Share

Bab 6

Penulis: Sidney Fellice
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-04 11:18:53

Beberapa saat sebelumnya...

Di dalam sebuah mobil hitam yang melaju tenang di jalan utama Torin, Dastan Adiwangsa duduk bersandar dengan mata terpejam. Wajahnya tanpa ekspresi, namun ujung jari telunjuknya mengetuk-ngetuk sandaran tangan, menunjukkan pikirannya yang tengah bekerja.

“Apa sebenarnya tujuan pesta malam ini?" tanya Dastan setengah menggeram rendah. “Aku memiliki banyak pekerjaan, tapi Ayah begitu keras kepala memaksaku hadir.”

Charlie, tangan kanan Dastan yang duduk di kursi penumpang depan, melirik sekilas sang atasan melalui kaca spion seraya menjawab, “Pesta malam ini bertujuan untuk merayakan ulang tahun Tuan Darren sekaligus penyambutan kepulangan Anda ke dalam negeri, Tuan."

Dastan mendengus, nada sinis terdengar jelas. "Konyol. Apa yang perlu dirayakan dari seseorang yang bertambah tua? Tidakkah mereka tahu itu berarti waktu hidup orang tersebut semakin berkurang di dunia?” Ia menyandarkan kepala ke kursi dan menatap langit-langit mobil. "Dan lagi, siapa yang benar-benar senang dengan kehadiranku sampai kepulanganku saja perlu dirayakan?"

Charlie menelan ludah, memilih kata-kata dengan hati-hati sebelum menjawab, "Tuan Besar sangat menyayangi Anda, dan tentunya kepulangan Anda adalah sebuah berkah baginya, terutama karena sudah cukup lama sejak beliau melihat Anda terakhir kali."

Dastan tersenyum tipis, namun dingin. "Dia senang, tapi bagaimana dengan yang lain?” Pandangan matanya terarah ke kaca spion, menatap sang bawahan dengan senyum sinis. “Kau tahu bagaimana Leona selalu menganggap keberadaanku ancaman bagi putranya yang ingin dijadikan pewaris itu."

Ucapan itu membuat atmosfer di dalam mobil sedikit mencekam.

Dastan membiarkan keheningan menggantung sejenak sebelum menambahkan, "Memang hanya ayahku yang terlalu polos itu yang tidak bisa menyadarinya.” Pria itu tertawa rendah dan dingin, sebelum kemudian menutup matanya kembali.

Charlie menoleh sedikit, menatap Dastan dengan cemas. Ia tahu betul bahwa sejak dulu, hubungan Dastan dengan keluarga Adiwangsa lainnya tak pernah benar-benar baik.

Seperti yang Dastan katakan, Leona, ibu Darren, selalu menganggap Dastan sebagai duri dalam daging, ancaman bagi posisi calon pewaris yang dimiliki putranya.

Sementara Darren... anak itu terlalu terbiasa dimanja dan dibuai panggilan ‘calon pewaris’ oleh banyak orang, sehingga ketika bertemu Dastan yang tidak ‘terkekang aturan’, Darren menganggapnya sebagai saingan mengerikan.

"Bagaimana soal gadis itu?" Dastan tiba-tiba bertanya, membuyarkan lamunan Charlie dengan perubahan topik.

“Belum ada kabar, Tuan. Kami masih mencarinya."

Dastan menyipitkan mata, rahangnya mengeras.

“Hanya seorang gadis muda, tidak berpengalaman dan baru menginjakkan kaki ke dunia orang dewasa. Kenapa begitu sulit untuk mencarinya di satu kota ini!?” gerutu Dastan dengan kesal, membuat Charlie serba salah.

Namun, tak diduga, saat Dastan tiba di kediaman Adiwangsa dan tengah bersiap memberikan sambutan singkat untuk memulai pesta, manik hitamnya malah bertemu dengan satu sosok yang sangat dia cari.

Ya, gadis dengan mata bulat mempesona dan bibir ranum yang begitu manis saat dikecup itu … muncul sebagai salah satu tamu pesta keluarganya!

"Sebuah kehormatan besar bertemu anda, Tuan Dastan." ucap wanita yang memperkenalkan dirinya sebagai ibu dari gadis itu.

Kemudian, Daniel–ayah Darren dan kakak Dastan–lanjut memperkenalkan nama sang gadis, “dan ini putrinya, Lyra, tunangan Darren.”

Seketika, aura Dastan menjadi dingin.

Tunangan? Gadis yang sudah dia tetapkan sebagai wanitanya … ternyata adalah tunangan keponakannya!?

Kekonyolan macam apa ini!?

Kesal, kecewa, marah. Tiga emosi itu menggebu dalam diri Dastan, tapi … bisa melihat bagaimana malam ini begitu membahagiakan untuk sang ayah, membuat Dastan memilih menahan diri hingga waktu yang tepat untuk membereskan wanita kurang ajar ini!

Namun, tak disangka, di tengah pesta, Dastan melihat Lyra ditarik oleh Darren secara kasar ke tempat yang sepi.

Dan sebuah tontonan menarik pun terkuak di hadapannya.

“Bagaimana kau tahu aku tidak bersama Livia? Apa itu karena kau sedang bersamanya?"

Kemarahan yang terpancar saat Lyra mengatakannya membuat Dastan langsung tahu, Darren pasti telah mengkhianati wanita itu. Dan sebagai gantinya, Lyra membalaskan dendam dengan cara yang paling gila, yakni memberikan pengalaman pertamanya kepada sembarang pria!

Gila dan tidak masuk akal, tapi Dastan menyukainya!

"Kutanya sekali lagi, ke mana kau pergi? Bersama siapa, hah?!" teriak Darren penuh amarah seraya mencengkeram dagu Lyra kasar.

Hal itu membuat Lyra kesulitan mengeluarkan suara.

"A—aku... aku pergi ke bar dengan teman."

“Siapa? Teman yang mana? Apa buktinya?”

Melihat suasana semakin menegang dan cengkeraman Darren semakin menguat, Dastan pun memutuskan bahwa ini waktunya dia keluar.

“Kau sungguh butuh bukti?”

Perhatian pasangan yang sedang bertengkar itu pun beralih padanya, membuatnya tersenyum dan bersandar santai di ambang pintu balkon.

"Jika kau ingin penjelasan lebih detail tentang semalam, tanyakan saja padaku."

Kemudian, pandangannya beralih pada Lyra dengan sudut bibir yang sedikit terangkat.

“Bukan begitu, Lyra?”

**

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 118

    Setelah beberapa detik yang mencekam.Dastan akhirnya berkata lebih lanjut, “Ada beberapa perusahaan yang diajukan oleh para investor. Mereka punya rekam jejak bagus juga kredibilitasnya solid. Semua sudah menyetujuinya.”Hati Lyra mencelos. Dastan belum menyebut nama-nama perusahaan itu, tapi ia tahu, salah satunya bukan perusahaan keluarga Sasmita.Ibunya pasti akan murka. Dia gagal. Misi yang ditekankan sejak awal agar Dastan melibatkan keluarga Sasmita dalam proyek prestisius ini, tampaknya benar-benar menggelinding ke jurang.Lyra menunduk, tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Ia bisa merasakan tekanan ibunya sudah menunggu di ujung harinya. Kegagalan ini akan punya harga.Dastan memperhatikan perubahan raut wajah Lyra. Dia diam sejenak sebelum melanjutkan dengan nada datar, “Tapi aku belum memutuskannya.”Lyra kembali mendongak, matanya membulat. "Kenapa?"“Aku masih mempertimbangkan satu opsi lain,” jawab Dastan sambil melangkah masuk dan menurunkan Lyra hati-hati. Matanya me

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 117

    "Lyra!"Panggilan panik itu menyadarkan Lyra.Matanya terbuka lebar menatap wajah Dastan yang sangat cemas."Kau mimpi buruk?"Lyra langsung terbangun lalu memeluk Dastan dengan erat. Napasnya memburu, tubuhnya dibanjiri keringat dan bergetar hebat seperti baru ditarik dari tepi jurang."Ada orang... ada orang di luar jendela... kotak merah itu..." bisiknya terbata, wajahnya kini terkubur di dada Dastan.Dastan mengusap punggung Lyra perlahan, mencoba menenangkan. "Tenang, Lyra. Tidak ada siapa-siapa. Itu cuma mimpi."Namun pelukan Lyra justru menguat. Matanya mengintip ke arah jendela. Hari masih senja. Benar, dia hanya mimpi buruk karena trauma. Dastan menghela napas pelan. Ia tahu Lyra sedang tidak dalam kondisi baik. Tangannya menggenggam tengkuk Lyra, memeluknya lebih erat."Aku akan periksa semuanya. Kau tidak perlu takut. Aku di sini."Lyra mengangguk. Menahan tangis yang mendesak keluar. Dia tak mau terlihat cengeng di depan Dastan. Tapi saat pria itu hendak bangkit, kedua ta

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 116

    Waktu seolah berhenti berputar. Napas Lyra tercekat dengan mata membelalak menatap isi kotak dan kemudian...“AAAH!”Jeritannya mengguncang ruangan. Lyra nyaris melompat dari ranjang. Kotak tadi terlempar dari tangannya, jatuh ke lantai dengan isi yang terguling keluar:Para pelayan terlonjak kaget.Seekor bangkai tikus tergeletak dengan bercak merah menodai bulunya. Di bawahnya, ada selembar foto polaroid—wajah Lyra—yang dicetak dalam warna pudar dan penuh baret. Bekas goresan benda tajam.Semua orang terdiam. Terpaku ketakutan."Nyonya!" Alba yang bergerak pertama kali memeluk Lyra. Nyonya mereka itu kini terisak tak terkendali, tubuhnya gemetar hebat karena terkejut.Dastan bangkit dari sofa, melangkah cepat dengan sorot mata berbahaya. Ia mengambil sarung tangan kulit di sisi meja, mengenakannya sebelum mendekat dan jongkok di depan isi kotak. Ujung jarinya menjungkirkan binatang kecil itu lalu bergumam, "Ini mainan yang disiram cat merah.” "Jadi bukan sungguhan?” Alba terdenga

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 115

    Lyra menaruh ponsel di atas meja tepat saat suara langkah kaki Dastan mendekat.Ia buru-buru mengatur napas, berusaha menghapus jejak kecemasan di wajahnya. Tapi tatapan tajam Dastan saat berdiri di dekatnya, langsung mengintimidasinya.“Kau bicara dengan ibumu?” tanya Dastan. Nada suaranya datar tapi tegas, membuat Lyra tak bisa berkelit.Lyra menggigit bibir, lalu mengangguk kecil. “Iya. Hanya sebentar.”Tatapan Dastan menyipit sedikit. “Apa yang dia tanyakan? Kesehatanmu? Atau...”Lyra mencoba tersenyum. “Katanya, dia khawatir soal kakiku... dan juga mengingatkan soal pesta sosialita minggu depan.”Dastan menyeringai miring, sinis. “Dia menanyakan kakimu karena khawatir keadaanmu? Atau karena khawatir kau melewatkan pestanya?”Kepala Lyra tertunduk. Kata-kata Dastan menampar tepat sasaran. Bahkan pria itu pun menyadari bahwa sang ibu tak pernah benar-benar peduli padanya. Hanya citra. Hanya tampilan luar untuk mengesankan orang lain.Ingin rasanya Lyra menghilang di balik selimut k

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 114

    Bunyi getaran halus itu semakin lama seolah melengking di udara, memenuhi ruangan kamar yang semula nyaman.Lyra menegang. Tangannya terhenti di atas piring dengan napas tertahan. Tatapan Dastan segera jatuh ke ponsel itu, dingin. Gelas kopi yang tadi terangkat kini kembali diletakkan perlahan, nyaris tanpa bunyi, tapi tekanan di rahangnya terlihat jelas.Lyra menghela napas pelan. Tangannya bergerak ke arah ponsel, ragu. Tapi baru setengah jalan, suara Dastan memotong, datar namun mengandung peringatan.“Kenapa ibumu senang sekali menelepon pagi-pagi? Apa dia sengaja mau mengganggu momen sarapan kita?”Lyra menarik tangannya. Ia juga tak mengerti, yang ia tahu jika tidak menjawab, ibunya akan murka. Tapi ia juga sadar, mengangkatnya di depan Dastan... akan menjadi luka kecil baru dalam hubungan mereka yang baru membaik serta masih terlalu rapuh.“Kalau kau takut, angkat saja,” lanjut Dastan ketus. “Aku juga ingin tahu... seberapa dalam pengaruh wanita itu atas dirimu.”Lyra menatap d

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 113

    “H-hak sebagai suami?” tanya Lyra lirih, seolah bertanya lebih kepada dirinya sendiri.Pria itu hanya mengangguk ringan, tidak tergesa, tidak memaksa. Tatapannya tetap tertuju pada Lyra yang mulai terlihat was-was, seakan belum bisa menebak arah ucapan Dastan.“Waktu itu, kita tidak sempat menyelesaikannya. Aku hanya ingin menebusnya sekarang.”Lyra langsung panik. Pikirannya melompat liar, memutar ulang malam mereka di kamar hotel, lalu membayangkan segala macam kemungkinan yang membuat bulu kuduknya meremang. Matanya melirik sekeliling kamar mandi, lalu ke arah kakinya yang masih dibalut gips.Lyra membatin, "Apa dia serius? Di sini? Sekarang juga?”"Ya—yang benar saja," gumamnya terbata disambut anggukan mantap Dastan. “Maaf, tapi aku… aku bahkan belum bisa berdiri dengan normal!”Dastan mengerutkan dahi, sejenak bingung. “Lalu?”“Jangan bercanda. Aku mau keluar sekarang," desak Lyra mencoba untuk kabur dari situasi menggelisahkan itu.Kening Dastan berkerut. "Bercanda? Untuk apa a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status