15"Tahu aturannya, kan, nah satu menit lagi kita mulai ..." Ujar Tristan yang disambut acungan jempol oleh kedua peserta balap mobil di depannya Tristan menoleh pada temannya yang mengawal garis Star. Pemuda itu mengangguk yang pertanda siap untuk mengawal balapan, "Siap, " ujarnya.Tristan mengacungkan jempolnya. Lalu Tristan menoleh pada pemuda yang bertugas berjaga di garis finish."Nggak ada masalah, kan?" Serunya."Ready .." pemuda di garis finish mengacungkan jempolnya"Oke," angguk Tristan. Kini ia fokus pada dua pembalap di depannya."Ready, ya ...;" Serunya mengeraskan suaranya Ustadz Sofyan dan Rico secara bersamaan mengangguk dengan acungan jempol nya.Tristan mengangguk. Lalu melangkah kearah kanan. Berdiri di pinggir sebelah kanan di depan garis Star.Ustadz Sofyan dan Rico yang sudah bersiap di belakang stir mobilnya, memperhatikan bendera kecil di tangan Tristan.Saat tangan Tristan yang memegang bendera mulai terangkat, mereka pun mulai bersiap menjalankan mobil
Anisa duduk berhadapan dengan Tony di cafe milik pemuda itu. Jika hari ini tak dipenuhi janjinya, ia khawatir pemuda itu terus menerus menunggunya setiap sore di pinggir jalan. Itu tak baik, pikirnya.Sudah kepalang janji. Dan tak mau diburu Tony lagi di pinggir jalan, makanya Anisa sepulang mengantar catering ke rumah Jatmiko, segera menyanggupi permintaan Tony, yang sudah menunggu di tepi jalan. Adapun dengan Tony bagai mendapati rejeki besar saat mengiringi motor Anisa dengan mobilnya menuju cafe miliknya.Saat Anisa membuka maskernya di dalam Cafe, seketika tatapan penuh kagum terpancar dari mata Tony.Anisa menunduk menghindari tatap pemuda di hadapannya."MasyaAllah cantik nian dirimu ..." Tapi hanya diucapkan di dalam hati saja."Dik Soleha ...""Namaku Anisa," potong Anisa. Sebenarnya ia ingin membiarkan pemuda itu tak tahu namanya. Tapi nama adalah pemberian orang tuanya. Bahkan dulu diucapkan dengan doa memohon keselamatan pada Sang Pencipta."Oh maaf Dik Soleha eh Dik
Karin mengejar Tony ke dalam cafe."Tony,"Tony membalikkan badan dan kini berhadapan dengan Karin."Sikapmu kekanak kanakan, nggak semestinya kamu obral mesra di depan Anisa," protes Tony tak suka dengan gaya mantan kekasihnya itu, ia khawatir Anisa curiga jika dirinya dan Karin punya hubungan."Kamu naksir cewek berhijab tadi, kan?!" Nada suara Karin cemburu.Tony tak menjawab. Tapi tampak kesal."Jawab, Ton?!" Karin merengek menarik tangan Tony fengan wajah agak memelas karena khawatir mantan kekasih yang masih diinginkannya itu sudah berpaling pada gadis lain."Kamu nggak perlu tahu urusan pribadiku, Rin, kita sekarang ini sebatas kawan saja," ujar Tony, mau tak mau memang harus menjelaskan supaya Karin yang sudah beberapa kali ingin balikan itu tahu, jika ia yak lagi berharap kembali pada gadis yang memiliki prilaku gaya hidup yang tak disukainya dulu.Karin cemberut. Sepasang mata indahnya langsung merebak air."Tony aku kan sudah berubah. Sydah menjauhi dunia malam, sudah nggak
Anisa terburu buru keluar dari parkiran kampusnya. Hari ini ibunya harus menyelesaikan order yang diberikan Sisil. Paling tidak tenaganya bisa disumbangkan, bukan hanya sebagai kurir pengantar catering ke rumah Sisil saja, namun juga untuk membantu kesibukan pekerjaan ibunya."Nis, kok buru buru amat?" Yanti menjejeri langkah Anisa yang tergesah."Maklum anak kang catering lagi dapat order dadakan," ujar Anisa tak berusaha untuk mengurangi laju langkahnya, sehingga teman satu tingkatannya itu terpaksa membiarkan tertinggal langkahnya."Oke deh semoga lancar, ya ..." Yanti sedikit berteriak."Makasih, Yan, sampai besok, ya," melambai Anisa dengan senyum manisnya.Sambil membantu ibunya memasukkan makanan ke dalam box, seakan suara Sisil yang begitu ingin mendapatkan cinta Ustadz Sofyan terngiang di telinganya."Tapi kalau dia punya calon nggak ada salahnya dong aku mencoba dekat, kan belum ada janur melengkung, lagipula kita kan nggak tahu jodoh kita itu siapa. Ya namanya juga usaha."
Sebagai rasa terima kasih karena Ustadz Sofyan sudah berhasil menaklukkan Rico di lapangan balap, Jatmiko lewat hape mengundang makan malam bersama di rumahnya. "Saya malam ini mengundang Anda untuk makan malam bersama, sekaligus berkenalan semakin mempererat hubungan Ustadz dengan Rico," ujar Jatmiko penih harap."InsyaAllah saya hadir Pak Jatmiko," kebetulan kosong acara, jadi undangan makan malam dadakan itu diterima oleh Ustadz Sofyan.. "Alhamdulillah..." Jatmiko senang undangannya tak tertolak.Tapi sayangnya saat Ustadz Sofyan datang Rico sedang tak di rumah."Ya begitulah Ustadz anak saya tak mengenal waktu kalau kelayapan, semoga saja ada perubahan," keluh Jatmiko."Memang harus sabar menghadalinya, Jatmiko, kelihatannya Rico masih bisa kita arahkan, InsyaAllah saja," ujar Ustadz Sofyan tersenyum."Anak itu selalu saja lengket seperti perangko dan amplop dengan Melinda," jelas terlihat rsut miks Jatmiko tak suka saat menyebut nama gadis itu.Ustadz Sofyan sudah tahu yang nam
Jatmiko menganggukkan kepala, "Tidak permanen...".. "Betul Pak Jatmiko, " ujar Ustadz Sofyan, "Nah sebuah Mesjid adalah bangunan yang secara hukum milik umum dan siapa pun boleh masuk untuk ibadah asal bersih dari najis, sebuah mesjid tidak bisa dijual karena memang milik umum untuk sholat. Makanya jika sholat berjamaah di Mesjid maka pahalanya.ditingkatkan oleh Allah Subhanahu Wataalah, dan seperti saya katakan tadi bahwa, sholat berjamaah di Mesjd derajatnya lebih tinggi 25 sampai 27 derajat, dan Malaikat pun ikut mengamini...""Aamiin..." Jatmiko tampak sangat menikmati tausia singkat dari ustadz muda itu.Ustadz Sofyan mengahiri pencerahannya."Semoga apa yang kita ketahui, walau hanya sedikit saja bisa membawa kita dalam kebaikan, dan untuk meraih pahalanya Allah Subhanahu Wataalah...""Aamiin..." semua menyambut dengan antusias."Sudah lima belas menit, lewat lima menit dari waktu yang diberikan pada saya, mohon maaf, mari kita tutup dengan membaca Basmalah..."Semua menadakan y
Saat sedang berbelanja di sebuah super market Nuraini yang ditemani Anisa melihat Laksmi teman lamamya. "Nisa, kamu pilih yang mau dibeli, ibu mau ke sana sebentar, " tangan Nuraini menunjuk ke sosok perempuan berhijab sama dengan dirinya yang sedang memilih produk dari merk kopi tertentu. "Ya, Bu, biar Nisa pilih keperluan yang lain..." sahut Anisa tak keberatan ibunya menghampiri kenalannya. "Ya sudah Ibu ke sana dulu..."pamit Nuraini meninggalkan putrinya menuju ke tempat perempuan yang ditunjuknya tadi. Perempuan yang didekati Nursini dari belakang, tak menyadari kalau ada yang menunggunya. Ia masih memilih beberapa cemilan dan dimasukkan ke keranjang yang ditenteng tangan kirinya. Saat berbalik perempuan yang tak lain Laksmi mamanya Tony itu terkejut. "Mbakyu Laksmi, toh?" Nuraini tersenyum lebar, bahagia ternyata tak salah perkiraannya. "Oh ...Jeng Nur..." seru Laksmi tak kalah bahagianya dari Nuraini Kedua perempuan sebaya dan teman lama itu saling menggenggam tangan er
Sampai di rumah Tony terkejut kedatangan Karin semakin bingung karena mamanya ada di sampingnya. "Hai Karin..." sambut Tony pada mantan kekasihnya. "Hai Tony, selamat sore, ""Sore, silahkan masuk, "Begitu melihat ada Laksmi segera saja Karin menghampiri , "Tante apa kabar...?" Karin segera menulurkan tangannya pada Laksmi, dan bukan bersalaman, namun mencium punggung tangan mama dari pemuda yang masih sicintainya, dan berusaha untuk bisa bersambung lagi cintanya dengan Tony.Tentu saja Tony dan Laksmi heran atas sikap santun karin yang berubah total."Baik, " sahut Laksmi yang dulu tak menyukai gadis yang terlihat bebas. Walau kini gadis itu masih tak berhijap, tapi pakaian yang dikenakannya sopan, tak seperti dulu terbuka, atau yang mempertontonkan lekuk tubuhnya karena pakaian yang dikenakan ketat."Silahkan duduk Karin, " suaraTony memecah sunyi mempersilahkan Karin masuk ke dalam.Karin duduk di sofa, dan sosoknya serta gerak geriknya sangat teratur, menandakan kini dirinya g