Home / Thriller / MISTERI LIONTIN VAMPIR / BAB 1- BERITA PAGI HARI

Share

MISTERI LIONTIN VAMPIR
MISTERI LIONTIN VAMPIR
Author: Mirva Celestira

BAB 1- BERITA PAGI HARI

last update Last Updated: 2023-04-17 10:59:27

(Reinkarnasi itu apa?)

Seorang pria tampan sedang berjalan di sebuah sabana lavender. Dia tidak ingat bagaimana terakhir ia mati.

(Aku memang telah mati. Tapi aku mati demi menyelamatkan kekasihku.)

Sambil merentangkan kedua tangannya, ia mencoba menikmati hangatnya cuaca dengan memejamkan mata. Mata yang saat terbuka dengan lebar ketika seorang pria yang telah menjadi inspektur di sebuah kepolisian menyadari bahwa ia memiliki tugas penting hari itu.

(Perlu waktu selama 20 tahun untuk tidak menembak seseorang…)

Pria tampan itu kemudian berangsuk menuju kamar mandi.

Dia membuka saluran air dari shower dan mulai memperlihatkan lekukan otot-ototnya yang terbentuk dari hasil latihannya selama ini.

(Menjadi seorang inspektur kepolisian merupakan cita-citaku sejak kecil.)

Suara air yang mengalir deras dari shower menghantam setiap beban psikologis yang ditanggungnya. Otaknya terus berpikir bahwa hari itu ia dapat memecahkan suatu kasus yang melibatkan orang penting.

Matanya menyalang ke tembok dan ia menghembuskan napasnya dengan penuh pengharapan. Titik-titik air membasahi setiap helai rambutnya yang berwarna cokelat aras. Kulit putihnya begitu mulus bak porselen.

“Hhhhhhh…….”

Dipejamkan kedua matanya dan ia membersihkan ujung rambutnya hingga sekujur tubuhnya dengan air yang ia harapkan dapat memberikan jawaban untuknya.

(Aku bukan seorang yang religius. Aku tidak mempercayai adanya reinkarnasi karena aku terlalu selalu memakai logikaku untuk menemukan jawaban itu.)

Pria itu mengambil handuknya dan melilitkan pada area tubuhnya yang paling bawah. Dia mengambil sebuah alat pengering rambut dan mengeringkan rambutnya yang basah.

(Aku tidak tahu mengapa aku selalu mendapati mimpi dengan pola yang berulang di dalam hidupku.)

Suara pengering rambut itu memecah keheningan pagi. Setelah pria itu memakai baju dinasnya, ia kemudian segera berjalan menuju parkiran mobilnya.

“Selamat pagi, Tuan Damien. Saya berharap hari Anda selalu baik.” sapa seorang salah satu tetangganya.

“Ah, selamat pagi, Nyonya. Semoga pagi Anda selalu menyenangkan.”

(Aku belum beristri. Dan aku tidak tahu bagaimana caranya memanjakan istri. Tapi hari ini aku yakin, aku akan bisa menyelesaikan kasus besar itu.)

Pria itu tiba di kantor dalam waktu yang tepat. Seorang wartawan media tengah berkerumun di depan lobby kantornya.

“Permisi, Tuan. Bolehkah kami tahu perkembangan kasus yang sedang Anda tangani saat ini?” tanya reporter A.

“Sampai saat ini, saya masih menyelidiki. Ditunggu saja hasilnya.” kata pria itu dengan ramah.

Dia masuk ke dalam kantor penyelidikannya dan menutup pelan supaya tidak menimbulkan suara apapun. Seorang pria menyadari bahwa orang yang ia tunggu kini berada di belakangnya,”Kau sudah datang rupanya? Baca ini.” katanya sambil menyerahkan laporan berita terbaru hari itu.

Pria yang baru saja datang itu kemudian meraih koran pagi yang diperlihatkan oleh pria gempal itu. Matanya mencari informasi yang lebih akurat. Bergerak mengikuti aliran berita yang kini menjadi harapannya dalam menangani kasus besar yang ia tangani.

“Aku dengar ada pencuri yang memasuki museum besar Diagon Alley. Dan kau tahu bahwa laporan yang sama ditemukan di Pemakaman Diagon Alley juga.” kata pria gembul yang kini bangkit.

“Dan kau memberikan ini sebagai ‘kopi pertama’ku, Grissham?” kata pria bernama Lucius.

“Ah, mungkin dosis kopimu kurang sehingga kau berpikir bahwa aku adalah atasan yang kejam. Tapi kali ini aku benar-benar ingin kau terjun langsung ke dua titik itu.”

Lucius terbelalak mendengar candaan sarkas dari atasannya. Ya, seorang Grissham bukanlah atasan yang ia inginkan sebagai partner karena perangainya bertolak belakang dengan dirinya yang cenderung tenang dan berhati-hati dalam mencari sebuah informasi.

“Ada apa?” tanya Grissham Bell. Lucius hanya menggelengkan kepalanya pelan. Dia hampir tidak percaya bahwa pagi itu sudah disuguhi ‘kopi pertama’ dari Tuan Bell yang adalah seorang Komandan senior.

“Jangan lupa, di sini kau adalah bawahanku. Perintah tetap perintah, Tuan Damien.” tandas Grissham tanpa basa-basi.

Lucian tampak terpojok dengan sikap arogan atasannya itu namun dia tetap berusaha untuk bekerja secara profesional,”Jadi, kau ingin aku memulai dari museum itu atau dari pemakaman?”

“Apakah kau percaya mitos Transylvannia, Tuan Damien?”

Lucius mengernyitkan kedua alisnya. Ia kemudian bertanya pada atasannya,”Apa maksud Anda? Apakah itu juga sebuah ‘lelucon pagi hari’?” tanyanya dengan begitu heran.

“Tuan Damien, kita punya kasus besar. Tuan Walikota sudah berulangkali menghubungiku untuk memastikan bahwa barang yang akan beliau lelang itu tetap ada di museum.” potong Tuan Bell tegas.

“Iya, Tuan Bell, aku mengerti tapi apa kaitannya dengan pemakaman Diagon Alley? Apakah ada kasus pembunuhan di sana yang melibatkan motif hartakah? Karena saya tidak akan mempercayai mitos apapun jika tidak ada bukti yang kuat bahwa pelaku memiliki kemampuan khusus untuk mengelabui kita, kecuali…dia adalah orang gila yang sakit jiwa.”

“Hhhh…tampaknya aku harus menemui seseorang yang lebih kompetensi jika kau tidak mampu menuntaskan dua kasus ini, Tuan Damien!” kata Tuan Grissham Bell sambil menghela napasnya pelan. Ditatapnya para awak media Diagon Alley itu dengan tatapan penuh harapan.

Lucius mencoba membaca lagi berita pagi hari itu dengan seksama. Dia menemukan sesuatu yang menarik saat berita itu membahas tentang pencurian sebuah pendant.

(Liontin Vampir?)

-Berita Pagi Hari-

“Walikota mengatakan bahwa telah hilang barang artefak di museum yang akan dilelang pada malam kemarin. Pelaku belum diketahui motifnya, namun pihak kepolisian akan tetap mengusut siapa pencuri liontin itu.

Demikian berita ini dapat kami laporkan.”

(Aku berpikir keras bagaimana caranya agar semua bisa kuselesaikan dalam waktu yang cepat.)

“Jadi…bagaimana kronologis kejadiannya, Tuan Bell?” tanya Lucius.

Tuan Bell menatapku dengan penuh harap,”Aku yakin kau tahu apa yang kuharapkan dalam kasus ini. Apalagi klien kita adalah Tuan Walikota sendiri. Tidak mungkin aku mengulur waktuku untuk sebuah kesempatan emas kita demi menangkap pelaku.”

(Kutatap atasanku yang arogan itu. Aku tahu dia bukan orang yang benar-benar tulus dalam hal peluang.)

“Aku membutuhkan tim penyelidikan, jika begitu.” tawar Lucius spontan. Tuan Bell terkejut melihat keberanian Lucien dalam bernegosiasi.

“Kau butuh berapa orang, Tuan Damien?”

“Tidak banyak, Tuan Bell. Hanya aku ingin kau bersabar sedikit karena menyelidiki kasus ini dan mencari informasi itu membutuhkan waktu dan proses yang panjang.” tandas Lucius pendek.

“Apakah tiga orang cukup? ” tanya Tuan Bell. Lucius merasa itu lebih baik karena dia bukan tipikal orang yang dapat bekerja dengan banyak staff selain daripada orang yang ia percayai.

“Aku rasa itu lebih dari cukup, Tuan Bell. Jadi aku harus memulai dari titik pemakamankah? Apakah ada saksi mata?”

Tuan Bell ingin mengatakan bahwa pelaku yang pertama telah berhasil ditangkapnya.”Sebenarnya aku ingin mengajakmu,Tuan Damien."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 125- FRANK FLANDERS BUNUH DIRI

    Setelah pertemuan dengan Lucius, situasi di rumah sakit jiwa St. Dymphna semakin tegang. Frank Flanders, meskipun sempat merasa lega karena telah menceritakan tentang liontin kepada Lucius, tetap dihantui oleh mimpi-mimpi buruk yang mengerikan setiap malam. Suara-suara yang berbisik dalam mimpinya semakin kuat, memerintahkannya untuk melakukan hal-hal yang tak terbayangkan.Suatu malam, saat petugas rumah sakit berpatroli di lorong-lorong yang sunyi, Frank tampak lebih tenang dari biasanya. Para petugas mengira obat penenang yang diberikan akhirnya bekerja. Namun, di dalam kamar isolasinya, Frank memandang sekeliling dengan mata yang gelap dan penuh keputusasaan. Di sudut ruangan, sebuah kain putih, bekas tirai yang telah disobek, tergeletak tak terpakai. Frank menghela napas dalam-dalam, merasakan beban berat di dadanya. Ia merasa tidak ada lagi jalan keluar dari mimpi-mimpi buruk ini. Dengan tangan gemetar, ia meraih kain tersebut dan mulai mengikatkan salah satu ujungn

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 124-FRANK FLANDERS MASUK RUMAH SAKIT JIWA

    Lucius merasa putus asa setelah pertemuannya dengan Adrian tidak membuahkan hasil. Liontin yang begitu penting baginya ternyata sudah dicuri oleh Frank Flanders, seorang pria yang kini dirundung mimpi buruk setiap malam. Mimpi-mimpi itu begitu mengerikan hingga membuat Frank kehilangan akal sehatnya dan akhirnya harus dirawat di rumah sakit jiwa. Di rumah sakit jiwa, Frank terus meracau tentang liontin yang memanggilnya dalam mimpi, meminta untuk dikembalikan kepada pemiliknya. Kondisinya semakin memburuk, dan meskipun para dokter berusaha memahami keadaannya, mereka tidak dapat menghilangkan mimpi-mimpi buruk yang menghantuinya. Lucius, yang merasa bahwa liontin itu bukan hanya barang berharga tapi juga memiliki kekuatan mistis, sadar bahwa dia harus menemukan cara untuk mendapatkan kembali liontin itu. Dia tahu bahwa hanya dengan mengembalikan liontin kepada pemilik yang sah, kutukan ini dapat diakhiri. Namun, pertanyaannya adalah, bagaimana cara masuk ke rumah sakit

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 123-PERPUSTAKAAN TUA

    Lucius meninggalkan rumah Elara dengan berbagai pikiran berkecamuk di benaknya. Perpustakaan tua itu menjadi tujuan berikutnya. Mengemudi melalui jalan-jalan kota yang mulai sepi, ia berusaha mengingat setiap detail yang telah didapatkan sejauh ini. Perpustakaan tua itu terletak di ujung jalan yang jarang dilalui orang. Bangunan batu dengan jendela-jendela tinggi dan pintu kayu besar tampak berdiri megah di bawah cahaya bulan. Lucius memasuki perpustakaan, di dalamnya suasana tenang dan berdebu terasa menyelimutinya. Rak-rak buku yang tinggi dan lampu redup menciptakan suasana yang hampir magis.Di belakang meja kayu besar di tengah ruangan, seorang pria tua dengan rambut abu-abu pendek dan kacamata bundar sedang membaca sebuah buku tebal. Lucius mendekatinya dengan hati-hati. "Victor?" tanya Lucius dengan suara rendah agar tidak mengganggu keheningan perpustakaan. Pria tua itu mengangkat pandangannya dan tersenyum tipis. "Ya, saya Victor. Ada yang bisa saya bantu?" Lucius

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 122-SAKSI MATA KEDUA

    Setelah mengucapkan terima kasih kepada pria tua itu, Lucius bergerak dengan tujuan yang lebih jelas. Dia memindai kerumunan di bar sekali lagi, mencoba menemukan wanita bernama Alicia. Ia memutuskan untuk bertanya pada bartender, yang mungkin lebih mengenal para pelanggan tetap di sana.Lucius mendekati bar dan memanggil perhatian bartender, seorang pria dengan kumis tebal dan tatapan tajam. "Permisi, apakah Anda tahu di mana aku bisa menemukan seorang wanita bernama Alicia? Aku diberitahu bahwa dia sering berada di sini." Bartender itu menatap Lucius sejenak sebelum menjawab, "Alicia, ya? Dia ada di sini tadi. Sepertinya dia sedang duduk di pojok sana, di dekat jendela." Lucius mengikuti arah pandangan bartender dan melihat seorang wanita muda dengan rambut hitam panjang dan mata tajam yang duduk sendirian. Dia sedang menatap keluar jendela, tampaknya tenggelam dalam pikirannya sendiri.Dengan langkah mantap, Lucius mendekati meja Alicia dan memberanikan diri untuk berbicara.

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 121-KABAR PENYELIDIKAN LUCIUS

    Lucius menatap layar ponselnya sejenak setelah mengirim pesan balasan kepada Alena. Keheningan jalanan malam yang terhampar di sekitar Knockturn Alley menambah suasana misterius di sekitarnya. Cahaya lampu jalan yang redup menyala samar-samar di antara bangunan-bangunan kuno yang menjulang tinggi, memberi sentuhan dramatis pada suasana malam itu.Ia menarik napas dalam-dalam saat melangkah keluar dari gedung penyelidikan. Udara dingin malam London menusuk tulang, membuatnya lebih berhati-hati saat berjalan di sepanjang trotoar yang gelap. Langkahnya mantap meskipun hatinya dipenuhi dengan rasa was-was dan antisipasi akan apa yang akan dihadapinya dalam perjalanan ini.Dengan kunci mobilnya yang digenggam erat, Lucius melangkah menuju kendaraannya. Cahaya lampu mobil menyinari jalanan yang sepi saat ia membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Sejenak, ia duduk di dalam mobilnya, membiarkan dirinya meresapi ketenangan sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah memastikan bahw

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 120-OBROLAN PAGI ITU

    [Marcus:]"Hai Lucius, ada waktu untuk ngobrol sebentar?"[Lucius:]"Halo Marcus, tentu. Ada apa?"[Marcus:]"Aku turut berduka cita atas kematian atasan kita,Tuan Grissham Bell. Bisa ketemu sebentar di tempat biasa?"[Lucius:]"Bisa. Ada masalah apa?"[Marcus:]"Aku ingin mendiskusikan proyek baru. Ada beberapa hal yang perlu dipecahkan."[Lucius:]"Baiklah, aku akan ke sana dalam 15 menit."[Marcus:]"Terima kasih, Lucius. Sampai nanti."[Lucius:]"Sampai nanti, Marcus."Lucius kemudian bangkit dari peraduannya lalu pergi membersihkan dirinya. Dia sadar bobot tubuhnya sudah menurun sedikit namun perut abs-nya tetap terbentuk sempurna. Setelah berpakaian rapi, Lucius keluar dari rumahnya dan menuju tempat pertemuan yang biasa mereka gunakan, sebuah kafe kecil di sudut kota yang tenang.[Kafe Kecil di Sudut Kota]Marcus sudah duduk di meja sudut, menatap ke luar jendela dengan secangkir kopi di tangannya. Ketika melihat Lucius masuk, dia melambaikan tangan dan tersenyum tipis."Lucius,

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 119-PELARIAN YANG GAGAL(1/2)

    Bandara Diagon Alley kini dalam kondisi siaga satu. Petugas keamanan dikerahkan ke setiap sudut, memastikan tidak ada celah bagi pelarian. Kabar tentang hilangnya liontin vampir dari museum membuat situasi semakin tegang. Setiap penumpang yang hendak berangkat maupun baru tiba diperiksa dengan ketat, tidak ada yang luput dari pengawasan.Di tengah keramaian yang penuh dengan ketegangan, terdengar bunyi langkah berat dari sepatu-sepatu bot militer yang menggetarkan lantai bandara. Kepolisian Diagon Alley, yang kini menjalankan operasi militer, menyusuri setiap sudut dengan senjata terhunus. Kapten Marcus, pemimpin operasi, memberikan instruksi tegas kepada timnya melalui radio:"Semua unit, pastikan setiap titik keluar dijaga ketat. Tidak ada yang masuk atau keluar tanpa izin saya. Siapkan pemeriksaan intensif di semua pintu gerbang dan terminal."Frank Flanders, yang baru saja mendengar instruksi melalui radio seluler yang diselundupkan, merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Dia meny

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 118-PELARIAN YANG GAGAL(1/1)

    "Oliver yang malang, mengapa kau tidak memunculkan batang hidungmu di depanku?" dengus pria parlente itu.Frank Flanders duduk sendiri di ruang gelap, merenungi kegagalannya. Walaupun penuh dengan keyakinan awalnya, dia akhirnya tersadar bahwa dia sendirian dalam pencarian Oliver. Dalam kesendirian dan keputusasaan, dia terus mencari dengan tekad yang semakin melemah. Namun, hasilnya tetap nihil. Kegagalan itu menghancurkan semangatnya, meninggalkan dia dalam kesedihan dan penyesalan yang mendalam.Mendengar Oliver Brown tertangkap oleh Kepolisian Diagon Alley, pria gempal itu kemudian bersiap-siap untuk mengambil jalur Britania Raya untuk melarikan diri dari masalah yang diperbuat oleh Oliver Brown. Namun tak disangka, seluruh satuan Kepolisian Diagon Alley telah mencium keberadaannya."CH, sial!" geramnya, menggertakkan giginya dengan frustrasi. Ia tahu bahwa pelarian kali ini akan lebih sulit dari yang pernah dibayangkannya. Dengan setiap langkah yang diambil, bayang-bayang kegelapa

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 117-PENCARIAN LIONTIN BERBAHAYA

    Lucius melangkah keluar dari kamar tidurnya, meninggalkan kehangatan selimut untuk menghadapi hawa dingin malam. Ia menuju ruang kerjanya yang penuh dengan buku-buku tua dan artefak berdebu, peninggalan dari berbagai penelitian yang pernah ia lakukan. Di sudut ruangan, sebuah sakel rusak yang disebutkan dalam mimpinya tergeletak di atas meja, setengah terkubur di bawah tumpukan dokumen.Dengan hati-hati, Lucius membersihkan permukaan sakel, memperhatikan ukiran-ukiran halus yang menghiasi permukaannya. Ia mencoba mengingat setiap detail dari mimpi tadi, berharap menemukan petunjuk yang bisa membantunya membuka sakel ini dalam dunia nyata.(Tidak mungkin ini hanya kebetulan,) pikirnya. (Mimpi itu pasti ada artinya.)Lucius kemudian mengingatkan dirinya pada satu nama: Profesor Aldric, seorang ahli sejarah yang pernah ia temui dalam salah satu konferensi. Profesor Aldric dikenal sebagai seorang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang artefak kuno. Dengan cepat, Lucius memutuskan untu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status