Share

Chapter 1.1

 "Arin,pipimu bengkak!"

 "Ah...Benarkah?"

Dengan cepat aku segera menutupi beberapa luka lebam dengan telapak tanganku.

Aku tak menyangka bahwa luka yang aku dapatkan semalam benar-benar fatal ,tak hanya pukulan dan tamparan yang aku terima namun tendangan keras dari kakinya membuat rahang kananku sedikit bergeser hingga menimbulkan warna keunguan.

'Fuh..Beruntung ayah datang menolongku'

Kalau saja pria berjas hitam tak cepat menghentikan pertikaian kami ,mungkin saja dia akan melihat tubuh putrinya terbaring kaku didalam dipeti mati. 

"Ahh...Bukan apa-apa,,hanya gigitan serangga!"(sambil menyilangkan jari)

Dengan bodohnya aku mengkambing hitamkan hewan yang tak berdosa hanya untuk mengecoh remaja ini.

'Bodoh Arin' gumamku.Bagaimana mungkin seekor nyamuk mampu memberikan luka besar diseluruh tubuhku kalau saja ada mungkin hewan-hewan ini telah bermutasi ribuan tahun dengan sempurna(misalnya : Giant Mosquito)

"Dasar..!!!"

Nama :

        Arin El Luis adalah sebuah nama singkat dan unik yang sampai saat ini aku gunakan dan terpampang jelas di akta kelahiran.

          Arin yang dalam bahasa Inggris berarti Perak (Arien) El = Sinar Matahari dan Luis sebuah nama Marga dari keluarga ayah.

Sepertinya tak ada yang istimewa dari namaku ini hanya saja saat aku masih berada didalam kandungan seorang pria dewasa berkulit putih dengan memakai jubah merah memberikan nama itu khusus untukku dan entah mengapa ibu langsung menyetujui perintahnya .

Fisik:

    Postur tubuhku tak beda jauh dari siswi lainnya dan bisa dibilang cukup pendek yaitu(1.58m), memiliki dua pigmen rambut (bagian depan berwarna merah cerah dan bagian belakang hitam legam) serta memiliki bola mata berwarna merah. 

 Jujur aku tak mengerti mengapa kondisi tubuhku sedikit berbeda dengan yang lainnya padahal saat aku masih anak-anak (seingatku), aku memiliki warna rambut dan mata persis seperti ibu yaitu hitam pekat. 

"Arin..?!" panggilnya dengan cukup keras. 

"Ahhh..Sudahlah, jangan terlalu mengkhawatirkanku...Aku baik-baik saja."

"Kau yakin? "

'Jujur sikap perhatiannya itu membuatku sedikit kesal.'

 Arinpun memberikan senyum hangatnya dan segera melanjutkan perjalanan ke sekolah dengan meninggalkan siswa laki-laki yang terus saja mengikutinya.

***

     Arza El Luis adalah remaja berusia 15 tahun yang sejak kecil hingga sekarang terus saja mengikutiku kemanapun aku pergi. Memiliki postur tubuh yang cukup tinggi sekitar 1,70m dengan rambut pirang lurus, berkulit putih seperti orang barat dan memiliki bentuk wajah simetris(sempurna) dengab senyum yang sangat menawan bahkan tak jarang membuat pria mana pun iri kepadanya.

Terlebih gadis yang jatuh hati dan tergila-gila kepadanya seringkali meninggalkan surat cinta hanya untuk diberikan kepada adikku tersayang. Sungguh Arza adalah manusia paling keren dan sempurna yang sudah diciptakan MAMA.

Arza adalah Saudara kembarku atau bisa dikatakan adikku karena ayah dan ibu pernah mengatakan jika aku terlahir lebih awal sekitar 30 menit sebelum kelahiran Arza.

Memang kami berdua bersaudara tapi jika dilihat secara detail  'Sungguh tak ada kemiripan diantara kami berdua baik itu fisik ,karakter ataupun kemampuan.'

   Arza yang memiliki sifat ramah, lemah lembut dan penyayang memberikan nilai plus pada kehidupan yang saat ini ia jalani, namun sifat cabul yang sering ditujukan (hanya kepada Arin) berdampak buruk pada hidupku, terkadang tindakannya yang sering melewati batas membuatku harus memberikan jarak atau garis batas antara kehidupanku dengan kehidupan Arza.

Ini sangat memalukan tapi begitulah adanya.

     Sosok Arza sangatlah penting bagi SMA JTI 2.Anak dengan sumber kebahagiaan dan keberuntungan bagi sekolah kami. Prestasinya yang terus melambung tinggi, serta kepribadian yang baik ,hingga kepatuhannya terhadap segala peraturan membuat semua orang baik guru maupun staf jatuh hati kepadanya termasuk ibu kami sendiri .

Tidak heran bila kami berdua diperlakukan tidak adil olehnya. Aku yang bodoh dan malas (sering tidur di kelas) tidak akan mampu menandingi ataupun melampaui kecerdasan seorang Arza El Luis.

***

Didalam gedung kelas

Pukul 06.40.

"Arza, semalam kau benar-benar mengunci pintu kamar kita kan?"

 Sebenarnya aku menaruh kecurigaan bahkan keanehan dengan Arza. Pasalnya saat tengah malam tiba kami yang masih tertidur lelap wanita itu dengan gampangnya memasuki kamar kami dan bahkan mengajakku keluar dari kamar  agar tak membangunkan anak kesayangannya. Sebelumnya dia sengaja membekapku dengan bantal atau bahkan langsung mencekik leherku hanya untuk membangunkanku.

Sangatlah bodoh bila Arza tak mendengar atau bereaksi apapun bila ada sedikit gerakan dikamar tidurnya yang sangat empuk.

"Sepertinya aku menguncinya dan memeriksa berulang kali Rin, ada apa?"

"Oh,tidak lupakan saja! "

Ada alasan mengapa aku tak tidur terpisah dengan Arza meskipun aku tahu jika dia adalah anak yang cukup mesum saat berada didekatku . Dan aku sudah berjanji kepada diriku sendiri untuk tak memberitahukan kejadian ini kepada ayah atas sifat cabulnya..Bukan,bukan karena aku suka perilakunya namun ada alasan lain yang tak bisa aku ungkapkan .

    Aku takut jika kami tidur terpisah dan tak ada orang didekatku bisa dipastikan jika nyawaku sudah berada digenggamannya ,bahkan dalam hitungan menit nyawaku bisa saja terpisah dari raganya apabila wanita itu  merasa bosan dengan anak perempuannya.

Ayahku Miko El Luis seorang kepala keluarga sekaligus pahlawan yang tak kenal lelah dalam mengurusi masalah keluarga kecilnya. Ayah adalah orang yang cukup baik dan penyabar dengan  kondisi istrinya. Ia sangat yakin jika suatu hari nanti Mira El Luis akan dapat pulih kembali seperti sedia kala. 

  Mr. Miko  selalu saja membantu atau bahkan memihakku ketika masalah besar terus menerus menerpa anaknya. Sungguh ayah sangat  sempurna bahkan luar biasa, aku bersyukur memiliki Hero seperti beliau. Namun akhir-akhir ini perusahaan yang  ia geluti membuatnya harus bekerja keras. Ayah sering mengorbankan waktu luangnya hanya untuk mendapatkan gaji lebih(untuk digunakan istrinya berobat) hal itulah yang menyebabkan dia sering tidak terlihat saat dirumah.

  "Pakailah. "

  Sesaat aku tengah membayangkan kebaikan ayah, Arza memberikan jaket dan topi biru kearahku. Dia mungkin tahu bahwa kakak perempuannya telah banyak mengalami kesulitan ,tetapi dia sadar bahwa jika ia tak  bisa berbuat banyak selain hanya berdiam diri dan tak mencoba untuk ikut campur.

"Hmmbt..Terima kasih. "

   Ku akui Arza memang sangat perhatian dan penyayang namun terkadang kasih sayangnya itu membuatku sedikit tidak nyaman bahkan cukup aneh dimataku. Bagaimana tidak, matanya yang tajam dan perilaku cabulnya sering diperlihatkan secara khusus kepada diriku ini. Arin tidak mengerti cara berpikir saudara laki-lakinya ini. Disatu sisi Arza adalah anak yang cukup baik dan ramah, namun di sisi lain Arza memiliki imajinasi di luar nalar bahkan obsesinya semakin  luas jika dia berada di dekatku.

'Sial, kenapa keluargaku seperti ini.'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status