Setelah akhirnya Samudra mengalah agar Airish berhenti menangis dengan mengizinkan wanita itu ikut dengannya, kini Airish dengan wajah cemberut dan juteknya itu terlihat keluar dari bangunan kayu tempat di mana Samudra tinggal."Ini sih bukannya tempat tinggal, tapi kandang ayam! Ya keles aku di suruh tidur di tengah-tengah cowok segitu banyak!" Keluh Airish ketus, melipat kedua tangan di dada dengan bibir mungilnya yang manyun. Melirik kembali ke arah dalam pemukiman kumuh itu seraya bergidik geli lalu berjalan menjauh."Lo mau kemana? Katanya mau 'Numpang Tidur'?" ucap Samudra dari arah belakang. Lelaki itu menyembunyikan rasa gelinya ketika melihat ekspresi kaget Airish sewaktu perempuan itu melihat kondisi tempat tinggal Samudra saat itu.Wajah Airish yang kaget tampak menggemaskan, meski masih tetap menyebalkan."Mending aku tidur di pinggir jalan, daripada aku harus tidur di situ! Nggak ada jaminan besok pagi aku bakal tetep utuhkan? Ih..." balas Airish setengah berteriak.Seben
"Sebenarnya, Nyonya Talia tidak membutuhkan obat-obatan ini lagi jika saja anda bisa mempertemukannya kembali dengan Samudra, Tuan Adi. Saya pikir, hanya itu satu-satunya cara paling ampuh untuk bisa membuat kondisi kesehatan Nyonya Talia pulih kembali."Lagi, Adipati menyeka sudut matanya yang basah.Ucapan Dokter pribadinya kemarin malam terus berputar dalam ingatan Adipati.Kondisi kesehatan Talia yang menurun drastis beberapa minggu ini cukup membuat Adipati tak bisa tidur nyenyak. Tak enak makan dan tak mampu fokus pada segala hal yang dia lakukan di luar.Betapa pun kejamnya seorang Adipati, cintanya terhadap Talia tak bisa dipungkiri lagi.Egonya yang terluka akibat kelakuan Samudra membuatnya menjadi sosok Ayah yang tak berprikemanusiaan.Hingga kini, penyesalanlah yang selalu datang belakangan.Datang di saat semua sudah menjadi kacau balau.Kelopak mata Talia yang terbuka membuyarkan lamunan Adipati kala itu. Melihat sang istri sudah terbangun dari tidur, Adipati yang saat i
Gara berjalan tergesa menuju IGD sebuah rumah sakit besar di pusat Jakarta, setelah dia mendapat kabar bahwa Adipati mengalami kecelakaan mobil pagi ini.Padahal, baru satu jam lalu, Gara mendapat telepon dari Adipati yang meminta Gara untuk mempertemukannya dengan Samudra.Dengan senang hati Gara jelas menyambut niat baik tersebut dan langsung menghubungi Samudra, meski Samudra tak merespon dengan baik ajakannya, namun Gara tetap berusaha mencari cara agar Adipati bisa bertemu dengan Samudra hari ini.Setelah Gara menemukan rencana bagus dan meminta Adipati untuk menemuinya di suatu tempat, Gara justru dikejutkan dengan kabar bahwa Adipati mengalami kecelakaan saat lelaki paruh baya itu sedang berada di perjalanan untuk menemui Gara.Saat itu, di lorong rumah sakit, Gara berpapasan dengan seorang lelaki paruh baya dengan tubuh tegapnya yang gagah.Dan Gara jelas mengenal siapa sosok itu.Dia, Sudirman Anggara.Sahabat dekat Adipati dahulu.Sebab, hubungan kedua lelaki itu merenggang
"A-ku menyesal Man. Karena sangat marah setelah mengetahui Samudra menikahi Aisha, aku sampai tega melakukan hal itu pada Aisha yang sedang mengandung cucuku, bahkan bisa-bisanya aku berpikir bahwa janin yang dikandung Aisha bukan anak Samudra. Aku benar-benar bodoh saat itu dan menjadi lebih bodoh ketika aku justru merasa begitu gengsi untuk meminta maaf pada anak dan menantuku. Mungkin, seandainya aku diberi kesempatan memilih, aku ingin menukar nyawaku dengan Aisha supaya Samudra bisa terlepas dari keterpurukannya. Dari apa yang telah diceritakan Gara, Samudra benar-benar telah berubah. Dia seperti tidak memiliki harapan hidup lagi. Aku telah kehilangan anakku. Aku telah menghancurkan hidup anakku sendiri. Dan aku tidak tahu lagi bagaimana caranya supaya Samudra bisa memaafkanku dan bisa kembali menjalani kehidupannya seperti dulu, kembali ke rumah... Aku sudah benar-benar putus asa, Man... Bahkan kini, aku sudah kehilangan senyum istriku, kasih sayang Talia... Semua orang membenci
"Maaf mengganggu, Tuan," ucap Abran dengan suaranya yang tersengal.Sudirman seketika berdiri. "Ada apa Abran?""Saya baru saja mendapat kabar bahwa... Tuan Adipati anfal..." Beritahu Abran yang seketika melirik ke arah Samudra yang masih terdiam dalam duduknya."Kalau begitu saya akan ke ICU sekarang, kamu tolong jaga Airish, kalau nanti Airish siuman, segera beritahu saya ya?" Ucap Sudirman yang jelas terkejut, terlebih lagi dia sangat khawatir, bahkan saking khawatir dia sampai melupakan Samudra saat itu.Baru beberapa langkah berjalan, seolah teringat sesuatu, langkah Sudirman terhenti, lelaki paruh baya itu berbalik dan mendapati Samudra yang masih bergeming di tempat yang sama.Masih menunduk tanpa sedikit pun pergerakan."Sam, kamu tidak ingin ikut dengan Om?" Tanya Sudirman saat itu.Samudra masih saja diam.Hingga akhirnya, Sudirman pun mengesah dan membiarkan saja Samudra terdiam di sana.Lelaki itu lekas melanjutkan langkahnya menuju ruang ICU tempat di mana Adipati sang sa
Diam layaknya sebuah benda tak bernyawa.Itulah hal yang masih terjadi pada Samudra hingga detik ini.Satu hal yang sudah biasa dia lakukan saat dirinya mendekam di dalam penjara dahulu.Duduk meringkuk di pojok ruangan sel tahanannya. Termenung. Diam. Menatap pada satu titik arah yang sama, selama berjam-jam.Dan itulah yang kini kembali Samudra lakukan di depan ruang rawat Airish sejak Sudirman pergi meninggalkannya tadi.Hingga sebuah suara lirih seseorang mengejutkannya.Perlahan, kepala Samudra yang sejak tadi tertunduk menatap lantai rumah sakit mendongak, mendapati wajah renta nan pucat seorang wanita yang terduduk di kursi roda, tepat di hadapannya."Sam... Sam anakku..." Sapa Talia mengulang ucapannya.Rasanya seperti mimpi ketika Sudirman baru saja memberitahunya bahwa kini Samudra ada di rumah sakit ini.Itulah sebabnya, Talia meminta Jingga, sang anak mengantarnya untuk menemui putra yang begitu dia rindukan."Ma..." Gumam Samudra lirih. Kelopak mata lelaki itu kembali ber
"Jika memang, Aisha benar wanita baik-baik, itu artinya, ada oknum tertentu yang sengaja menjelek-jelekkan nama Aisha di hadapan Adipati. Itulah sebabnya, Adipati jadi sangat membenci Aisha. Apa menurutmu, dugaanku ini benar, Sam?" Tanya Sudirman pada Samudra.Entah kenapa, keyakinan Sudirman mengenai kebenaran akan dugaannya tersebut terasa begitu kuat. Sudirman yakin ada sesuatu yang tidak beres tengah terjadi dengan sahabatnya itu, sejauh ini.Samudra menggeleng pelan. "Saya tidak pernah berpikir sampai ke situ, Om. Yang saya tahu, Papa tidak menyukai Aisha karena Aisha hanya wanita miskin. Itu saja," jawab Samudra apa adanya.Sudirman mengesah berat. Tak tahu lagi bagaimana caranya dia menjelaskan pada Samudra mengenai hal yang sebenarnya terjadi menimpa Aisha.Bahwa kematian Aisha, disebabkan karena ulah Ayah kandungnya sendiri.Rasa-rasanya, Sudirman tidak mungkin memberitahukan hal itu pada Samudra karena dia tak ingin membuat Samudra jadi lebih membenci Adipati. Itulah sebabny
Bau tanah basah terhirup penghidu. Bercampur dengan wewangian bunga warna-warni yang tersebar di atas gundukan tanah bernisan kayu tersebut.Sebuah nama tertulis di sana."Adipati Atlanta"Beliau telah berpulang ke rahmattullah setelah mengalami anfal hingga berakibat pada kegagalan jantung.Satu persatu pelayat yang mengantarnya ke peristirahatan terakhir telah beranjak pulang.Menyisakan beberapa orang saja yang merupakan keluarga inti."Ma, kita pulang sekarang? Mama kan harus kembali ke rumah sakit?" Ucap Jingga memecah keheningan di sana.Dan anggukan kepala Talia pun membuat Jingga akhirnya mengambil tindakan, memutar kursi roda Talia meninggalkan area pemakaman.Kepergian Talia dengan Jingga, disusul oleh Mutiara, juga Senja dan Alden.Dan kini, tinggallah Samudra, Sudirman dan Gara serta Abran, asisten pribadi Sudirman yang berdiri agak menjauh."Sepertinya, sebentar lagi hari akan hujan, Sam. Kita pulang sekarang. Ada sesuatu yang ingin Om bicarakan padamu bersama Airish di r