Share

Bab. 4 Dituduh Menjual Makanan Tumpah

 Jadmiko dan Kyai Haji Imran serta Ustadz Sofyan duduk bersama. Mereka sedang membahas Rico anak tunggal Jadmiko.

           "Kyai ini sudah mendapat berkahnya Allah. Anak sudah jadi Ustadz, paling tidak amanlah untuk urusan ibadah. "

            "Alhamdulillah, itu yang aku mohon siang dan malam,

Rico menoleh pada Anisa yang sedang berjongkok membersihkan tempat yang terkena tumpahan makanan cateringnya.

"Ngapain berhenti, Ric?" Melinda yang duduk di samping Rico menatap menatap pemuda itu.

Tanpa menjawab Rico memundurkan mobilnya, hingga kini berada tak jauh dari Anisa yang memilih box makanan untuk dimasukkan ke tempat susunannya semula.

Rico bergegas turun dari mobil diikuti Melinda.

"Makanannya berantakan, ya, sori, ya ..."

"Udah Ric kasih ajah duit ganti beres, keburu Tony bisa ngejar kita, lho ..." ujar Melinda dengan suara cemas, tapi gadis itu sama sekali tak punya rasa kasihan pada Anisa.

Anisa tak bersuara menenteng rantang box makanannya.

Rico merogoh kantong celananya untuk mengambil uang.

"Rico buruan itu Tony di seberang ..."

Rico terkejut saat menoleh ke seberang jalan sedan Tony tengah terhalang traffick Light.

"Sial!!" Gerutunya langsung melemparkan lembaran uang ratusan ribu pada Anisa, "Untuk ganti makananmu yang jatuh dan betuli tebeng motormu ..."

Anisa tertegun melihat kelakuan Rico. Sedangkan pemuda tampan dua puluh satu tahun itu, tak perduli diikuti Melinda lari ke mobilnya.

Mobil Rico sudah tancap gas. Anisa memungut uang yang dilempar Rico.

Anisa menarik motornya yang roboh. Saat itu sebuah sedan berhenti .

Pengemudi mobil yang tak lain Tony mendekat pada Anisa, "Hei kamu temannya Rico, kan?!"

Anisa menatap Tony yang bersikap kurang sopan. Bertolak pinggang dan bersuara kasar.

"Assalamu'alaikum ... maaf saya tidak kenal yang namanya Rico.

"Ah kamu gimana, sih, barusan kalian bercakap cakap ...!!" Hardik Tony.

"Barulah Anisa mengerti yang ditanyakan adalah pemuda yang hampir menabrak.

"Aku nggak kenal Rico ..."

"Heh percuma ngelindungi pengecut kayak dia. Buat apa?!!" Tony tampak marah.

Anisa terkejut, "Mas salah sasaran kalau marah padaku, karena cowok itu menyerempet motorku  dan cateringku jadi rusak ..."

Tony menatap tangan Anisa yang menenteng susunan box yang sebagian kotor oleh bumbu lauk.

"Huh sial lagi ..." lalu menatap Anisa,  tak mau buang waktu, segera meninggalkan Anisa untuk mengejar Rico.

Anisa hanya geleng kepala memandang Tony yang bergegas ke mobilnya. Lalu pemuda yang sepantaran dengan Rico itu tancap gas meninggalkan Anisa yang sibuk dengan urusan motornya.

Dua pengendara motor lainnya berhenti dan mendekat. "Perlu bantuan, Dik?" Seru lelaki berhelm itu perduli pada sesama pengendara motor rupanya.

"Nggak usah, Mas nggak apa apa, kok ," balas Anisa tersenyum dari balik maskernya.

Pengendara satunya seorang perempuan. Ia mendekat pada Anisa.

"Waduh makanannya tumpah, keterlaluan mereka kebut kebutan di jalan. Dasar anak orang kaya tak tahu diri." Dumelnya, "Ada yang luka, Dik?" Lanjutnya menatap Anisa.

Anisa hanya geleng kepala memandang Tony yang bergegas ke mobilnya. Lalu pemuda yang sepantaran dengan Rico itu tancap gas meninggalkan Anisa yang sibuk dengan urusan motornya.

Dua pengendara motor lainnya berhenti dan mendekat. "Perlu bantuan, Dik?" Seru lelaki berhelm itu perduli pada sesama pengendara motor rupanya.

"Nggak usah, Mas nggak apa apa, kok ," balas Anisa tersenyum dari balik maskernya.

Pengendara satunya seorang perempuan. Ia mendekat pada Anisa.

"Waduh makanannya tumpah, keterlaluan mereka kebut kebutan di jalan. Dasar anak orang kaya tak tahu diri." Dumelnya, "Ada yang luka, Dik?" Lanjutnya menatap Anisa.

"Alhamdulillah tidak ada, Mbak, terima kasih atas perhatiannya." Anisa tersenyum.

"Ya mereka tak memikirkan keselamatan orang lain!" Geram lelaki yang berhelm menuju motornya.

"Silahkan dilanjut Mas dan Mbak perjalanannya, saya sedang menunggu ojek online yang mengantarkan catering baru. Teriima kasih atas perhatiannya ..."

"Ya sudah Dik aku tinggal ya,"pamit perempuan itu pada Anisa.

"Silahkan, Mbak " angguk Anisa.

                             *

           Rico yang didampingi  Melinda itu terus ngebut supaya terhindar dari Tony.

          "Mendingan juga kamu damai deh dengan Tony daripada dikejar kejar gini, " usul Melinda yang merasa lelah melihat Rico yang selalu dikejar Tony dan anak buahnya.

         "Harga diri. Kalau kamu mau turun yang udah aku turunkan di depan!" Rico tak suka diatur Melinda. 

*

Rico yang didampingi Melinda  terus ngebut supaya terhindar dari kejaran  Tony.

"Mendingan juga kamu damai deh dengan Tony daripada dikejar kejar gini," usul Melinda yang merasa lelah melihat Rico yang selalu dikejar Tony dan anak buahnya.

"Harga diri. Kalau kamu mau turun yang udah aku turunkan di depan!" Rico tak suka diatur Melinda.

 Baginya Tony sudah bertindak seenaknya. Jalan buntu milik sebuah perumahan yang terbengkalai itu dikuasainya untuk dijadikan balapan. Saat Rico mempergunakan tempat itu kedua anak buahnya melarang. Tentu saja Rico marah, hingga terjadi perkelahian dan salah satu anak buah Tony terluka. Maka Tony yang datang kemudian berhadapan dengan Rico. Tak terima salah satu anak buahnya terluka ia langsung menyerang Rico. Maka Rico pun kabur dengan mobilnya. Sejak saat itu Tony mencari Rico.

          "Oke deh terserah kamu aku nurut ajah ..." Melinda takut kehilangan Rico.

          Sedangkan Tony yang kehilangan jejak Rico jadi kesal. Pemuda dua puluh tiga tahun  yang tak kalah tampan dari Rico itu menghentikan mobilnya. Teringat pada Anisa yang tadi dibentak.

           "Gadis tadi boleh juga. Dibentak tapi nggak marah. Nyesel marahi dia ..." segera Tony memutar mobilnya dan kembali ke tempat dimana tadi Anisa berada.

         Tony ingin minta maaf pada gadis yang menarik perhatiannya itu?

        Tapi saat sudah di tempat Anisa tadi, ternyata gadis itu sudah tak ada.

         "Ah terlambat ...!" Tony menghela napas panjang. Memandang sekitar jalan itu. Berharap menemukan sosok Anisa gadis itu.

  Tiba tiba pandangannya tertuju pada saputangan warna pink muda. Segera diambilnya saputangan yang terlipat rapi   "Wangi, " sesaat Tony membawa ke hidungnya, "Pasti punya gadis yang tadi Tony mengantongi saputangan itu.

           "Siapa tahu besok dia lewat lagi di sini, " ada penyesalan yang dalam karena tadi menegur dengan nada kasar "Gadis Sholehah walau aku kasar tapi dia masih berbicara santun padaku .." dan Tony sudah bulat niatnya besok mau nunggu Anisa untuk minta maaf atas kekasarannya, sekaligus mau mengembalikan saputangannya.

         "Yes ..." tiba tiba saja ada harapan di dalam dadanya untuk bertemu gadis Sholehahnya.

Bagaimana perseteruan Rico dan Tony 

dan nasib Anisa dengan Ustadz Sofyan?

Ikuti lanjutannya, ya

       

 " ujar Kyai Haji Imran yang sejak muda sudah bersahabat dengan Jadmiko, bahkan Jadmiko secara rutin membantu biaya anak anak di pondokan miliknya.

         "Beda dengan aku Kyai, si Rico itu keterlaluan. Sejak aku pisah dengan ibunya dia jadi tak karuan. Dulu waktu di es em u, aku sering dipanggil. Anak itu sering bolos. Untung otaknya cerdas dia bisa lulus. Eh kuliah pun begitu angot angotan. Balap liar, keluyuran setiap hari pulang jauh malam." 

         "Masalah anakmu itu  cobaan, dan tanggung jawab kita orang tua untuk meluruskan jalan hidupnya. Kalau kita tak segera menjauhkan  dari buruk, bukan saja  bisa menyusahkannya di dunia, tapi juga tak ada bekal untuk akheratnya, "

         "Itu dia Pak Kyai yang aku takutkan Rico terjerumus. " keluh Jadmiko   "Aku turut andil perihal kelakuannya. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaan. Sering keluar kota, bahkan keluar negeri. Dan salahku juga tak mendidik Rico dengan disiplin  agama yang bagus..."

          "Tak ada kata terlambat untuk belajar lebih tekun lagi " ujar Kyai Haji Imran, "Berapa umur Rico sekarang, sudah lama aku tak melihatnya, "

         "Dua puluh satu tahun ..."

         "Sudah pemuda, dulu waktu masih sering ikut ke sini masih usia belasan ..."

         "Masih sekolah di es em pe, dan mamanya masih ngumpul, "

         "Sudah lama juga pisahnya  ya?" 

         "Sudah enam tahunan  aku cerai dengan Vita mamanya Rico ..." muram raut muka Jadmiko.

         "Ya namanya tidak berjodoh. Serahkan saja pada Allah ..."

         " Ya aku minta tolong pada Ustadz muda kita ini untuk menyadarkan Rico. Untuk memberikan bimbingan agama pada anak itu..." Jadmiko menatap Ustadz Sofyan.

         "Siap, Pak Jadmiko InsyaAllah ..." angguk Ustadz Sofyan. "Sama sama belajar, "

        ."Mudah mudahan saja hatinya dibukakan oleh Allah ...." ujar Kyai Haji Imran.

         "Aamiin Kyai ... Aamiin ..." legah hati Jadmiko. Ustadz Sofyan akan mendampingi Rico untuk memperdalam belajar ilmu agama.

         "Saya juga masih belajar Pak Jadmiko, " merendah Ustadz Sofyan.

         Jadmiko tersenyum akan kerendahan hati Ustadz Sofyan.

         "Muda mudahan saja Dik Rico dan saya bisa saling tukar pengalaman," 

         ."Atur sajalah Ustadz ..." tertawa Jadmiko.

          "Sama sama anak mudanya bisa klop nanti, " sambung Kyai Haji Imran tertawa.

          Jadmiko meninggalkan kediaman Kyai Haji Imram yang bersebelahan dengan  dengan Majelis dan Pondokannya itu, dengan penuh harapan Rico bisa berubah. 

      Ada rasa tenang di hati pengusaha sukses ini. Riconya akan kembali seperti dulu. Sebagai remaja yang memiliki tanggung jawab pada dirinya dan masa depannya.

                            *

          Anisa sudah sampai di rumah Jadmiko dan di terima oleh asisten rumah tangga keluarga itu.

         "Assalamu'alaikum, Bik, "

         "Wa'alaikum salam, Non, " segera si asisten rumah tangga yang sudah sepuluh tahun ikut keluarga Jadmiko itu menerima box susun dari Anisa.

         "Semoga cocok masakan dari catering kami, Bik "

          "Pasti cocok, Non, kata  karyawannya Tuan Cateringnya Ibu Nurani rasanya sedap, "

          Anisa tersenyum, "Oh ya, Bik, di Catering kami untuk pelangggan baru hanya dikenakan lima puluh persen dari harga yang sudah tertulis. Itu berlaku untuk tiga kali anteran. Nah kalau sudah cocok baru deh harga resmi berlaku, " dengan sikap ramah Anisa menerangkan.

         "Wah hebat kalau gitu .."

         Masuk mobil Rico dan bergegas Usron  keluar menyambut tuan mudanya.

         "Sron, nih, cuci ke depan, "  dilemparnya kunci mobilnya pada Usron. Yang dimaksud ke depan adalah ke tempat cuci mobil yang merangkap bengkel plus asessoris mobil yang cukup besar, yang tak lain milik Jadmiko.

        "Ya, Den,"

        "Oke,"

        "Den, "

        Rico menoleh tak sabar, "Apalagi?!"

         "Tadi Tuan telepon katanya Den Rico disuruh nunggu, "

        Tanpa bersuara Rico langsung menuju ke teras rumahnya. 

          "Aku permisi, Bik. Assalamu'alaikum ..."

          "Wa'alaikum salam .."    

           Anisa yang sudah berbalik akan melangkah terkejut melihat Rico. Begitu pun dengan Rico.  Mereka sama sama terkejut.

            "Kamu yang tadi makanannya jatuh, kan?"

          "Ya, " angguk Anisa dan langsung mengeluarkan uang pemberian Rico, "Ini Mas uangnya aku kembalikan ..." diulurkannya pads Rico.

       .."Oh nggak usah itu buat ganti tebeng motor kamu yang rusak, terus ganti makanan yang tumpah tadi, "

        "Tapi ini kebanyakan, Mas, " Anisa merasa tak nyaman menerima ganti rugi yang berlebihan.

         "Ah udah nggak apa,  itu bentuk tanggung jawabku, tuh rokmu robek, kalau lebih belikan saja baju baru  oke?"

         Anisa pun tak memaksa lagi. "Terima kasih,  Mas, "

         "Aku juga minta maaf karena sudah membuatmu jatuh, " tiba tiba Rico teringat sesuatu.

         "Permisi, Mas ..."

         "Tunggu dulu ..." seru Rico.

         "Ada apa ya, Mas?"  Anisa yang  sudah siap melangkah, terpaksa menunggu.

         "Kamu tukang Catering Papaku yang baru, ya?" 

          "Ya, Mas, "

          "Berarti tadi yang tumpah itu catering mau diantar ke sini, dan sekarang kamu sudah mengantarkannya?" Rico menatap Anisa dengan tatap curiga.

         "Ya, Mas, " angguk Anisa.

         Tiba tiba Rico berteriak ke dalam rumahnya, "Bibik  bawa kembali cateringnya !!"

        Anisa terkejut tak mengerti dengan tindakan Rico.

         Bibik tergopoh datang membawa satu rantang berisi box catering yang dibawa Anisa tadi.

          "Ini, Den, "

          Rico mengambil kasar rantang dari tangan bibik.

         Tentu saja bibik terkejut dengan tindakan majikan mudanya itu. 

         Tak terkecuali Anisa merasa heran dengan tindakan pemuda itu.

          Rico.berbalik menatap Anisa dengan tatap marah?

          ,"Heh Kang Catering jangan main curang, ya, makanan yang tumpah kan udah aku ganti, masa kamu ngasih kami cateringan yang tadi sudah berceceran.  Memangnya kamu anggap apa kami di sini, hah, dikasih makanan yang sudah jatuh?!!" Hardik Rico dengan raut muka menunjukkan  garangmya pada Anisa.

        Anisa terkejut."Ini baru, Mas, sungguh ..." 

         "Manamungkin!!" Rico meletakkan rantang susun itu di meja dengan kasar.

           Mobil Jadmiko memasuki halaman,. Melihat ribut ribut segera mendekat pada Rico dan Anisa.

         "Ada apa ini, kok jadi pada bertengkar...?"

         "Ini kang Catering curang dan jorok masak makanan udah tumpah masih diantarkan untuk kita.!!" Tunjuk Rico pada susunan rantang berisi box catering mereka, "Aku melihatnya sendiri tadi waktu motornya jatuh semua box itu terjatuh ke atas rumput. Masak masih diantar untuk kita makan?!" Segera Rico masuk ke dalam rumahnya.

         Jadmiko menatap Anisa yang muram dan hampir menangis.

          "Siapa namamu?"

          "Anisa Pak saya putrinya Ibu Nurani pemilik Catering, "

          "Anisa ..." sabar Jadmiko bersikap.

           "Ya, Pak ...."

           "Benar yang dikatakan Rico tadi?"

Lanjut ya

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status