SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 13.Aku setuju saja untuk masuk ke kelas Marsya, ini adalah kesempatanku untuk tampil didepan, aku akan membuktikan kalau aku bisa sukses tanpa Mas Prabu. Saat aku akan berjalan menuju ruangannya. Mas Prabu menghampiriku karena tahu kemana tujuanku."Vania, ngapain lagi kamu. Mau buat keributan dikelas ya. Gak puas kamu permalukan Ibuku sekarang kamu mau buat kekacauan lagi?"Aku meringis kearahnya, senyuman tipis menghiasi wajahku,"Dewasalah, aku disini bekerja." Mas Prabu melotot padaku, seakan bola matanya hendak keluar."Apa maksudmu, kamu disini menyusahkan diriku saja," katanya sinis padaku."Sudah berapa kali kukatakan kalau kampus ini bukan punya Bapakmu jadi aku berhak sesuka hatiku datang kapan saja. Urusan kita hanya di pengadilan agama. Aku juga punya tujuan disini!" sentakku padanya. Mas Prabu gusar dengan
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 14.Aku tertawa lepas mendengar ocehannya. Akhirnya dia mendapatkan karmanya. Untuk apa dia suruh aku bekerja sama jika aku sendiri bisa membuat Mas Prabu menyesal mencampakkan ku dan anakku."Rasakan lah karma mu, kamu sudah dihasut iblis untuk merusak rumah tanggaku.""Kenapa hanya aku yang kau salahkan, suamimu juga merayuku dan dia agresif mendekatiku. Suamimu yang sudah dirasuki iblis!" kata nya membela diri. Aku tersenyum miring padanya."Kalian berdua sama. Sama-sama tunduk pada nafsu padahal kau kan tahu dia pria beristri. Mengapa kau mau saja mengganggunya.""Vania, Mas Prabu mengimingi akan menikahi ku dan dia sedang dalam masalah dengan pernikahannya. Katanya kamu istri yang gak becus melayani dirinya. Kamu kumal dan bodoh. Itu yang dia katakan." Aku melotot tajam
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 15."Vania, cepat buka brankas ini karena aku mau lihat apa yang ada didalam!" kata Mas Prabu sengit padaku, aku menolak membukanya karena memang tidak ada apapun di dalam. Aku memang sudah mengganti kode brankas kami setelah sebelumnya Mas Prabu yang menguasai. Dia pakai tanggal lahir Ibunya sebagai sandi Brankas dan tidak ada apapun didalamnya hanya surat hutangnya saja yang ada. Setelah kuambil alih akupun mengganti kodenya."Aku tidak mau, lagian tidak ada apapun didalam sana!" kataku menatap balik dirinya."Curang kamu, Vania. Mengapa semua harta ingin kau kuasai sendiri!" ucap Mas Prabu hendak melayangkan tangannya ke arah wajahku. Refleks aku mengelak namun sejurus kemudian aku kembali berdiri tegak menatapnya yang sudah memasang wajah garang."Tamp*r, tamp*r saja aku. Setelah ini mereka akan menjadi saksi k
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 16.Mas Prabu tak terima aku menjadi dosen di fakultas yang sama dengannya. Ah, aku tak peduli sama sekali. Prioritas ku memang ingin dia dipecat setidaknya dia mundur dari sini.Saat aku melangkah keluar dari kelas. Mataku membola melihat dia sudah ada di depanku."Vania, aku mau bicara padamu.""Maaf aku sibuk!" kataku berlalu dari hadapannya."Jangan sok Vania, aku datang juga ingin bicara baik-baik!" katanya memaksaku, beberapa mahasiswa melihat kami dan mengulas senyum. Ada juga yang menyapa Mas Prabu dan dibalas pria itu. Aku mencibir padanya, ternyata dia memang genit di kampus."Ya sudah bicarakan saja," kataku tersenyum sinis ke dia."Tak bisa kamu harus ikut denganku!" paksa nya padaku. Dia meman
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 17."Bu, Vania. Apa maksud Ibu. Jangan memberi informasi yang masih diragukan kebenarannya!" kata Pak Sitorus dengan wajah heran, mungkin dia berpikir aku melakukan pembohongan publik."Tidak, Pak. Saya sudah tidak bisa menyembunyikan lagi karena saya juga seorang istri yang hatinya disakiti," kataku dengan suara bergetar. Aku sudah tak sanggup menutupi kebohongan Mas Prabu. Setiap malam bayangan dia menyetubuhi Marsya bermain di kepalaku dan penghinaan nya yang menolakku sebagai istri sah sulit ku lupakan."Vania, aku harap kau tak keliru dengan keputusanmu," cicit Riga kepadaku, ya. Aku sudah berpikir, bila pun masuk penjara tak apa aku masuk penjara bersama Mas Prabu. Namun aku pastikan bahwa aku tak akan masuk penjara."Vania, diam kamu. Bukankah kamu sudah berjanji tidak akan mengungkapkan ini ke r
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 17."Vania, awas saja kamu kalau aku dikeluarkan dari kampus. Aku sudah semester 5 dan sebentar lagi akan tamat. Gak usah ikut campur, kamu sudah tandatangani hitam diatas putih dan bersiaplah akan kulaporkan kamu ke penjara!" kata Marsya dengan napas yang menderu. Dada nya naik turun mengeluarkan kata-kata yang tak pantas."Aku sama sekali gak takut, buat apa aku melindungi orang seperti kalian, kamu sudah jadi duri dalam rumah tanggaku.""Kamu akan menyesal Vania sudah bermain dengan aku. Dasar Binat*ng kamu!" makinya padaku, berani dia mengancam ku seakan aku yang merebut Mas Prabu darinya. Aku yang istri sah namun dia sudah berlagak seakan dia yang tersakiti."Oh, kamu berani maki aku, seharusnya kamu sadar diri. Kalau aku yang
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 19.Perjalanan dari sini ke rumah orang tua Marsya memakan waktu dua jam. Lewat biodata nya kami mendapatkan alamat lengkap Marsya. Walaupun Marsya hanya di skorsing namun aku perlu tahu kebenaran cerita selanjutnya, apakah Marsya sudah menikah secara sirri atau belum serta tahukah orangtuanya bila Marsya menjadi pelakor selama di kota.Aku ragu antara ya atau tidak membawa Fauzan ikut serta karena dia masih bayi yang berumur enam bulan. Lebih baik tidak kubawa saja dan aku akan minta tolong Mbak Farah buat lihat-lihat anakku karena sudah ada Asih sang Baby sitter yang mengurusnya. biasanya Mbak Farah hanya lihat-lihat saja.Aku sedang sibuk di toko. Hari ini tidak ada Jadwal kuliah dan mengajar juga cuma sebentar. Aku memilih ke toko dan menyibukkan diri. Rencananya besok kami kerumah orang tua Marsya. Saat weekend adalah waktu yang tepat unt
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 20."Vania kami juga mau ikut!""Nggak bisa, ibu ngerepotin aja. Buat apa ikut segala," kataku dengan wajah datar."Ini menyangkut anakku. Aku mau tahu, apa benar dia sudah kawin lagi dan selingkuhannya hamil di luar nikah," ucapnya, aku memberikan senyum tipis kearahnya."Berarti Ibu mengakui kalau Mas Prabu punya selingkuhan. Begitu!" lanjutku, wajahnya langsung kesal."Ini semua gara-gara kamu. Alam bawah sadar ku tiba-tiba saja mengatakan hal itu karena terpengaruh berbagai ucapan mu," katanya membela diri."Oh, kalau Ibu tidak mengakui, ngapain Ibu ikut. Nyusahin aja, kalau pingsan dijalan gimana. Apa si Sila sanggup mengurus Ibu.""Ih, jangan sampai pingsan dong, Bu. Repot nanti. Kita gak usah ikut a