**Bab 036 Naira membuka diri**Latihan dimulai lebih awal di halaman utama Manor Eldoria. Udara pagi masih sejuk, angin berhembus perlahan, membawa aroma tanah yang sedikit lembap. Atthy dan Naira sudah duduk di bangku penonton, memperhatikan Karl dan Nathan yang berdiri di tengah lapangan bersama pelatih mereka.Pelatih utama, seorang pria bertubuh tegap dengan sorot mata tajam, berdiri dengan postur tegas. Di sampingnya, seorang asisten yang lebih muda siap membantu Nathan dalam latihannya."Tuan Muda Karl, kita mulai dengan latihan refleks dan keseimbangan," ujar pelatih utama.Karl mengangguk mantap, langkahnya sudah menunjukkan kesiapan. Ia mengambil posisi, menyeimbangkan tubuhnya sebelum mulai mengikuti arahan pelatih. Tubuhnya bergerak lincah, menghindari pukulan ringan yang diarahkan padanya, meningkatkan ketajaman refleksnya.Sementara itu, Nathan mendapatkan arahan dari asisten pelatih. "Tuan Muda Nathan, kita akan berlatih ketahanan fisik hari ini. Mulai dengan berlari men
**Bab 037 Naira**Pagi di Manor Eldoria masih diselimuti udara sejuk ketika latihan Karl dan Nathan memasuki tahap berikutnya. Matahari mulai meninggi, tetapi hawa dingin khas wilayah utara tetap terasa. Di halaman utama, Karl dan Nathan berdiri di posisi masing-masing, siap melanjutkan sesi latihan mereka di bawah pengawasan ketat para pelatih.Karl sudah menunjukkan perkembangan yang baik sejak awal latihan. Tubuhnya bergerak dengan keseimbangan sempurna, matanya fokus, dan setiap gerakan pedangnya semakin tajam. Ia mulai terbiasa dengan pola serangan dan pertahanan yang diberikan oleh pelatihnya.Di sisi lain, Nathan masih berusaha menyesuaikan diri dengan ritme latihan. Langkahnya kadang ragu, tetapi ada semangat dalam sorot matanya. Meskipun tubuhnya masih terlalu kecil untuk menghadapi tantangan fisik yang berat, dia terus berusaha meniru gerakan Karl dengan caranya sendiri.Atthy dan Naira duduk di bangku penonton, mengamati latihan dengan saksama. Jika sebelumnya Naira lebih b
**Bab 038 Naira 2**Lorong-lorong Manor Eldoria terasa lebih sepi dari biasanya. Udara dingin yang meresap melalui jendela-jendela besar menciptakan kesan suram yang semakin mempertegas kekhawatiran Karl. Langkahnya mantap dan tergesa, diikuti oleh Atthy yang tetap mempertahankan ketenangannya. Namun, sorot matanya menunjukkan bahwa dia sudah mulai menilai situasi dengan lebih dalam."Lorong barat ini masih belum sepenuhnya difungsikan, bukan?" tanya Atthy, suaranya tidak terlalu tinggi, tetapi cukup jelas untuk didengar Karl.Karl mengangguk tanpa memperlambat langkah. "Benar. Banyak ruangan di sini masih kosong atau belum sepenuhnya ditata. Jika Naira tersesat di salah satu dari mereka..."Karl tidak menyelesaikan kalimatnya, tetapi Atthy memahami maksudnya. Seorang anak berusia lima tahun yang tersesat di tempat yang belum dikenalnya bisa berarti banyak hal—dan tidak semuanya baik.Mereka menyusuri lorong dengan lebih hati-hati. Karl membuka beberapa pintu yang tidak terkunci, hany
**Bab 039 Naira 3**Ketukan di pintu memecah suasana. Seorang pelayan masuk dan membungkuk hormat. "Dokter Sarah telah tiba."Seorang wanita muda dengan jubah dokter yang bersih melangkah masuk. Meski usianya masih muda, sekitar 25 tahun, wajahnya penuh ketenangan dan profesionalisme. "Duchess, Tuan Muda, Lady Helena," sapanya sambil menatap Naira yang masih terbaring lemah.Atthy segera berdiri, memberikan ruang bagi Dokter Sarah untuk memeriksa Naira. Dengan cekatan, dokter itu menempelkan punggung tangannya di dahi Naira dan mengamati napas serta detak jantungnya. "Demam tinggi, tetapi masih dalam batas yang bisa ditangani. Dia perlu lebih banyak istirahat dan cairan hangat. Saya akan menyiapkan ramuan herbal untuk menurunkan panasnya."Helena memberikan isyarat kepada pelayan untuk menyiapkan yang diperlukan, sementara Atthy tetap berdiri di samping ranjang, memperhatikan dengan saksama.Dokter Sarah menatap Atthy sejenak sebelum berkata, "Duchess, apakah ada gejala lain yang Lady
**Bab 040 Karl dan Nathan**Malam semakin larut, tetapi ruangan tempat Naira beristirahat masih dipenuhi suasana hangat dari percakapan yang mulai mendalam. Karl bersandar di kursinya dengan ekspresi berpikir, sementara Nathan tetap di atas tempat tidur, duduk di samping Naira, tangannya tidak lepas dari genggaman Naira. Atthy duduk dengan postur rileks tetapi penuh kewaspadaan, memperhatikan ekspresi kedua bocah Griffith itu.Karl akhirnya kembali membuka suara. "Duchess, tadi Anda bilang kalau Caihina itu berbeda dari Nauruan. Apa maksudnya?"Atthy tersenyum tipis, seolah sudah mengira pertanyaan itu akan muncul. "Caihina adalah bagian dari Nauruan, tapi kami seperti anak tiri. Sumber daya kami berlimpah, tetapi kami selalu dihambat dalam perdagangan dan diplomasi. Kami harus berdagang di Nauruan, tetapi harga yang kami terima jauh lebih rendah dari yang seharusnya."Karl mengerutkan kening. "Seperti bangsawan rakus yang mencoba mengendalikan pasar?"Atthy mengangguk. "Tepat sekali.
**Bab 041 Karl dan Atthy**Setelah insiden di halaman belakang, Karl dan Nathan akhirnya kembali ke dalam Manor untuk membersihkan diri. Atthy, yang pakaiannya juga kotor akibat menyelamatkan mereka, berjalan bersama Helena menuju kamarnya. Langkah mereka tenang, tetapi suasana di antara keduanya menyimpan ketegangan yang tak terlihat.Helena akhirnya membuka suara, "Anda bergerak begitu cepat tadi, Duchess. Sejujurnya, saya bahkan belum sempat memproses apa yang terjadi sebelum Anda sudah menarik mereka ke tempat aman."Atthy tersenyum tipis, ekspresinya tetap tenang. "Itu hanya refleks. Aku terbiasa memperhatikan keadaan di sekitarku dan bereaksi cepat jika diperlukan. Dalam situasi seperti tadi, terkadang satu detik saja bisa membuat perbedaan besar."Helena menatapnya sekilas, lalu berkata dengan hati-hati, "Bukan hal yang biasa bagi seorang wanita bangsawan memiliki refleks seperti itu. Anda berbeda."Atthy mengangkat bahu, tidak berniat menyangkalnya. "Aku dibesarkan dalam lingk
**Bab 042 Duel Persahabatan**Setelah diskusi panjang tentang peran pria dan wanita dalam pelatihan bela diri, Karl menatap Atthy dengan tekad yang jelas."Kalau begitu, Duchess, kita coba buktikan di sini," katanya dengan nada serius, meskipun ada sedikit rasa hormat dalam suaranya.Atthy menatapnya sejenak, kemudian tersenyum tipis. "Buktikan apa, Karl?""Saya hanya ingin melihat seperti apa latihan Anda di Caihina. Saya yakin ada banyak hal yang bisa saya pelajari," jawab Karl, nada suaranya penuh rasa ingin tahu, bukan tantangan.Atthy menghela napas ringan, matanya menyiratkan pemahaman terhadap disiplin yang ditanamkan kepada Karl. "Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Tapi ingat, jangan menyesal jika kau merasa kesulitan."Karl mengangguk dengan mantap. "Saya akan melakukan yang terbaik. Tidak ada salahnya belajar dari seseorang yang lebih berpengalaman."Atthy tersenyum lagi, kali ini sedikit lebih lebar. "Pengalaman hanyalah hasil dari banyaknya waktu yang dihabiskan untuk be
**Bab 043 Kedatangan Hugh**Karl masih mencoba mengatur napas setelah duel singkatnya dengan Atthy. Kemenangan Atthy bukanlah hal yang mengejutkan baginya, tetapi cara dia bertarung—cepat, taktis, dan penuh efisiensi—membuat Karl menyadari bahwa cara bertarung bukan hanya soal kekuatan.Atthy, di sisi lain, tetap berdiri tenang, sesekali melirik Karl dengan ekspresi puas. Bocah itu memang keras kepala, tetapi dia cepat belajar. Ada potensi besar dalam dirinya.Namun, seiring waktu berjalan, suasana di sekitar mereka perlahan berubah. Karl merasakan keanehan lebih dulu. Awalnya, hanya firasat samar. Lalu, dia mulai menyadari bahwa para pelayan yang tadi menonton kini satu per satu menghilang dari tempat mereka berdiri.Karl mengerutkan kening. Ada sesuatu.Matanya bergerak ke sekeliling, mencoba mencari sumber perubahan ini. Kemudian, nalurinya menuntunnya untuk menoleh ke satu arah—dan saat itulah dia melihatnya.Hugh Griffith.Sang Duke berdiri tegap di tepi area latihan, matanya bir
**Bab 066 Tiga Pelayan**Keheningan yang menekan menyelimuti ruangan. Alwyn, yang biasanya sigap memberikan tanggapan, kali ini memilih diam. Ia ingin melihat bagaimana Hugh akan bereaksi terhadap situasi yang baru saja terbuka di depannya.Hugh, yang sejak tadi mengamati interaksi antara Ash dan Saihan, akhirnya mengalihkan fokusnya. Matanya menatap tajam Saihan, ekspresinya mengisyaratkan bahwa ia tidak ingin bertele-tele."Saihan," suara Hugh terdengar dalam dan tegas. "Kau tadi bilang menemukan sesuatu. Apa itu?"Saihan menegakkan tubuhnya, berusaha menekan gejolak emosi yang masih tersisa di dalam dadanya. Ia mengingat kembali alasan sebenarnya ia datang ke ruangan ini.''Duke, aku menemukan mereka.''Hugh mengernyit, ekspresinya mengeras. ''Siapa?''''Tiga pelayan jahanam itu,'' jawab Saihan, suaranya penuh kebencian. ''Mereka berusaha melarikan diri… Bahkan membawa barang berharga dari Manor. Mereka menggunakan kesempatan saat Duchess menghilang untuk mengamankan jalan keluar m
**Bab 065 Duka Ayah**Hugh tertegun, memahami kemarahan Ashton. Tidak ada ayah yang bisa menerima kenyataan bahwa putrinya menikah tanpa seizinnya, terlebih lagi dalam keadaan yang penuh kekacauan seperti ini.Namun, Hugh juga bukan pria yang akan membela diri dengan alasan rapuh. Ia menegakkan punggungnya, menatap langsung ke mata Ashton."Saya tidak mengambil keputusan ini secara sepihak, Tuan Galina," ujar Hugh, suaranya tegas. "Saya telah menerima surat persetujuan pernikahan dari pihak keluarga jauh sebelum putrimu tiba di sini. Dan pada hari kedatangannya, pernikahan kami telah disahkan oleh kerajaan."Ashton mengepalkan tangannya di atas pahanya, matanya menyipit tajam. "Persetujuan? Dari siapa?""Dari Baron Robert Galina," jawab Hugh tanpa ragu.Ashton terdiam sejenak. Napasnya terdengar lebih berat, dan rahangnya mengeras. Lalu, dengan suara yang lebih dalam dan penuh emosi yang tertahan, ia berkata:"Jadi... Anda menikahi putriku berdasarkan persetujuan dari pria yang bahkan
**Bab 064 Ashton Galina**Di bawah langit mendung, Ashton Galina menarik tali kekang kudanya, menghentikan langkahnya tepat di depan gerbang besar Manor Eldoria. Debu perjalanan masih melekat di mantel panjangnya, tetapi matanya tetap tajam dan penuh tekad."Berhenti di tempat!" seru seorang prajurit, ujung tombaknya terangkat dengan waspada. "Katakan, apa keperluanmu?"Ash menghela napas pelan, lalu menjawab dengan suara dalam dan tenang. "Aku Ashton Galina dari Caihina. Aku ingin bertemu dengan Duke Griffith."Beberapa prajurit saling bertukar pandang. Ashton Galina? Hari ini sudah terlalu banyak kejadian aneh. Pagi tadi, seorang wanita bernama Athaleyah Galina datang dan menimbulkan kegemparan. Sekarang, seorang pria dengan nama keluarga yang sama muncul di hadapan mereka."Siapa kau?" tanya prajurit lain, kali ini suaranya lebih tajam, penuh kewaspadaan."Ayah dari Athaleyah Galina."Kata-kata itu membuat suasana di antara para penjaga semakin tegang. Kini mereka yakin dua orang i
**Bab 063 Penyesalan**Helena mendorong daun pintu dan melangkah ke dalam ruangan yang telah disiapkan untuk tamunya. Tatapannya tetap profesional, tetapi ada sesuatu dalam ekspresinya yang sulit dijelaskan—sebuah ketegangan yang berusaha ia sembunyikan.Di dalam ruangan, Athaleyah Galina berdiri kaku, seolah pikirannya masih tersesat di antara keraguan dan pertanyaan yang berputar di kepalanya."Lady, Anda bisa menggunakan kamar ini selama Anda menjadi tamu di sini," ujar Helena, suaranya terdengar stabil, meskipun hatinya tak tenang.Athaleyah tidak segera merespons. Ia memandang ke sekeliling—ruangan itu luas dan mewah, tetapi baginya terasa begitu menyesakkan.Namun, ada sesuatu yang lebih mendesak dalam benaknya."Lady," panggilnya akhirnya, suaranya lebih rendah dan mengandung kecemasan yang tidak bisa disembunyikan.Helena menatapnya."Bagaimana dengan gadis itu?" lanjut Athaleyah. "Kenapa kalian menyebutnya Duchess?"Ia menggigit bibirnya, ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya me
**Bab 062 Tabir yang Tersingkap**Cahaya matahari masuk melalui jendela besar di sudut ruangan, menyinari perabotan klasik yang megah. Namun, di tengah semua kemewahan itu, ada ketegangan yang menggantung di udara—sesuatu yang tajam, berbahaya, dan tak terlihat.Pintu terbuka, dan Hugh Griffith melangkah masuk dengan langkah mantap. Alwyn menyusul di belakang bersama Helena.Duduk dengan anggun di tengah ruangan, seorang wanita cantik segera berdiri begitu pintu tertutup di belakangnya."Selamat siang, Tuanku Duke."Nada suara Athaleyah terdengar sopan, tetapi ada ketegasan di dalamnya—bukan suara seorang wanita yang tunduk, melainkan seseorang yang siap bertarung."Hentikan basa-basinya, Lady." Hugh tidak membuang waktu. Matanya yang tajam menatap lurus ke arahnya. "Aku tidak punya waktu untuk permainan kata-kata. Katakan yang ingin kau katakan."Athaleyah mengerutkan kening, merasa terganggu dengan kesombongan pria di hadapannya."Sombong sekali dia, dasar tidak beradab!" serunya da
**Bab 061 Kekacauan**Helena dan Alwyn segera bergerak menyambut kedatangan Hugh, Saihan, Kevin, dan tamu tak dikenal yang ikut serta bersama mereka.Begitu mata Helena menangkap sosok wanita itu, alisnya sedikit berkerut. Wanita muda dengan kecantikan luar biasa berdiri di samping Hugh, mengenakan gaun elegan dengan keanggunan alami yang tak terbantahkan. Namun, ada sesuatu yang lebih dari sekadar kecantikan— kepercayaan diri yang kuat, tatapan yang tajam, dan cara berdirinya yang menunjukkan bahwa ia bukan wanita biasa.Alwyn juga menyadari hal yang sama. Siapa dia?Hugh melangkah masuk tanpa banyak bicara. Tatapannya penuh tekanan."Helena, sambut dan jamu tamuku," perintahnya, suaranya tegas tanpa memberi ruang untuk pertanyaan.Helena, meskipun hatinya dipenuhi rasa penasaran, segera menundukkan kepala. "Tentu, Tuanku."Ia melirik sekilas pada wanita itu, lalu dengan anggun mengisyaratkan agar ia mengikutinya. "Silakan, Lady. Saya akan mengantar Anda ke ruang tamu."Wanita itu me
**060 Athaleyah Galina Nauruan**Hugh segera bergegas pulang begitu mendengar kabar tentang kekacauan di Manor. Langkah kudanya tak pernah secepat ini, derapnya menggema di sepanjang jalan berbatu menuju gerbang utama Skythia.Namun, tepat ketika rombongannya tiba, laju kuda mereka terhenti. Sebuah kereta kuda berhenti di depan gerbang, membuat para prajurit penjaga tampak sibuk menahan seseorang yang jelas-jelas bersikeras ingin masuk."Ah, hormat kami, Yang Mulia Duke." Para penjaga segera memberi hormat saat melihat Hugh mendekat dengan ekspresi penuh kewaspadaan."Apa yang terjadi?" tanya Saihan di atas kudanya, menajamkan tatapan pada prajurit yang tampak gelisah.Penjaga itu menghela napas sebelum melapor. "Begini, Tuan. Lady di dalam kereta ini mengaku sebagai Athaleyah Galina.""Apa?!"Sejenak, keheningan menyelimuti rombongan.Saihan menegang. "Athaleyah Galina?!" ulangnya, suara rendahnya mengandung keterkejutan yang tak bisa disembunyikan. Namun, dalam hitungan detik, keter
**Bab 059 Malam Tragedi**Ruangan itu terasa semakin luas bagi Atthy, seolah-olah waktu melambat dan udara menjadi lebih berat. Napasnya masih stabil, tapi denyut nadinya terasa lebih cepat dari biasanya. Ada sesuatu dalam sorot mata Hugh yang membuatnya siaga, namun bukan ketakutan yang menyelimuti dirinya—melainkan naluri bertahan yang muncul secara alami.Hugh masih menggenggam pergelangan tangannya dengan erat, tapi tidak sampai menyakitinya. Ada panas yang menjalar dari telapak tangannya ke kulit Atthy, suhu tubuhnya lebih hangat dari biasanya, seolah ada api yang membara di dalam dirinya.Atthy menatap matanya. Mata yang biasanya tajam dan penuh kendali itu kini diselimuti kabut gelap, campuran antara kemarahan, gairah, dan sesuatu yang bahkan Hugh sendiri tampaknya tak bisa pahami sepenuhnya."Duke... tolong lepaskan saya," ujar Atthy dengan suara tenang, meskipun dadanya berdebar.Hugh tidak menjawab. Dia hanya menatapnya, seakan menimbang sesuatu dalam pikirannya yang berkabu
**Bab 058 Kendali Diri**''Apa ini? Ini belum waktunya. Dia bilang akan bicara setelah makan malam..." gumam Atthy sambil berjalan keluar dari ruang kerja Helena. Keningnya sedikit berkerut saat merenung. "Sangat tidak biasa dari dirinya. Ada apa?"Belum sempat ia melangkah lebih jauh, Stela terlihat aneh dengan ekspresi yang sulit dibaca. Wajahnya tampak pucat dan ada kilatan gugup dalam matanya."Maaf, Duchess... bukan ke sana..." ujar Stela terbata-bata tapi dia terus mengiringi Atthy berjalan.Atthy menghentikan langkahnya. "Stela, kau kenapa?" Matanya menyipit, meneliti pelayan itu. Keringat dingin tampak mengalir di pelipisnya, dan tubuhnya sedikit gemetar."Tidak apa-apa, Duchess. Saya sepertinya sedikit tidak enak badan..." jawab Stela cepat, suaranya bergetar, seolah sedang menutupi sesuatu.Atthy mengernyit. "Kalau begitu, beristirahatlah. Wajahmu tampak sangat buruk. Kau membuatku khawatir, Stela.""Saya akan, Duchess. Segera setelah Anda beristirahat..."Atthy menghela nap