Share

BAB 8-FORENSIK

last update Last Updated: 2023-05-08 12:20:34

Jasad pria malang yang ditemukan di area pemakaman Diagon Alley itu kini berada di ruangan forensik.

"Bagaimana hasilnya, Dokter Raiwin?" Dokter Raiwin kemudian menjelaskan, "Saya sudah memeriksa kondisi korban dan ini membuat saya ingin tahu mengapa dua titik luka ini mampu membunuh seseorangdalam waktu cepat. Logikanya, seseorang bisa kehilangan banyak darah hingga membuat gagal napasdan jantung berhenti berdetak. Itupun membutuhkan waktu yang memakan beberapa menit. "

Dengan hati-hati Lucius menggunakan sarung tangan lateks dan mencoba menyentuh titik luka itu.

(Dua titik luka ini seperti-)

Lucius mengernyitkan kedua alisnya. Ia mencoba mencerna kategori luka yang ia temukan pada korban bernama David.

"Apakah kau sudah memeriksa luka lainnya?"

Tim Forensik B mengatakan bahwa tidak ada luka yang seperti ini. John Mayer menandaskan bahwa ini kejadian di luar nalar,"Jika ini luka gigitan binatang buas, tidak mungkin kondisi jasad masih utuh. "

"Aku tak percaya vampir mampu melakukan itu." sergah Lucius dengan cepat.

"Tapi bagaimana bila memang yang kita hadapi bukanlah manusia, Lucius?" tanya John lebih cepat lagi. Lucius terhenyak sedikit lalu memeriksa lagi dua titik luka di leher bernama David Doe.

Dokter Raiwin yang mengamati perdebatan kedua detektif muda itu mencoba meredamnya dengan penjelasan medis," Tuan-tuan yang terhormat, sejauh ini saya sering melihat korban dengan banyak luka tapi untuk yang satu ini, saya akui Sungguh tidak masuk akal bila dimasukkan dalam kategori kekerasan."

Baik Lucius maupun John saling berpandangan dan melayangkan tatapan ke Dokter Forensik Raiwin.

" Maksud Anda, luka ini bukan kategori kekerasan?" tanya Lucius yang tampak bingung. Dokter Raiwin mengajak keduanya melihat lagi jenis luka di leher korban," Perhatikan dua titik luka ini." katanya sambil menunjukkan posisi luka korban.

"Jika dibandingkan dengan luka gigitan ular, itu sangat mirip. Ular memiliki bisa yang kuat untuk membunuh korbannya. Yang perlu diketahui, senyawa apa yang terkandung dalam gigitan luka ini." jelas Dokter Raiwin sambil memegang kacamatanya sejenak.

Lucius menyadari sesuatu tentang dua titik luka itu. Diamatinya lagi dua titi luka itu dengan seksama.

(Sepertinya luka tusukan di lehernya yang menjadi penyebab kematian. Tapi bagaimana dua titik luka ini mampu membunuh seseorang?)

"Tapi bagaimana bisa seseorang memiliki gigi taring yang tajam dan mampu merobek lapisan kulit manusia, Dok?" tanya Lucius.

"Kita bandingkan dengan luka antara gigitan ular dengan luka antara gigit kelelawar. Bukankah mereka sama-sama memiliki gigi taring yang tajam, Tuan Damien?"

Lucius tertegun mendengar penjelasan Dokter Raiwin yang terlalu 'eksak' baginya.

(Sungguh terasa lucu jika aku berhadapan dengan sosok tak kasat mata yang namanya ditakuti banyak orang)

" Apakah Anda sudah menemukan senyawa yang terkandung dalam gigitannya, Dokter Raiwin?" tanya Lucius lagi.

"Tentu, tapi aku harus mengetes darah korban dengan sebuah larutan khusus untuk mengetahui jenis senyawanya. Tapi jika senyawa itu sama dengan senyawa yang berada dalam air liur kelelawar, mungkin saja-" Dokter Raiwin tampak ragu untuk melanjutkan.

"Mungkin saja?" Lucius menatap sang dokter dengan tatapan serius.

"Aku menduga senyawa kimia yang berada di dua titik luka ini memiliki kandungan pengencer darah sehingga kemungkinan korban mengalami pendarahan hebat yang menyebabkan korban mengalami gagal jantung. Jantung yang harusnya memompa darah kemudian mendapat perintah dari otak yang menerima rangsangan sensorik dari robeknya jaringan otot di leher korban. Karena gagal jantung, korban mengalami kejang sehingga pasokan darah ke otak tidak sempat dialirkan lagi ke seluruh tubuh. Itu sebabnya kulit korban memucat dengan cepat. "

“Bagaimana dengan benda yang ditemukan di dekat mayat? Apakah itu membantu dalam penyelidikan?” tanya Lucius penuh harap pada Tim Forensiknya.

“Ya, kami menemukan beberapa benda di sekitar mayat. Ada sehelai kain putih yang sepertinya berasal dari baju korban dan ada juga jejak sepatu yang mungkin bisa membantu kami menemukan pelakunya. Tampaknya seseorang membuka paksa sakel ini dengan alat yang ia miliki. Kami tidak menemukan alat lainnya selain ini, Tuan Damien. ” kata Tim Forensik A sambil menyerahkan sebilah linggis yang tampak rusak di ujungnya mata besinya.

Lucius kemudian mengambil besi linggis itu dan memperagakan bagaimana pelaku membuka peti mati itu.

"Aku mengerti sekarang. Seseorang tidak melakukannya sendiri. Tapi dilihat dari bekas peti mati, memang benar peti itu mengalami kerusakan di bagian engsel akibat tekanan benda ini." jelas Lucius pada timnya.

Lanjutnya,"Segera beri garis polisi agar tidak ada yang mendekati area pemakaman Diagon Alley selama kita menginvestigasi kasus ini."

“Baik, kami akan segera memberitahu tim investigasi.” kata Tim Investigasi sambil berlalu.

"Dokter Raiwin, kami mengucapkan terima kasih atas semua keterangan forensik Anda. Tanpa bantuan Anda, tidak mungkin saya menemukan titik terang tentang kondisi korban."

"Sama-sama, Tuan Damien. Apabila Anda membutuhkan bantuan saya lagi, katakan saja tanpa rasa sungkan."

Saat Lucius dan Dokter Forensik sedang terlibat pembicaraan, tiba-tiba ponsel Lucius berbunyi.

“Halo, apa kabar?”

“Hai, Lucius. Ini aku, Gabriel. Ada kabar baru tentang kasus mayat yang ditemukan di kuburan kuno.” - suara dari seberang-

“Oh, ya? Apa kabar terbaru?”

”Jadi, kami sudah melakukan pemeriksaan forensik pada mayat itu dan menemukan beberapa fakta menarik. Pertama, luka di leher Oliver diakibatkan oleh tusukan yang tajam dan dalam. Kami menemukan bekas tusukan yang sangat mirip dengan senjata tajam seperti pisau.”-suara dari seberang-

“Hmm, itu menarik. Apakah itu satu-satunya luka yang ditemukan pada tubuhnya?” tanya Lucius.

“Tidak, kami juga menemukan beberapa memar pada tubuhnya. Tapi sepertinya luka tusukan dilehernya yang menjadi penyebab kematian.”-suara dari seberang-

Lucius menatap Dokter Raiwin yang tampak memperhatikan pembicaraan teleponnya.

“Bagaimana dengan benda yang ditemukan di dekat mayat? Apakah itu membantu dalam penyelidikan?”

“Ya, kami menemukan beberapa benda di sekitar mayat. Ada sehelai kain putih yang sepertinya berasal dari baju korban dan ada juga jejak sepatu yang mungkin bisa membantu kami menemukan pelakunya.” - suara dari seberang-

“Baik, aku akan segera memberitahu tim investigasi. Terima kasih, Gabriel."

" Kutunggu kedatangan kalian di TKP, Lucius. "-suara dari seberang-

Dering telepon ditutupnya dengan cepat dan Lucius berpikir untuk segera kembali ke TKP saat itu juga.

" Baik, Dokter Raiwin, tampaknya aku harus kembali ke TKP lagi untuk investigasi lanjutan."

"Apakah kau yakin ini bukan kasus biasa, Tuan Lucius?" Lucius terdiam sejenak.

"Aku masih belum tahu siapa pelakunya tapi aku yakin kita bisa memecahkan kasus ini sampai tuntas." kata Lucius tegas.

"Aku harap kau bisa melalui ini, Lucius." Seakan mendapat firasat, Lucius menatap Dokter Raiwin dengan ingin tahu, "Maksud Anda, Dok?"

"Berhati-hatilah, Nak!" kata Dokter Raiwin pada Lucius bak seorang Bapak yang memperingatkan anaknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 125- FRANK FLANDERS BUNUH DIRI

    Setelah pertemuan dengan Lucius, situasi di rumah sakit jiwa St. Dymphna semakin tegang. Frank Flanders, meskipun sempat merasa lega karena telah menceritakan tentang liontin kepada Lucius, tetap dihantui oleh mimpi-mimpi buruk yang mengerikan setiap malam. Suara-suara yang berbisik dalam mimpinya semakin kuat, memerintahkannya untuk melakukan hal-hal yang tak terbayangkan.Suatu malam, saat petugas rumah sakit berpatroli di lorong-lorong yang sunyi, Frank tampak lebih tenang dari biasanya. Para petugas mengira obat penenang yang diberikan akhirnya bekerja. Namun, di dalam kamar isolasinya, Frank memandang sekeliling dengan mata yang gelap dan penuh keputusasaan. Di sudut ruangan, sebuah kain putih, bekas tirai yang telah disobek, tergeletak tak terpakai. Frank menghela napas dalam-dalam, merasakan beban berat di dadanya. Ia merasa tidak ada lagi jalan keluar dari mimpi-mimpi buruk ini. Dengan tangan gemetar, ia meraih kain tersebut dan mulai mengikatkan salah satu ujungn

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 124-FRANK FLANDERS MASUK RUMAH SAKIT JIWA

    Lucius merasa putus asa setelah pertemuannya dengan Adrian tidak membuahkan hasil. Liontin yang begitu penting baginya ternyata sudah dicuri oleh Frank Flanders, seorang pria yang kini dirundung mimpi buruk setiap malam. Mimpi-mimpi itu begitu mengerikan hingga membuat Frank kehilangan akal sehatnya dan akhirnya harus dirawat di rumah sakit jiwa. Di rumah sakit jiwa, Frank terus meracau tentang liontin yang memanggilnya dalam mimpi, meminta untuk dikembalikan kepada pemiliknya. Kondisinya semakin memburuk, dan meskipun para dokter berusaha memahami keadaannya, mereka tidak dapat menghilangkan mimpi-mimpi buruk yang menghantuinya. Lucius, yang merasa bahwa liontin itu bukan hanya barang berharga tapi juga memiliki kekuatan mistis, sadar bahwa dia harus menemukan cara untuk mendapatkan kembali liontin itu. Dia tahu bahwa hanya dengan mengembalikan liontin kepada pemilik yang sah, kutukan ini dapat diakhiri. Namun, pertanyaannya adalah, bagaimana cara masuk ke rumah sakit

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 123-PERPUSTAKAAN TUA

    Lucius meninggalkan rumah Elara dengan berbagai pikiran berkecamuk di benaknya. Perpustakaan tua itu menjadi tujuan berikutnya. Mengemudi melalui jalan-jalan kota yang mulai sepi, ia berusaha mengingat setiap detail yang telah didapatkan sejauh ini. Perpustakaan tua itu terletak di ujung jalan yang jarang dilalui orang. Bangunan batu dengan jendela-jendela tinggi dan pintu kayu besar tampak berdiri megah di bawah cahaya bulan. Lucius memasuki perpustakaan, di dalamnya suasana tenang dan berdebu terasa menyelimutinya. Rak-rak buku yang tinggi dan lampu redup menciptakan suasana yang hampir magis.Di belakang meja kayu besar di tengah ruangan, seorang pria tua dengan rambut abu-abu pendek dan kacamata bundar sedang membaca sebuah buku tebal. Lucius mendekatinya dengan hati-hati. "Victor?" tanya Lucius dengan suara rendah agar tidak mengganggu keheningan perpustakaan. Pria tua itu mengangkat pandangannya dan tersenyum tipis. "Ya, saya Victor. Ada yang bisa saya bantu?" Lucius

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 122-SAKSI MATA KEDUA

    Setelah mengucapkan terima kasih kepada pria tua itu, Lucius bergerak dengan tujuan yang lebih jelas. Dia memindai kerumunan di bar sekali lagi, mencoba menemukan wanita bernama Alicia. Ia memutuskan untuk bertanya pada bartender, yang mungkin lebih mengenal para pelanggan tetap di sana.Lucius mendekati bar dan memanggil perhatian bartender, seorang pria dengan kumis tebal dan tatapan tajam. "Permisi, apakah Anda tahu di mana aku bisa menemukan seorang wanita bernama Alicia? Aku diberitahu bahwa dia sering berada di sini." Bartender itu menatap Lucius sejenak sebelum menjawab, "Alicia, ya? Dia ada di sini tadi. Sepertinya dia sedang duduk di pojok sana, di dekat jendela." Lucius mengikuti arah pandangan bartender dan melihat seorang wanita muda dengan rambut hitam panjang dan mata tajam yang duduk sendirian. Dia sedang menatap keluar jendela, tampaknya tenggelam dalam pikirannya sendiri.Dengan langkah mantap, Lucius mendekati meja Alicia dan memberanikan diri untuk berbicara.

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 121-KABAR PENYELIDIKAN LUCIUS

    Lucius menatap layar ponselnya sejenak setelah mengirim pesan balasan kepada Alena. Keheningan jalanan malam yang terhampar di sekitar Knockturn Alley menambah suasana misterius di sekitarnya. Cahaya lampu jalan yang redup menyala samar-samar di antara bangunan-bangunan kuno yang menjulang tinggi, memberi sentuhan dramatis pada suasana malam itu.Ia menarik napas dalam-dalam saat melangkah keluar dari gedung penyelidikan. Udara dingin malam London menusuk tulang, membuatnya lebih berhati-hati saat berjalan di sepanjang trotoar yang gelap. Langkahnya mantap meskipun hatinya dipenuhi dengan rasa was-was dan antisipasi akan apa yang akan dihadapinya dalam perjalanan ini.Dengan kunci mobilnya yang digenggam erat, Lucius melangkah menuju kendaraannya. Cahaya lampu mobil menyinari jalanan yang sepi saat ia membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Sejenak, ia duduk di dalam mobilnya, membiarkan dirinya meresapi ketenangan sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah memastikan bahw

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 120-OBROLAN PAGI ITU

    [Marcus:]"Hai Lucius, ada waktu untuk ngobrol sebentar?"[Lucius:]"Halo Marcus, tentu. Ada apa?"[Marcus:]"Aku turut berduka cita atas kematian atasan kita,Tuan Grissham Bell. Bisa ketemu sebentar di tempat biasa?"[Lucius:]"Bisa. Ada masalah apa?"[Marcus:]"Aku ingin mendiskusikan proyek baru. Ada beberapa hal yang perlu dipecahkan."[Lucius:]"Baiklah, aku akan ke sana dalam 15 menit."[Marcus:]"Terima kasih, Lucius. Sampai nanti."[Lucius:]"Sampai nanti, Marcus."Lucius kemudian bangkit dari peraduannya lalu pergi membersihkan dirinya. Dia sadar bobot tubuhnya sudah menurun sedikit namun perut abs-nya tetap terbentuk sempurna. Setelah berpakaian rapi, Lucius keluar dari rumahnya dan menuju tempat pertemuan yang biasa mereka gunakan, sebuah kafe kecil di sudut kota yang tenang.[Kafe Kecil di Sudut Kota]Marcus sudah duduk di meja sudut, menatap ke luar jendela dengan secangkir kopi di tangannya. Ketika melihat Lucius masuk, dia melambaikan tangan dan tersenyum tipis."Lucius,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status