Share

Bab 42

last update Huling Na-update: 2025-04-26 20:09:51

Dengan tubuh gemetar , Lyra menajamkan pendengarannya.

“Lyra? Kau di dalam sana?” Suara itu kembali dan lebih jelas.

Benar.

Tidak salah lagi.

“Darren?” Suara Lyra pecah, antara terkejut dan penuh harap.

“Ya, ini aku,” jawab Darren mendekat. “Sedang apa kau di dalam sana?”

“Darren! Ya Tuhan, tolong keluarkan aku!” Suara Lyra parau, nyaris seperti bisikan. “Livia mengunciku dari luar. Aku… aku tidak kuat lagi…”

Sejenak hening. Lalu Darren tertawa pelan. Tidak bahagia. Tapi, sinis.

“Astaga, Lyra… kau masih orang sama, naif, rapuh, tak berdaya. Mudah dimanipulasi seperti biasanya.”

“Jangan bercanda, Darren… keluarkan saja aku dari sini…” Lyra mencoba berdiri, lalu terpeleset lagi. Kepalanya terbentur ringan, ia meringis.

“Tenang, Lyra. Aku bisa membuka pintu sekarang juga,” Darren menimpali pelan, lalu menunduk di depan bilik. “Tapi tentu saja… ini tidak gratis.”

Lyra mematung. “Kau mau uang? Saham? Baiklah akan kuberikan setelah aku keluar.”

Darren mendekatkan wajah ke celah pintu. “B
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Tati Sahati
lanjuuutt lanjuuutt lanjuuutt thoorrr
goodnovel comment avatar
Tati Sahati
up n up thoorrr lanjuuutt lanjuuutt lanjuuutt ku tungguuuuu
goodnovel comment avatar
Tati Sahati
lanjuuutt lanjuuutt lanjuuutt thoorrr thanks
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 118

    Setelah beberapa detik yang mencekam.Dastan akhirnya berkata lebih lanjut, “Ada beberapa perusahaan yang diajukan oleh para investor. Mereka punya rekam jejak bagus juga kredibilitasnya solid. Semua sudah menyetujuinya.”Hati Lyra mencelos. Dastan belum menyebut nama-nama perusahaan itu, tapi ia tahu, salah satunya bukan perusahaan keluarga Sasmita.Ibunya pasti akan murka. Dia gagal. Misi yang ditekankan sejak awal agar Dastan melibatkan keluarga Sasmita dalam proyek prestisius ini, tampaknya benar-benar menggelinding ke jurang.Lyra menunduk, tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Ia bisa merasakan tekanan ibunya sudah menunggu di ujung harinya. Kegagalan ini akan punya harga.Dastan memperhatikan perubahan raut wajah Lyra. Dia diam sejenak sebelum melanjutkan dengan nada datar, “Tapi aku belum memutuskannya.”Lyra kembali mendongak, matanya membulat. "Kenapa?"“Aku masih mempertimbangkan satu opsi lain,” jawab Dastan sambil melangkah masuk dan menurunkan Lyra hati-hati. Matanya me

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 117

    "Lyra!"Panggilan panik itu menyadarkan Lyra.Matanya terbuka lebar menatap wajah Dastan yang sangat cemas."Kau mimpi buruk?"Lyra langsung terbangun lalu memeluk Dastan dengan erat. Napasnya memburu, tubuhnya dibanjiri keringat dan bergetar hebat seperti baru ditarik dari tepi jurang."Ada orang... ada orang di luar jendela... kotak merah itu..." bisiknya terbata, wajahnya kini terkubur di dada Dastan.Dastan mengusap punggung Lyra perlahan, mencoba menenangkan. "Tenang, Lyra. Tidak ada siapa-siapa. Itu cuma mimpi."Namun pelukan Lyra justru menguat. Matanya mengintip ke arah jendela. Hari masih senja. Benar, dia hanya mimpi buruk karena trauma. Dastan menghela napas pelan. Ia tahu Lyra sedang tidak dalam kondisi baik. Tangannya menggenggam tengkuk Lyra, memeluknya lebih erat."Aku akan periksa semuanya. Kau tidak perlu takut. Aku di sini."Lyra mengangguk. Menahan tangis yang mendesak keluar. Dia tak mau terlihat cengeng di depan Dastan. Tapi saat pria itu hendak bangkit, kedua ta

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 116

    Waktu seolah berhenti berputar. Napas Lyra tercekat dengan mata membelalak menatap isi kotak dan kemudian...“AAAH!”Jeritannya mengguncang ruangan. Lyra nyaris melompat dari ranjang. Kotak tadi terlempar dari tangannya, jatuh ke lantai dengan isi yang terguling keluar:Para pelayan terlonjak kaget.Seekor bangkai tikus tergeletak dengan bercak merah menodai bulunya. Di bawahnya, ada selembar foto polaroid—wajah Lyra—yang dicetak dalam warna pudar dan penuh baret. Bekas goresan benda tajam.Semua orang terdiam. Terpaku ketakutan."Nyonya!" Alba yang bergerak pertama kali memeluk Lyra. Nyonya mereka itu kini terisak tak terkendali, tubuhnya gemetar hebat karena terkejut.Dastan bangkit dari sofa, melangkah cepat dengan sorot mata berbahaya. Ia mengambil sarung tangan kulit di sisi meja, mengenakannya sebelum mendekat dan jongkok di depan isi kotak. Ujung jarinya menjungkirkan binatang kecil itu lalu bergumam, "Ini mainan yang disiram cat merah.” "Jadi bukan sungguhan?” Alba terdenga

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 115

    Lyra menaruh ponsel di atas meja tepat saat suara langkah kaki Dastan mendekat.Ia buru-buru mengatur napas, berusaha menghapus jejak kecemasan di wajahnya. Tapi tatapan tajam Dastan saat berdiri di dekatnya, langsung mengintimidasinya.“Kau bicara dengan ibumu?” tanya Dastan. Nada suaranya datar tapi tegas, membuat Lyra tak bisa berkelit.Lyra menggigit bibir, lalu mengangguk kecil. “Iya. Hanya sebentar.”Tatapan Dastan menyipit sedikit. “Apa yang dia tanyakan? Kesehatanmu? Atau...”Lyra mencoba tersenyum. “Katanya, dia khawatir soal kakiku... dan juga mengingatkan soal pesta sosialita minggu depan.”Dastan menyeringai miring, sinis. “Dia menanyakan kakimu karena khawatir keadaanmu? Atau karena khawatir kau melewatkan pestanya?”Kepala Lyra tertunduk. Kata-kata Dastan menampar tepat sasaran. Bahkan pria itu pun menyadari bahwa sang ibu tak pernah benar-benar peduli padanya. Hanya citra. Hanya tampilan luar untuk mengesankan orang lain.Ingin rasanya Lyra menghilang di balik selimut k

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 114

    Bunyi getaran halus itu semakin lama seolah melengking di udara, memenuhi ruangan kamar yang semula nyaman.Lyra menegang. Tangannya terhenti di atas piring dengan napas tertahan. Tatapan Dastan segera jatuh ke ponsel itu, dingin. Gelas kopi yang tadi terangkat kini kembali diletakkan perlahan, nyaris tanpa bunyi, tapi tekanan di rahangnya terlihat jelas.Lyra menghela napas pelan. Tangannya bergerak ke arah ponsel, ragu. Tapi baru setengah jalan, suara Dastan memotong, datar namun mengandung peringatan.“Kenapa ibumu senang sekali menelepon pagi-pagi? Apa dia sengaja mau mengganggu momen sarapan kita?”Lyra menarik tangannya. Ia juga tak mengerti, yang ia tahu jika tidak menjawab, ibunya akan murka. Tapi ia juga sadar, mengangkatnya di depan Dastan... akan menjadi luka kecil baru dalam hubungan mereka yang baru membaik serta masih terlalu rapuh.“Kalau kau takut, angkat saja,” lanjut Dastan ketus. “Aku juga ingin tahu... seberapa dalam pengaruh wanita itu atas dirimu.”Lyra menatap d

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 113

    “H-hak sebagai suami?” tanya Lyra lirih, seolah bertanya lebih kepada dirinya sendiri.Pria itu hanya mengangguk ringan, tidak tergesa, tidak memaksa. Tatapannya tetap tertuju pada Lyra yang mulai terlihat was-was, seakan belum bisa menebak arah ucapan Dastan.“Waktu itu, kita tidak sempat menyelesaikannya. Aku hanya ingin menebusnya sekarang.”Lyra langsung panik. Pikirannya melompat liar, memutar ulang malam mereka di kamar hotel, lalu membayangkan segala macam kemungkinan yang membuat bulu kuduknya meremang. Matanya melirik sekeliling kamar mandi, lalu ke arah kakinya yang masih dibalut gips.Lyra membatin, "Apa dia serius? Di sini? Sekarang juga?”"Ya—yang benar saja," gumamnya terbata disambut anggukan mantap Dastan. “Maaf, tapi aku… aku bahkan belum bisa berdiri dengan normal!”Dastan mengerutkan dahi, sejenak bingung. “Lalu?”“Jangan bercanda. Aku mau keluar sekarang," desak Lyra mencoba untuk kabur dari situasi menggelisahkan itu.Kening Dastan berkerut. "Bercanda? Untuk apa a

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status