Share

18. Abinya Nailah

Cepat melajukan motor yang kuambil saja tadi. Mudah-mudahan tidak dituduh seperti yang kulakukan pada abinya Nailah.

"Maaf, maaf banget, Mas. Aku benar-benat kepepet tadi," ujarku dengan menangkupkan tangan sebagai permohonan maaf pada lelaki yang memakai helm, yang sementara celingak-celinguk mencari motornya, dari penampilan kemungkinan pegawai koperasi.

Dia kemudian berlalu setelah memeriksa roda duanya, lalu berlalu tanpa sepata kata, yang sukse membuatku merasa bersalah. Lengkaplah sudah keteledoranku ini hari.

Sore hari, Reta dan Mas Gading belum pulang. Biasanya di waktu-waktu begini mereka berebutan menggendong Azmi, keluar jalan-jalan atau kadang membawanya bercengkrama depan rumah. Kali ini aku memutuskan membawanya sendiri, minimal duduk-duduk di teras.

Baru berapa menit meletakkan bokong sambil melantunkan salawat pelan, dadaku berdebar keras melihat mobil putih menuju ke mari. Semakin dekat irama jantung menggila mengetahui siapa pengemudinya. Orang yang kutuduh tadi sia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status