Pagi hari yang cerah sudah menyapa, Clara terbangun di kasurnya. Sambil menguap Clara menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, lalu bergegas beranjak dari kasur.Saat tubuhnya bergeser, Clara terkejut mendapati sedikit noda merah yang mengotori alas kasur yang ditidurinya tadi.“Kau masih hidup ternyata. Ku pikir kau nggak akan bangun.”Clara tersentak kaget, dan langsung menggeser selimut untuk menutupi noda tersebut.Dalam posisi masih terduduk di atas kasur, Clara terlihat mengabaikan orang yang barusan berbicara dengannya.Orang itu berdiri dari sofa yang didudukinya. “Aku akan keluar, kau bisa mandi sekarang. Ingat jangan mengunci pintunya.Clara tetap mendiaminya, hingga orang itu yang tak lain adalah Georgino pergi meninggalkan kamar.Clara menghela nafas lega saat pintu kamar itu sudah tertutup.“Ah perutku sakit kali.” Clara mengeluh kesakitan seraya memegang perut bagian bawahnya. Dia mencoba bangkit untuk membereskan kekacauan pada dirinya.Sebelum pergi ke kamar mandi, Cl
Georgino tiba di kamarnya, dia menutup pintu itu kemudian berjalan mencari keberadaan Clara. “Kemana dia?” Georgino tidak melihat ada Clara di kamar itu. Tanpa dikomando, kepala Georgino bergerak mengarah ke pintu kamar mandi yang tertutup. “Kan aku sudah bilangin pintunya jangan ditutup. Ngeyel.” Georgino kesal. Dia berjalan cepat menuju kamar mandi. Ini mungkin jadi alasan kenapa Clara tidak kunjung keluar dari kamar. Gadis itu terkunci lagi di dalam kamar mandi, dengan tak sabaran Georgino mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban dari dalam sana membuat Georgino jadi heran. “Clara, Kau mendengarku, kan. Buka pintunya. Jangan bertingkah seperti semalam. Apa mau kubawa lagi mamamu datang ke sini?" Tapi tetap tidak ada jawaban dari Clara. Georgino menduga kalau Clara ada di dalam kamar mandi, sebelum Georgino meninggalkan kamar, tadi pintu kamar mandi masih dalam keadaan terbuka. Sengaja dia biarkan begitu, karena pintunya memang lagi bermasalah. Georgino terus mengetuk pintu. “
Sesampainya di kediaman Kanigara, Carissa langsung membawa Clara ke kamarnya Georgino. Untuk pertama kalinya, Clara akan menginjak kakinya masuk ke kamar suaminya.Clara terperangah, kamar Georgino terlihat sangat luas kalah dengan kamar miliknya.‘Bisa-bisanya nih kamar punya ruang tamu.’ komen Clara tapi matanya masih tetap mengagumi isi yang ada di dalam kamar itu.Kini Clara gantian memperhatikan foto-foto yang terpajang di dinding. Tapi tidak banyak foto yang tergantung di sana hanya saja beberapa saja, dan dia juga tidak menemukan satu pun foto pernikahan mereka.“Astaga, kami kan baru nikah semalam.” Clara menepuk jidatnya.“Ah. Apa nak? Kamu lagi mengatakan sesuatu?”“Gino nggak suka foto ya ma?”“Iya. Memangnya kenapa? Kok tiba-tiba nanya begitu?”Clara mengeleng seraya menatap ke dindingtempat salah satu foto Georgino tergantung. “Dari masuk rumah sampai ke kamarnya, foto Gino cuma sedikit yang terpajang.”Carissa tersenyum. Tanganya menutup kembali pintu lemari, kemudian m
“Sudah puas, kan?”Tiba-tiba Georgino menghentikan motornya, mungkin lelah karena sedari tadi menuntun motor itu.Georgino merutuki gadis yang bernama Clara Magenta itu karena sehabis makan malam niatnya yang harusnya dia ingin tiduran santai dan beristirahat jutru malah harus pergi menemani gadis itu untuk berbelanja entah apa ke sebuah supermarket."Loh om, kok berhenti ?? Ayo cepet, itu supermarketnya udah mau dekat lagi." ucap Clara menatap sebuah bangunan tak jauh dari mereka."Lo nggak tau ban motornya lagi bocor?”Clara melihat ke arah ban belakang. “Taulah om. Terus kenapa?” tanya Clara dengan santai.Georgino mengerjapkan matanya merasa tidak percaya dengan pertanyaan Clara barusan. Dia menarik nafas pendek mencoba menahan rasa emosinya."Kau tanya kenapa? Kau pikir dorong motor ini nggak pake tenaga. Pake ilmu goib menurutmu gitu.” omel Georgino. “Capek bego. Kalau mau ngerasain, nah coba kau sendiri yang pegang. Gantian kau yang dorongnya, jangan aku aja."“Nggaklah, capek
Reinard sedang sibuk di ruang kerjanya. Kepalanya menoleh ke pintu dan melihat putranya yang datang.“Apa terjadi sesuatu?” tanya Reinard sambil menyimpan kacamata yang baru dia gunakan, lalu membetulkan posisi duduknya. “Kenapa belum tidur? Sudah jam berapa ini.” Reinard memperhatikan jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 23.35.Georgino hanya tersenyum, dia masuk lalu menutup pintu itu kembali.“Papa kenapa belum tidur juga?” Georgino melontarkan pertanyaan yang sama kepada papanya. Dia duduk di kursi yang tersedia di depan Reinard dan sekilas menatap sebuah map yang terletak di meja dekat papanya.Reinard menyadari kemana arah pandangan putranya.“Ada dokumen penting yang harus papa periksa. Makanya papa masih ada di sini.” Reinard membuka laci meja dan menyimpan dokumen itu di sana.“Bagaimana?” tanya Reinard tiba-tiba.“Bagaimana apanya?” Alis Georgino terangkat dan menatap bingung akan pertanyaan aneh dari papanya.“Kehidupanmu setelah menikah?”Reinard tertawa sebentar. “A
Clara baru selesai membenah diri di depan cermin toilet kampus. “Sudah cantik, kan?” Clara semakin mendekatkan wajahnya untuk mengamati sekali lagi dipantulan cermin itu, memastikan apakah polesan make up-nya sudah oke atau belum. Merasa sudah cantik, tangan Clara memindai satu per satu peralatan make up yang tadi dia gunakan ke dalam tasnya. Setelah itu barulah dia beranjak meninggalkan kamar mandi. Clara berjalan dengan sambil tersenyum-senyum sendiri karena teringat dengan momentnya bersama Darian. Saat hendak pergi ke gedung fakultasnya, Clara dihadang oleh dua orang mahasiswa beda fakultas darinya. Dia ditarik paksa menuju ke sebuah tempat yang jauh dari keramaian. “Ini dia Fel.” Kedua orang itu bertemu dengan salah satu temannya yang sudah menunggu kedatangan mereka sedari tadi. Clara memberontak. “Lepaskan! Kenapa kalian membawaku ke sini? Apa salahku sama kalian?” Clara menatap marah ke arah kedua orang itu dengan masih bergerak-gerak sekuatnya hendak melepaskan diri. Ka
“Yeah kita makan.” sorak Tasya kegirangan. Semua teman sekelasnya pun menyoraki Tasya. Mereka juga sama seperti Tasya karena jam kuliah mereka sudah berakhir tapi bedanya mereka tidak terlalu menampakkan di depan pak Agung dosen mereka.“Oh ya, apa kalian sudah mendapat informasi dari dekan fakultas?”“Informasi apa pak?” Reza selaku komting di kelas mereka terlihat bingung sama seperti teman-teman satu ruangannya.“Masa sih kalian belum dapat infonya?” Pak Agung selaku dosen mata kuliah Pemasaran justru kembali bertanya.Reza masih mengeleng tidak tau. “Apa sih pak, kok malah jadi sesi kuis pak?” celetuk seseorang kesal lantaran keinginannya untuk keluar dari ruangan jadi tertahan gara-gara pertanyaan pak Agung.“Oke, bapak kasih tau. Kalian udah nggak sabaran kali mau keluar ya.”“Betul pak. Saya sudah lapar, haus lagi.” jawab oleh mahasiswa yang duduk paling belakang.Pak Agung terkekeh. “Begini, bapak sampaikan langsung saja ya. Mulai senin depan, kelas mata kuliah akuntasi bisni
Malam hari cuaca sangat cerah terlihat dari banyaknya bintang-bintang berkelap kelip di atas kepala. Mereka akhirnya sampai disebuah kediaman besar seseorang yang tidak diketahui oleh Clara. “Ini dirumah siapa, om? Ada rangka pesta apa sih?” Reruntutan pertanyaan Clara lontarkan kepada Georgino tapi satupun tidak ada yang ditanggapi olehnya. Merasa diabaikan, Clara pun akhirnya memilih keluar dari dalam mobil. Clara tampak begitu cantik memakai gaun berwarna merah maroon untuk menghadiri sebuah pesta yang tidak Clara ketahui siapa, karena Clara dipaksa ikut oleh Georgino untuk menggantikan orang tuanya yang tidak bisa datang. “Kenapa kau membawaku ke sini, om? Aku malas banget datang ke pesta kayak ginian. Membosankan.” Sekilas Georgino menatapi Clara dengan wajah datarnya, setelah itu dia beralih berkaca Georgino di spion mobilnya. Dalam hati, Georgino memuji ketampanannya, apalagi penampilannya malam ini yang tampak mempesona dengan tuxedo hitam dipadu dengan kemeja yang warnyan