tertawa, menertawai kebodohanku sekaligus air mata ini meluncur, hati ini bergejolak, mendidih seketika untuk ubun ini. Aku bingung antara harus mendahulukan marah ataukah tetap bersikap tenang dan bertanya kepada mereka secara baik-baik kenapa mereka lancang menghianatiku.

Aku ingin menghujat, mencaci maki dan menghina, mereka tapi tidak satupun kata yang bisa terlintas di kepala atau terucap di lidah.

Dadaku sakit, nyeri bukan main seakan aku terkena serangan jantung mendadak hingga membuat diri ini terjatuh duduk di lantai. Melihatku lemas seperti itu mas Hendra berusaha mendekat tapi aku mengangkat tangan dan memberi ultimatum padanya agar tidak mendekat karena aku sedang dalam emosi tingkat tinggi.

Kupandangi wanita yang dengan santainya itu membuka lingerie milikku lalu menggantinya dengan baju formal yang tadi ia digunakan di kantor. Menjijikan sekali, sikapnya Rania benar-benar sangat menjijikan.

"Hah, kau ... aku membantumu, aku mendukungmu, aku membela dan tidak peduli dengan apa yang kau lakukan di masa lalu, teganya kau...."

"Se-sebenarnya begini ...." Mas Hendra merasa sangat malu, dia ingin membela Rania tapi melihatku mendelik, lelaki itu terdiam.

Brak!

Aku langsung melempar handycam ke kaca rias yang ada di dekat Rania hingga benda itu pecah berkeping keping, kacanya berserakan, salah satu kepingannya beterbangan dan menggores pipi Rania. Wanita itu mengadu, Mas Hendra ingin menolongnya dengan maju selangkah menghampirinya, tapi kemudian lelaki itu berhenti, diam di tempatnya.

"Kamu baik baik aja kan?" tanya Mas Hendra pada wanita yang tergores pipinya dan berdarah itu.

"Gak mas...."

Aku tertawa melihat pemandangan itu, aku sedih karena sekarang Mas Hendra bahkan tidak memperdulikan hatiku. Dia peduli tentang jalang yang terluka wajahnya itu.Aku sedang hamil dan baru saja beberapa menit lalu ingin memberinya kejutan kehamilan. Tak kusangka, tak kuduga dan tak pernah terlintas sedikitpun kalau ia sedang buat anak dengan wanita lain.

Fakta ini membuatku hampir gila saat itu juga.

"Ayo duduk di ruang tamu, ayo bicara...."

"Dengar Valen, aku sungguh khilaf dan minta maaf padamu, tolong biarkan Rania pulang agar aku dan kamu bisa bicara secara pribadi."

"Loh, yang terlibat di sini adalah kalian berdua kenapa hanya kamu saja yang akan menanggung akibat perbuatan kalian."

"Apa kau akan menghakimi kami?"

"Menurutmu aku harus bagaimana?" tanyaaku sambil tertawa. Aku tidak menyangka dia dengan intinya bertanya kalau akankah aku akan menghakiminya. Enteng sekali. Sementara itu, Wanita yang sudah memakai jas berwarna coklat dan celana pipa senada tampak terdiam dan sedikit gelisah.

*

Sekarang di sinilah kami duduk di ruang keluarga. Ruang keluarga yang kutata dengan desain dan ornamen Jepang itu kini menjadi saksi bisu pertemuan kami, tiga orang yang seharusnya menjadi sahabat, tapi dua diantaranya menusuk diriku dari belakang.

Kedua manusia itu duduk di hadapanku, aku memaksa mereka agar mau duduk denganku sebelum aku berteriak histeris dan lapor polisi. Aku punya bukti rekaman tentang mereka berdua di memory handycam, jadi, aku akan menyebarkannya kalau mereka tidak menuruti keinginanku.

"Rania...."

Dia yang kupanggil mendongak padaku sambil menatap mataku lalu kemudian mengalihkan pandangannya karena tak kuasa melawan tatapan ini.

"Aku memberimu kehidupan dan menganggap yang seperti saudara. Kuberikan uangku bahkan benda-benda yang aku sukai, sebagai bentuk kasih sayangku kepada sahabat masa kecilku. 20 tahun aku mendampingimu sebagai sahabat bahkan aku memberikan apa yang ada di dalam mulutku untukmu. Kupikir kau tidak akan menusukku dengan mengambil apa yang paling kucintai tapi ternyata kau cukup ambisius dan nekat, hmm, apa kiranya dendammu padaku?"

"Aku hanya tak sengaja ...."

Brak!

Aku langsung menggebrak meja dan menatapnya dengan tajam.

"Bukan kali ini saja kau menggoda anggota keluargaku tapi kau beberapa tahun yang lalu pernah menggoda ayahku, apa kau tidak malu dengan fakta itu hingga kau mengulang lagi kesalahan yang sama?!" tanyaku dengan tegas. Sebenarnya dadaku mau ikut bergejolak dan ingin sekali aku mencekiknya tapi aku berusaha tetap tenang dan mengambil nafas dalam-dalam.

Mas Hendra juga terkejut dengan fakta yang baru saja kupaparkan, dia terkejut karena selingkuhannya ternyata memang wanita jalang.

" Aku membiayaimu aku menyisihkan setengah tabungan yang seharusnya aku pakai untuk menikmati hidupku demi agar kau tidak tumbuh jadi pelacur di kota ini. Aku menolongmu menampung mau di tempat tinggalku, beraninya kau ...."

"Maafkan aku," ucap wanita itu pelan. Aku tahu meski dia bersikap pura-pura sedih dan menunduk tetaplah dia adalah ular pribahasa yang tidak akan kuampuni. Aku berencana untuk menghancurkan hidupnya sehancur-hancurnya.

Dia belum tahu betapa aku adalah orang yang sangat kejam kalau sudah mau berbuat jahat.

"Aku memang sudah menolong, dan banyak berkorban untukmu, tapi jangan kau kira itu kelemahanku, di tangan orang yang saya kebaikan akan diri kita secara brutal. Aku akan lakukan itu!"

"Tolong jangan!" Wanita itu langsung berlutut dan menjatuhkan kepalanya di kakiku.

"Kau ingat aku adalah atasanmu di kantor? Dulu aku juga anak majikanmu, mungkin kau iri dengan kehidupan kita tapi Faktanya setinggi apapun kau ingin naik, selamanya kau adalah babu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tth Im
Baru mulai dah mengaduk-aduk emosi,,,ini yang aku suka dr novel karya Ria Abdullaah,,,sukses trus authour sayang......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MENGGILING KACA DI WAJAH PEREBUT KEKASIHKU   27

    Atas semua keputusan yang kubuat kepada Rania dan suamiku aku tahu aku jahat. Aku sangat betul bahwa perintah untuk menculik dan memperkosa wanita itu akan membuat kehidupannya hancur. Mental dan kewarasannya pasti akan terganggu karena trauma dilecehkan secara seksual bukanlah trauma yang bisa disembuhkan dengan mudah.Kuambil keputusan dingin itu karena aku merasa kalau aku terus melonggarkan keadaan dan membiarkan mereka bermain di atas akalku, maka aku sendiri yang akan merasa rugi.Aku sudah rugi banyak waktu dan uang rugi kepercayaan dan pengorbanan, jadi, Aku tidak mau menggelontorkan lebih banyak dari itu. Aku akan hentikan semua kegilaan ini, sampai di sini saja.*Suamiku pulang, ia mendapati diriku sedang tertidur di atas tempat tidur, ia mengganti pakaiannya lalu berguling memeluk diriku dari belakang. Dia menghidup aroma rambutku sehingga aku bisa merasakan aliran nafasnya di bagian leher belakang. Aku merinding, tapi aku berusaha meredakan gejolak yang ada."Aku mencin

  • MENGGILING KACA DI WAJAH PEREBUT KEKASIHKU   26

    "sekarang kau lihat sendiri kan egoisnya suamimu dan betapa buruknya lelaki yang kau pilih beberapa tahun yang lalu!"Mau tidak mau aku harus menerima tudingan dan kemarahan keluargaku. Di saat genting seperti ini seharusnya seorang istri tidak ditinggalkan tapi aku bisa apa dengan lelaki yang sudah buta seperti mas Hendra."Orang yang orientasinya adalah uang sejak awal, tidak akan pernah bisa disentuh dengan perasaan dan keadaan, suamimu adalah contoh lelaki yang tidak punya perasaan," ujar Rendy sepupuku."Aku bisa apa sekarang?""Ya, pertanyaan itu memang bagus. Kau bisa apa, dan seseorang bisa apa untuk menolongmu yang sedang hamil. Kau ditinggalkan dalam keadaan kau membutuhkan pertolongan,"lanjutnya."Kau bisa meninggalkan kami dan mengejarnya jika kau masih ingin bersamanya... tapi sebagai keluarga kami harus mengutarakan kekecewaan dan perasaan kami," ujar bibiku dengan wajah yang sangat serius."... juga, Jangan menyalahkan kami atas betapa sayangnya kami pada dirimu sehingg

  • MENGGILING KACA DI WAJAH PEREBUT KEKASIHKU   25

    "Kemana kau bawa gundikmu?"Setelah seharian aku di rumah keluargaku Aku pulang menjelang Maghrib dan berpapasan Dengan Suamiku di ruang makan. Saat itu asisten Tengah menghidangkan makanan ke hadapannya jadi aku segera menghampirinya dan duduk di sampingnya."Seharian kau kemana?""Ke rumah tanteku. Jadi kemana kau bawa Rania.""Aku mengantarnya ke ibunya.""Ke kampung?""Ya."Aku tersenyum getir mendengar suamiku yang rela berkendara 60 KM demi mengantarkan Rania ke rumah orang tuanya. Miris, karena selama menikah denganku ia jarang sekali berkunjung ke rumah keluargaku, sementara dengan kekasih hatinya, ia rela melakukan apa saja."Lucu sekali ya di saat keluargaku yang terdekat ada di kota ini tapi kau tidak pernah menemui mereka sementara bersama keluarga Rania Kau rela meluangkan waktumu.""Aku tidak meluangkan waktu, aku hanya mengantar.""Tetap saja, pengorbanannya jatuhnya sama saja.""Aku sedang makan, jangan mengajakku bertengkar," ujarnya sambil menghelakan napas."Kau di

  • MENGGILING KACA DI WAJAH PEREBUT KEKASIHKU   24

    Setelah mengatakan keputusanku aku langsung beranjak masuk ke dalam rumah. Demi mendengar keputusan konyol barusan para asistenku yang sebenarnya tidak pernah ikut campur dalam masalah pribadiku mau tidak mau menunjukkan kekesalan dan kekecewaan mereka."Ibu, kok ibu mengizinkan Pak Hendra mengantarkan Mbak Rania Padahal ibu tahu sendiri kalau mereka berdua adalah mantan, memberikan mereka kesempatan untuk bersama itu artinya secara tidak langsung Ibu mengizinkan mereka untuk merajut tali kasih lagi," ujar asistenku."Aku harus bagaimana, dicegah salah, dibiarkan juga salah.""Tidak masalah untuk bersikap egois Tapi harusnya Ibu memikirkan keputusan yang paling bagus untuk bayi ibu dan kesehatan ibu," lanjutnya."Saya pikir bercerai adalah yang terbaik," lanjut asistenku yang sudah bekerja selama enam tahun itu. Sedikit tidaknya ia bersama kami sejak kami menikah."Tidak, Aku tidak akan bercerai aku akan memastikan anakku punya ayah yang tercatat dalam akta kelahirannya. Aku akan memp

  • MENGGILING KACA DI WAJAH PEREBUT KEKASIHKU   23

    Jadi benarkah apa yang dia katakannya kalau Mas Hendra adalah mantan kekasihnya yang dia cintai di masa dia kuliah. Kenapa lelaki itu hanya diam saja dan tidak pernah menceritakan apapun padaku, dia bersikap seakan-akan ia baru saja mengenali Rania dan hanya melakukan hubungan satu malam saja dengan wanita itu, Padahal mereka sudah saling mengenal selama bertahun-tahun dan menyembunyikan perasaan mereka yang sebenarnya.Hah, aku kecolongan."Jadi, dia kekasihmu.""Itu dulu, sekarang tidak lagi.""Jadi kalian masih menyimpan perasaan satu sama lain sehingga nekat melakukan hubungan di belakangku?""Tidak, aku hanya tidak sengaja berjumpa dengannya lalu kami tak sengaja bernostalgia. Aku rasa itu manusiawi mengingat seseorang yang pernah cinta kita cintai dekat di hati kita," jawab Mas Hendra dengan tenang. Wanita yang sejak tadi terus mendelik dan menatapku dengan penuh kemarahan seolah merasa mendapatkan pembelaan alami dengan menyebut masa lalunya. Ia pandai playing victim membuat

  • MENGGILING KACA DI WAJAH PEREBUT KEKASIHKU   22

    Keesokan harinyaPagi-pagi asisten rumah tangga menggedor pintu dan membangunkanku yang sedang tertidur dengan pulas. "Ada apa?""Maaf saya membangunkan Nyonya sebelum waktunya bangun tapi asisten anda sudah menunggu di bawah.""Menunggu di jam enam pagi?" "Iya.""Baiklah," jawabku sambil bergerak menyibak selimut.Aku segera turun dan menemui asistenku, Dia terlihat gelisah dan langsung berdiri begitu melihatku datang."Apa yang terjadi di sini, Bu?" tanya rindi.Rindi menatapku sambil melirik wanita yang masih meringkuk di atas gazebo kami. "Wanita itu memaksa masuk.""Maka lihatlah apa yang dia posting di sosial media tiktok," jawab rindi sambil memutar sebuah tayangan di ipad-nya.Terlihat postingan di mana Rania terlihat berbaring dengan santai lalu mengarahkan kameranya ke arah rumahku dan lantai dua, juga menyoroti kamar kami. Di caption postingannya ia menulis kalau ia sedang bermalam di rumah selingkuhannya Dan menganggap itu sebagai prestasi yang harus dibanggakan.Bukan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status