Home / Romansa / MENJADI IBU SUSU BAYI CEO AROGAN / LUNTANG-LANTUNG DI JALAN

Share

LUNTANG-LANTUNG DI JALAN

last update Huling Na-update: 2025-02-27 14:49:27

“Ke mana aku harus pergi,” kata Gina lirih.

Gina terus membawa anaknya melangkah tanpa tujuan. Meskipun Gina masih memiliki keluarga di kampung, tetapi Gina tidak mau pulang ke kampung.

Selain karena Gina tidak punya uang untuk pulang, ia juga tidak ingin membuat keluarganya khawatir dan terpukul atas apa yang terjadi padanya. Bagaimanapun juga, ayahnya adalah seorang pamong desa yang selalu dipandang baik oleh orang desa. Jika orang-orang tahu bahwa Gina bercerai, jelas itu akan merusak reputasi keluarganya karena orang desa masih menganggap perceraian sebagai sebuah aib.

Ketika Gina nyaris putus asa, tiba-tiba Raya menangis.

“Raya, maafkan Mama, Nak. Kamu pasti kepanasan, ya?” ucap Gina pada anaknya.

Gina bergegas mencari tempat berteduh agar tidak terpapar matahari. Akhirnya, ia berhenti di teras toko lama yang terbengkalai. Dengan penuh kasih sayang, Gina mulai menyusui Raya, sambil terus mengibaskan tangannya pelan, memberi angin untuk Raya.

Beruntung ASI Gina sangat banyak sehingga ia tidak perlu kerepotan membeli susu formula untuk Raya.

“Kamu harus tumbuh jadi anak baik. Mama janji akan memberikan segalanya untuk kamu, Nak,” kata Gina lagi, kali ini suaranya sedikit bergetar.

Namun, tak lama kemudian, seorang perempuan tiba-tiba datang menghampiri Gina. Perempuan itu mengenakan baju asisten rumah tangga yang ditutupi dengan jaket, di tangannya, ia membawa satu kantung plastik berisi makanan.

"Gina! Astaga, ini benar-benar kamu?" seru perempuan itu, membuat Gina terkejut hingga sontak ia berpaling mencari asal suara.

“Arin?” kata Gina lirih, ia langsung mengusap wajahnya, menghapus jejak air mata yang mungkin masih tersisa di sana.

Arin adalah teman Gina di kampung yang juga pindah ke kota untuk mencari pekerjaan.

Arin memperhatikan penampilan Gina yang lusuh dan seperti tidak terurus. Gina yang dahulu banyak disukai banyak pria di kampung, tetapi sekarang justru sangat lusuh dan dekil, membuat Arin jadi penasaran, apa yang sebenarnya terjadi pada Gina.

Selama ini, Arin tidak pernah bertemu dengan Gina lagi setelah ia juga memutuskan untuk pergi ke kota meskipun kota tujuan mereka sama.

"Bayi siapa itu? Apa dia anak kamu?" tanya Arin sambil memberikan satu botol air mineral pada Gina yang langsung disambut baik oleh Gina.

Sejujurnya, sejak tadi, Gina telah menahan rasa hausnya. Ketika diberi air minum, Gina langsung membuka tutupnya yang masih bersegel dan meminumnya hingga seperempat bagian.

"Terima kasih, Rin,” kata Gina pelan. Ia mengusap sudut bibirnya masih basah. “Ini anak aku. Setelah ke kota, aku menikah, awalnya aku pikir pernikahan aku akan bahagia, tapi karena aku melahirkan anak perempuan, suamiku selingkuh, dan aku diceraikan karena protes dengan hal itu."

Dengan suara serak, antara menahan tangis dan juga menahan rasa lelah, Gina bercerita pada Arin. Hingga Arin terdiam mendengar cerita tersebut.

"Kamu tergiur dengan pria yang kaya, ya? Sampai menikah buru-buru terus enggak tahu sikap dia gimana?" tebak Arin asal, seolah paham dengan pola pikir seperti itu.

"Enggak, kok. Dia sebenarnya pria yang baik, dia berubah hanya saat aku melahirkan anak perempuan, dia maunya anak laki-laki, aku juga enggak mengharuskan punya suami kaya, Arin, tapi karena awalnya kami saling mencintai, aku menerima lamarannya," jelas Gina perlahan.

Sejenak Gina melirik Raya yang kembali terlelap, lalu berhenti memberi ASI untuk anaknya.

"Miris banget, tapi kalau cinta nggak mungkin berubah hanya karena kamu ngasih dia anak perempuan," timpal Arin, seolah tidak terima dengan apa yang terjadi.

“Lagipula, yang bisa memberikan gen untuk dapat anak laki-laki atau perempuan ‘kan pihak laki-laki bukan perempuan," lanjutnya.

"Itu karena dia ingin aku memberikan anak laki-laki untuk jadi pewaris perusahaannya," jawab Gina dengan senyum tipis di wajahnya.

Gina sebenarnya tahu tentang apa yang dikatakan Arin, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Mau menentang keluarga Haris pun percuma, ia akan selalu dianggap remeh.

"Terus, sekarang kamu gimana? Kamu mau ke mana? Pulang?" Bertubi-tubi, Arin memberikan pertanyaan. Sembari mengawasi Raya yang tertidur dalam gendongan Gina.

"Aku nggak bisa pulang dalam keadaan kayak gini, Rin. Aku nggak mau nyusahin orang tuaku. Aku perlu pekerjaan, kira-kira kamu bisa kasih tau aku nggak, di mana tempat yang bisa kasih aku pekerjaan? Pekerjaan apa aja, asalkan halal aku bisa ambil." Gina menatap wajah Arin, seolah sangat berharap Arin bisa membantunya.

"Kamu bisa kerja apa aja?" tanya Arin akhirnya, tetapi tatapannya tampak sedikit ragu.

"Bisa! Apa aja bisa!" jawab Gina dengan penuh keyakinan.

"Gini, sejak kemarin, bos aku itu cari perempuan yang bisa jadi ibu susu untuk anaknya. Kamu bisa kerja gituan?" kata Arin dengan tatapan ragunya.

"Ibu susu?" ulang Gina seolah tidak paham dengan apa yang diucapkan oleh Arin.

"Iya, nyusuin anak bayinya! Bukan nyusuin ayahnya, enak aja! Kamu hanya perlu menyusui anak bosku, mungkin anaknya seumuran sama anakmu. Sebulan kamu akan dibayar 20 juta kalau kamu diterima," jelas Arin dengan senyum kecil.

Mendengar jumlah gaji yang diucapkan oleh Arin, keraguan Gina karena tidak pernah mendengar tentang pekerjaan ibu susu musnah seketika.

Tanpa berpikir panjang, Gina menerima tawaran itu. “Aku mau, Rin.”

Arin langsung membawa Gina ke rumah atasannya sambil menceritakan sedikit atasannya orang seperti apa pada Gina.

"Sejak kemarin itu, nggak ada satu perempuan pun yang diterima, aku juga nggak tahu kenapa. Semoga aja kamu bisa diterima ya, Gina."

Arin kembali bicara, dan Gina hanya diam, berharap bos Arin bisa melihat kesungguhan hatinya untuk bekerja, dan mau menerimanya karena ia sangat butuh pekerjaan itu untuk anaknya.

Mereka sampai di rumah besar dan mewah. Arin mengatakan bahwa rumah itu adalah rumah bosnya.

Tanpa banyak bicara, Arin membawa Gina masuk ke dalam. Ketika pintu gerbang itu dibuka oleh satpam penjaga pintu gerbang rumah tersebut, Gina langsung melihat begitu banyak para wanita yang sedang mengantri.

“Mereka semua pasti datang untuk melamar pekerjaan itu juga,” kata Arin, lalu sekilas menatap Gina.

Gina merasa cemas, para pelamar itu terlihat bersih, dan terawat, sedangkan dirinya yang sekarang sangat lusuh akibat seharian seperti gembel di jalan.

“Arin, mereka semua cantik dan bersih, sedangkan aku lusuh begini. Apa mungkin aku bisa diterima?” tanya Gina penuh dengan keraguan.

“Kita coba dulu. Siapa tahu ini rezeki kamu dan anak kamu,” jawab Arin seolah ingin menangkan Gina. “Aku tinggal dulu ya, aku masih harus kerja. Semangat ya, Gina!”

Gina mengangguk pelan, lalu membiarkan Arin pergi. Kini, ia menunggu dengan penuh kecemasan.

"Kamu mau menyusui bayi seorang CEO dengan penampilan kamu yang seperti itu? Siap-siap ditolak saja kamu!" kata seorang pegawai dengan nada yang sangat merendahkan Gina.

Perkataan salah satu pegawai yang bekerja di rumah itu membuat para pelamar wanita di sekitar Gina semakin memperhatikan Gina dengan tatapan mata mencemooh.

Belum lagi Gina yang datang sambil menggendong bayi, menambah pandangan aneh para wanita tersebut hingga Gina sejujurnya merasa terganggu dengan hal itu. Namun, karena ia butuh pekerjaan tersebut, Gina berusaha untuk menepis segala perasaan tidak nyaman, dan rasa tersinggungnya akibat perkataan pegawai tadi padanya.

‘Aku pasti bisa,’ batin Gina penuh harapan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MENJADI IBU SUSU BAYI CEO AROGAN    MENJADI IBU SUSU BAYI CEO AROGAN (END)

    Diam. Jessica tidak langsung menjawab pertanyaan yang diajukan oleh sang ibu. Sementara Jeny tetap mengusap rambut panjang anaknya yang sedikit kusut karena selama hamil, Jessica merasa enggan untuk merawat diri. Ia seolah kehilangan daya untuk melakukan apapun karena tidak tahu bagaimana lagi untuk menghadapi situasi yang menjeratnya sekarang ini. "Apa aku bisa, Mi?"Setelah beberapa saat terdiam, Jessica akhirnya bicara, sambil mengusap sisa air mata dengan punggung tangannya.Jeny tersenyum mendengar pertanyaan itu dilontarkan oleh sang anak. "Tentu saja bisa, sekarang kamu bisa memasak, membersihkan rumah, selain merawat diri, meskipun tugas perempuan bukan seputar itu, tapi itu bisa menjadikan kamu menjadi seorang ibu yang baik dan istri yang baik untuk suami kamu nanti.""Suami?" ucap Jessica sembari tersenyum kecut."Aku enggak punya suami, Mi. Buat apa?" lanjut Jessica dengan wajahnya yang suram. "Pikirkan Haris, mungkin sekarang kamu merasa kalah dengan Gina karena dia ma

  • MENJADI IBU SUSU BAYI CEO AROGAN    AIR MATA JESSICA DAN KARINA

    Jeny masih berusaha untuk membujuk Jessica, mengucapkan kalimat itu agar supaya Jessica menjadi tenang, dengan mengatakan setuju dengan keinginan Jessica yang tidak mau melihat Haris lagi meskipun ia sendiri tidak setuju karena berharap mereka berdua kembali bersama. Akan tetapi, karena memikirkan keadaan Jessica yang masih rentan, Jeny terpaksa mengiyakan saja apa yang dikatakan oleh sang anak.'Yang penting, Jessica tenang dulu, masalah yang lain bisa dipikirkan nanti, khawatir kandungannya terpengaruh.'Hati Jeny bicara demikian sambil mengusap punggung sang anak dengan perasaan prihatin. Jessica yang selama ini tidak pernah demikian sekarang terlihat sangat hancur dibandingkan Gina yang notabene dilukai oleh sang anak di masa lalu. ***Farrel menengok Karina di sel tahanan setelah sekian waktu Farrel menghilang dari keseharian Karina. Perceraian mereka tidak diteruskan lantaran Karina mendapatkan masalah akibat perbuatannya pada Bara dan Gina. Untuk kelanjutannya, Farrel masih

  • MENJADI IBU SUSU BAYI CEO AROGAN    KEMBALI DITOLAK

    "Ironis bukan? Saat orang ketiga jatuh cinta pada pria yang direbutnya, si pria justru tidak pernah mencintainya dan hanya fokus memikirkan wanita yang dicintainya yang sekarang sudah bahagia dengan pria lain."Telapak tangan Haris mengepal mendengar apa yang dikatakan oleh Jessica. "Mas Haris, kamu memang enggak pernah cinta sama aku, kan? Kamu selingkuh sama aku cuma ingin membuat Gina patuh sama kamu, tapi ternyata Gina lebih memilih pergi darimu, dan kepergian dia justru membuat dia menemukan sebuah istana dengan raja yang siap meratukan dirinya.""Diam!""Kenapa? Tidak terima? Mau bagaimana lagi? Memang kenyataannya demikian, bukan?""Bisakah tidak usah membahas soal Gina dengan suaminya itu?""Ibumu yang bawel itu aja mengakui kalau Bara itu pria yang luar biasa, seorang CEO masih mau turun tangan membantu istrinya melakukan apa saja di rumah, beda kayak kamu, taunya merintah!""Kau-""Mas, sebenarnya caramu mencintai seseorang itu bagaimana? Apakah harus menjadi babu untukmu s

  • MENJADI IBU SUSU BAYI CEO AROGAN    BENCI DENGAN DIRI SENDIRI

    Melihat istrinya kerepotan seperti itu, Bara ingin menarik paksa Gavin, tapi dengan cepat, Gina menahannya dengan isyarat, hingga akhirnya, Bara beralih untuk menggamit Raya untuk membuat Gina tidak terlalu kerepotan.Setelah Raya beralih ke tangan Bara, Gina sedikit lapang hingga ia bisa fokus untuk menangani Gavin."Sayang, kenapa seperti itu? Gavin tidak suka digendong Papi?" tanya Gina dengan usapan di punggung. Gavin merespon dengan gaya bocahnya, ia berkali-kali menunjuk ke arah dada Gina seolah ingin menyampaikan pada Gina bahwa ia tidak setuju jika sang ayah memintanya untuk berhenti menyusu."Apa katanya? Dia protes kalau aku memintanya berhenti menyusu?" tanya Bara sambil mengurus Raya.Namun dengan isyarat, Gina meminta suaminya untuk tenang agar tidak membuat Gavin ketakutan. Terpaksa, Bara patuh, meskipun ia tidak menyangka, Gavin memang melancarkan aksi protes padanya lantaran ia meminta sang anak untuk berhenti menyusu karena memang sudah saatnya sang anak dilatih ber

  • MENJADI IBU SUSU BAYI CEO AROGAN    AKSI PROTES GAVIN

    Didesak sedemikian rupa oleh Arin, membuat Gina mau tidak mau harus menjawab. Meskipun kondisi wajahnya terlihat merah menahan malu, perempuan itu akhirnya mau menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Arin."Dia menyentuh, tapi dia seperti menahan diri.""Nah! Itu jawabannya!""Apa?"Gina seolah berubah menjadi bodoh seketika saat membahas masalah sensitif seperti itu, hingga membuat Arin gemas."Gina, kamu tuh, ya! Penampilan sudah berubah modis tapi ternyata masih aja terlalu polos, ya masalahnya itu di situ, Pak Bara selama ini menahan diri untuk menyentuh dada kamu, karena kamu masih menyusui, kalau udah enggak, mungkin akan lain ceritanya."Gina terdiam mendengar penjelasan Arin, dan otaknya langsung mencerna kalimat itu dengan cepat untuk mencari tahu apakah yang dikatakan oleh Arin itu memang benar adanya.'Kayaknya, apa yang dikatakan sama Arin itu benar, belakangan ini setiap kami berhubungan intim, Bara lebih sering menyentuh bagian dadaku, tapi masih tidak terlalu agresif

  • MENJADI IBU SUSU BAYI CEO AROGAN    PUJIAN UNTUK GINA

    "Ada apa? Kamu tidak percaya kalau aku tidak suka melihat Haris selalu mengejar mu?"Suara Bara terdengar membuyarkan Gina dengan hatinya. Gina mengusap wajahnya dengan perlahan, sekedar untuk menenangkan hatinya saja lantaran ia merasa lucu melihat tingkah sang suami."Kamu dan Haris itu berbeda. Meskipun aku pernah mencintai dia dan akhirnya menikah, tapi hanya dengan mu, aku merasa sangat diratukan dan dihargai."Gina akhirnya menjawab pertanyaan sang suami dengan wajah yang serius agar Bara percaya dengan apa yang baru saja dikatakannya."Apakah saat berhubungan dengan ku, kamu merasa puas?" tanya Bara seolah masih tidak yakin dengan apa yang dijelaskan oleh Gina padanya."Ya. Aku sangat puas, kalau enggak, aku enggak mungkin melakukannya berulang sama kamu."Gina menjawab pertanyaan Bara selanjutnya dengan sangat tegas."Kenapa kamu merasa puas?"Jemari tangan Gina saling memilin ketika Bara melontarkan pertanyaan itu. Sebuah pertanyaan yang mana jika ia jawab akan membuat dirin

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status