Share

Kemelut Hati

 “Kenapa matanya jadi begitu lihatnya? Melotot kayak mata Mak Lampir saja. Kalau memang ndak punya sangkutan hutang piutang, kenapa harus marah?”

Mendengar kalimat Hendra yang mampu membuat hati Lita mengejang, matanya yang semulah penuh kobaran api amarah, seketika meredup. “Itu urusan mereka. Saya mboten (tidak) nderek (ikut) campur.” Hendra mencibir. Mendengar jawaban Lita yang sedikit ketus karena pertanyaannya.

“Dari dulu orang tua saya melarang saya untuk pacaran. Lagi pula, saya ndak punya waktu untuk hal seperti itu.” Lita menggenapi kalimatnya.

“Hah! Ndak punya waktu? Memangnya sesibuk apa sih? Sampai-sampai ndak punya waktu hanya untuk punya pacar?” Hendra mensesap lagi rokoknya yang tinggal sedikit nyalanya. Kemudian dia matikan dan membuangnya ke asbak yang berada di atas meja.

Mendengar celaan Hendra, perempuan itu menunduk. Menggigit bibir bagian bawahnya yang kemerahan tanpa polesan, seke

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status