Share

4. TUMOR DALAM RAHIM

Semenjak tahu bahwa Aisha kini tengah mengandung, sikap Samudra semakin perhatian saja.

Apapun keinginan Aisha pasti akan dikabulkannya.

Bahkan Samudra meminta Aisha untuk tidak mengerjakan pekerjaan rumah karena Samudra yang akan turun tangan mengerjakan semuanya.

Meski hal itu justru seringkali membuat kehidupan rumah tangga mereka kerap dihantui pertengkaran-pertengkaran kecil.

Seperti contoh, ketika Samudra melarang Aisha mencuci pakaian, alhasil Samudra sampai kehabisan pakaian ganti karena pakaian-pakaian itu yang belum dicuci.

"Terus aku pakai baju apa dong kerja?" Tanya Samudra yang jadi kebingungan sendiri.

"Makanya Mas, jangan lebay! Suruh aku jangan nyuci, tapi kamunya malah nggak nyuci-nyuci juga. Yaudahkan, habis pakaiannya! Nggak mungkinkan kamu ke kerjaan pakai sarung?" Tutur Aisha sambil menyembunyikan senyum. Padahal, Aisha sengaja menyembunyikan pakaian Samudra yang sudah rapi di tempat lain, hanya untuk membuat suaminya itu sadar bahwa dalam rumah tangga itu suami dan istri sudah memiliki peran dan tugasnya masing-masing.

Memang maksud Samudra baik, tapi jika akhirnya malah merugikan diri sendiri kan percuma?

Aisha tau bahwa Samudra lelah setiap kali suaminya itu pulang bekerja, jadi mana mungkin dia akan melanjutkan mengerjakan pekerjaan rumah setelahnya?

Aisha sendiri pun tahu diri untuk tidak memanfaatkan kehamilannya dengan berdiam diri dan hanya bersantai-santai ria saja sementara suaminya banting tulang sendirian.

"Nih, udah kucuciin dan aku setrika satu biji," kata Aisha seraya memberikan pakaian sang suami yang telah rapi.

Samudra tersenyum masam, menerima pakaian itu dan langsung mengenakannya.

"Akukan baru libur besok, jadi niatnya mau kucuci besok aja gitu bajunya," ucap Samudra masih tetap berkilah dari kesalahannya.

"Nggak usah, nanti aku aja yang cuci semua hari ini,"

"Eh jangan, nanti kamu kecapean sakit lagi kayak kemarin," larang Samudra menegaskan. Sebab semenjak hamil, daya imunitas tubuh Aisha benar-benar menurun drastis.

Bisa-bisa, sebulan dua sampai tiga kali Aisha mengalami sakit demam dan nyeri di area perutnya yang tak tertahankan.

Itulah sebabnya, terakhir kalinya Samudra mengantar Aisha berobat ke Klinik seminggu yang lalu, Dokter Klinik yang biasa memeriksa Aisha menyarankan pada Aisha untuk melakukan USG dan check up kehamilan ke rumah sakit besar yang peralatannya lebih lengkap.

"Besok kita ke rumah sakit aja, nanti surat rujukannya keburu kadaluarsa kalau ditunda-tunda terus," ucap Aisha seraya mengangkat ember berisi pakaian kotor itu menuju kamar mandi, tapi dengan sigap Samudra langsung menggantikan, membuat Aisha jadi tertawa kecil sambil geleng-geleng kepala.

Saat ini, usia kandungan Aisha sudah masuk usia empat bulan. Mereka memang belum melakukan USG sejauh ini karena memang biayanya yang sangat mahal untuk ukuran perekonomian mereka.

Tapi, berkat surat rujukan itu, mereka bisa mendapat layanan gratis USG di rumah sakit.

"Oh ya, kemarin Shaka dibawa ke rumah sakit lagi ya? Aku nggak lihat Santi sama Hendrik dari semalam," tanya Samudra yang saat itu hendak menyantap sarapannya.

"Iya Mas. Kemarin itu, akhirnya Mbak Santi cerita juga sama aku, tentang penyakit yang diderita Shaka selama ini, katanya Shaka divonis gagal ginjal stadium akhir. Makanya, mereka harus bulak-balik rumah sakit terus buat cuci darah. Kasian banget mereka, biaya cuci darah kan mahal banget Mas, nggak kebayang deh sama kesulitan mereka saat ini," cerita Aisha yang juga turut sarapan.

Saat itu, Samudra menjeda sejenak sarapannya, berjalan cepat memasuki kamar dan keluar membawa sebuah ampop putih yang berisi sejumlah uang.

"Ini, uang simpananku kasih saja ke Santi dulu," kata Samudra saat itu.

"Tapi, ini kamu kumpulin bukannya buat biaya lahiran aku?"

"Iya, kan masih ada waktu lima bulan lagi, nanti aku kumpulin lagi."

Mendengar hal itu, seketika senyuman di wajah Aisha merekah.

Meraih sebelah tangan Samudra dan menggenggamnya.

"Terima kasih ya Mas. Aku bangga punya suami seperti kamu."

"Kan kamu yang ajarin aku untuk saling bantu membantu. Apalagi terhadap tetangga sendiri," balas Samudra yang juga menggenggam jemari Aisha yang sedikit kasar.

Aisha mengusap perutnya yang masih rata, seketika berkata pada sang jabang bayi di dalam perut, "Nak, nanti kalau kamu mau keluar, kasih kode ya, biar Ayah bisa cari uang dulu, hehehe,"

Dan Samudra pun tertawa melihat kekonyolan Aisha saat itu.

*****

Keesokan harinya sebelum berangkat ke rumah sakit untuk USG, Samudra dan Aisha menyempatkan diri mampir menjenguk Shaka dan memberikan uang tabungan mereka untuk meringankan beban hidup Santi dan Hendrik selaku kedua orang tua Shaka.

Pekerjaan Hendrik yang hanya seorang kuli panggul beras di pasar jelas membuat semua menjadi lebih sulit. Jangankan membayar biaya pengobatan Shaka, bahkan untuk sekedar menyisihkan uang membayar sewa kontrakan dan biaya makan saja, mereka selalu kekurangan, sekarang ditambah Shaka sakit, jadilah kehidupan mereka jadi bertambah sulit.

Dan bantuan yang diberikan oleh Samudra dan Aisha saat itu jelas sangat membantu mereka.

Bahkan saat itu, Santi sampai menangis ketika Aisha memberinya uang.

"Aku tau gimana sulitnya hidup kalian berdua, tapi kalian tetap memikirkan untuk membantu Shaka. Terima kasih, Sam, Aisha, aku benar-benar tak akan melupakan budi baik kalian," ucap Santi dalam tangis seraya memeluk Aisha.

Aisha yang hatinya memang teramat sangat lembut pun jadi ikutan menangis juga.

"Sabar Mba, Allah tidak akan menguji seorang hamba di luar batas kemampuan hamba-Nya. Justru dengan cara inilah, mungkin Allah ingin mengangkat derajat kalian kelak di sisi-Nya," ucap Aisha dengan ceramahnya yang selalu mampu menenangkan jiwa, menentramkan hati.

Setelah pertemuan mengharu biru itu, Samudra dan Aisha pamit ke rumah sakit diantar oleh Santi sampai di depan teras kontrakannya.

"Kami pergi dulu Mba, titip rumah,"

"Oke sip,"

Hari itu untungnya rumah sakit tidak begitu ramai.

Mereka mendapat antrian nomor delapan.

Setelah hasil USG sudah mereka terima, Samudra dan Aisha diminta oleh suster menunggu sejenak, karena Dokter yang memeriksa belum datang.

Setelah menunggu sekitar lima belas menit, sepasang suami istri itu pun diminta suster memasuki ruang pemeriksaan.

Dokter meminta hasil USG Aisha dan menelitinya sejenak, lalu melihat catatan riwayat medis Aisha dari klinik tempat Aisha biasa berobat dan check up kehamilan.

"Sejak kapan ibu sering mengalami gejala-gejala ini?" Tanya Dokter menunjuk pada data keluhan-keluhan yang dirasakan Aisha semenjak dirinya hamil.

Sakit punggung yang parah, perasaan sesak, nyeri, atau tekanan di perut bagian bawah. Kram yang menyakitkan, mirip dengan kram menstruasi. Lebih sering buang air kecil. Sakit saat berhubungan seks dan terakhir, Aisha juga seringkali mengalami sembelit atau buang air besar yang menyakitkan, padahal dia sudah mengkonsumsi buah-buahan dan air putih yang cukup.

"Semenjak saya hamil sih, Dok," jawab Aisha apa adanya.

Dokter tersebut diam sejenak, menatap Samudra dan Aisha secara bergantian.

"Jadi begini, Pak, Bu, dari hasil pemeriksaan USG Ibu Aisha, kami menemukan adanya Tumor dalam rahim Ibu Aisha. Meski sifatnya Non-Kanker, tapi hal ini bisa mempengaruhi pertumbuhan janin ke depannya dan tentunya, keselamatan Ibu Aisha sendiri..."

Saat itu, sang Dokter terus menjelaskan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan dialami Aisha di masa kehamilannya kelak, hanya saja, suara Dokter tersebut lambat laun terdengar layaknya sebuah kaset kusut yang berputar di kepala Samudra.

Lelaki itu, benar-benar syok!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status