แชร์

BAB 7- INVESTIGASI (1/1)

ผู้เขียน: Mirva Celestira
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-05-07 19:07:28

-Flashback on-

[Teman Oliver tampak merasakan sesuatu yang tidak biasa berkata,"Tapi, aku merasa seperti kita tidak seharusnya mengambil ini. Apa yang kita lakukan adalah salah."

"Apa yang kita lakukan adalah untuk tujuan yang baik, teman. Kita bisa mendapatkan banyak uang dari barang ini dan itu akan membuat hidup kita lebih baik. Kita tidak membunuh orang untuk mendapatkan sesuatu, bukan?"

"Tapi, ini bisa membawa bahaya pada kita. Mungkin ada orang yang melihat kita tadi malam."

"Jangan khawatir, kita akan berhati-hati dan tidak akan membuat kesalahan. Kita hanya perlu menjual barang ini secepat mungkin dan mengambil uangnya."]

-Flashback off-

"Apa yang kau lakukan setelah itu?" tanya Lucius pada tersangka.

"Aku membuka sakel pengunci leher wanita bangsawan yang terletak di dalam peti kubur. Ketika sakel itu terbuka, aku dengan cepat meraih liontin vampir yang ada di dalamnya. Tanpa menghiraukan wanita bangsawan yang terbaring di dalam peti, akupun berbalik untuk pergi dari kuburan kuno."

Saat Oliver terfokus dengan liontin itu, tiba-tiba rekan Oliver melihat Lady Elizabeth telah bangkit dari peti dalam keadaan vampir, dengan wajah pucat dan gigi tajam.

Rekan Oliver mencoba untuk membangkitkan perhatian Oliver yang terlalu terfokus pada pendant vampir. Dia menepuk-tepuk bahu Oliver, tetapi Oliver tetap tidak bergeming dan masih terpaku pada liontin itu.

"Apa yang sedang kamu lakukan? Lady Elizabeth telah bangkit sebagai vampir, dan kita harus segera pergi dari sini sebelum terlambat!" sentak temannya. Oliver tidak bergeming. Dia semakin terpana dengan pendant vampir yang berada di tangannya.

"Cepat, kita pergi dari sini. Tapi ini terlalu berbahaya, Oliver! Kita harus berpikir dengan jernih dan keluar dari sini! Lupakan rencana gila ini. Kau ingin mati konyol di tangan seorang vampir?"

"Aku tidak akan pergi tanpa pendant ini. Kita harus mengambil risiko untuk sukses!"

"Lady Elizabeth, dia... dia telah bangkit! Dia berubah menjadi vampir! O-O-Oliver!"

"Apa?! Tidak mungkin! Kita harus segera pergi dari sini!"

Tiba-tiba, Oliver merasakan sesuatu yang aneh. Dia merasakan udara di sekelilingnya menjadi sangat dingin dan suara gemerisik mulai terdengar di telinganya. Dia berbalik dan terkejut melihat wanita bangsawan tersebut bangkit dari peti dan berdiri dengan penuh kemarahan. Wanita itu berkulit pucat, matanya memancarkan cahaya merah yang menakutkan, dan giginya tajam menyeramkan. Dia kemudian menatap Oliver dengan tatapan yang menakutkan dan mengeluarkan suara yang terdengar seperti jeritan dari alam baka.

Oliver merasa terpaku dan tidak bisa bergerak. Dia merasakan tubuhnya gemetar dan rasa takut yang tak terkendali memenuhi pikirannya. Dia merasa bahwa dia tidak bisa melawan wanita bangsawan tersebut, yang terlihat sangat kuat dan memiliki kekuatan yang tidak wajar.

Ketika Oliver dan rekannya hendak pergi meninggalkan kuburan kuno, tiba-tiba Lady Elizabeth yang telah bangkit dari kematian dengan kekuatan vampir menyerang mereka. Rekan Oliver berhasil disergap dan digigit oleh sang Lady, yang kini menjadi vampir.

Oliver berusaha mempertahankan diri dengan sekuat tenaga, tetapi dia juga hampir menjadi korban serangan Lady Elizabeth. Dia menyadari kesalahannya dan menyadari betapa berbahayanya situasi tersebut. Dia mencoba untuk menyelamatkan dirinya dan temannya sebelum terlambat.

"Kita harus keluar dari sini secepat mungkin! Kita tidak bisa bertarung melawan vampir!"

"Aku terluka, Oliver. Aku merasa lemah..."

"Ayo, kita berjuang bersama dan keluar dari sini!"

Keduanya berlari keluar dari kuburan kuno sambil dikejar oleh Lady Elizabeth yang telah berubah menjadi vampir. Keduanya mencoba bertahan hidup sambil menghindari serangan sang Lady. Dalam situasi yang sangat kritis, Oliver dan rekannya berhasil kabur dari kuburan kuno dengan selamat meskipun dalam kondisi yang cukup terluka.]

-Flashback off-

Lucius mengamati dengan seksama setiap keterangan pria itu dan mencatat point penting yangia rasa dapat membantunya menuntaskan kasus liontin yang hilang.

“Aku tahu-dia kini berkeliaran di kota Diagon Alley. Aku mohon biarkan aku berada di dalam penjara saja. Wanita itu…wanita itu…” Pria itu tampak ketakutan luar biasa. Dia berusaha menruskan kata-katanya tapi Lucius mengakhiri sesi itu dengan pertanyaan penting.

“Hhhh, baiklah. Aku akan membicarakan ini dengan seorang kenalanku. Tapi apakah kau siap dengan keputusan hakim nantinya? Karena dlaam hal ini kau tidak memiliki motif untuk membunuh selain daripada mencuri liontin itu. Di mana kau menjualnya?” tanya Lucius lagi.

“Toko Borgins.”

***

-Saksi Mata Kedua-

“Aku masih terguncang hingga saat ini, ketika aku menemukan mayat di sekitar kuburan kuno itu. Pertama kali aku melihat objek itu, aku merasa ada yang salah dan mendekatinya dengan hati-hati. Tapi saat aku menyadari bahwa itu adalah mayat manusia, aku merasa takut dan terkejut. Aku melihat dua titik luka di lehernya dan aku langsung menyimpulkan bahwa itu yang menyebabkan kematiannya.”

Saksi mata sedang berjalan di sekitar tempat kejadian ketika tiba-tiba dia melihat sesuatu yang mencurigakan. Dia mendekati benda mencurigakan itu dan diarahkannya lampu penerangan yang berada di dalam genggamannya oleh saksi mata hingga membuat objek yang dicurigai itu semakin terlihat jelas.

Setelah memastikan bahwa itu adalah mayat, saksi mata langsung memeriksa kondisi mayat pria itu dengan hati-hati. Dia melihat dua titik luka di leher korban dan menduga bahwa itu adalah luka yang mengakibatkan kematian. Saksi mata merasa sangat terkejut dan ketakutan melihat mayat rekan kerjanya dalam kondisi seperti itu.

Saksi mata terkejut dan merasa shock melihat mayat rekan Oliver dengan dua titik luka di leher.

Saksi mata langsung memanggil polisi dan memberitahukan lokasi kejadian serta kondisi mayat pria malang itu.

Polisi segera datang ke tempat kejadian dan melakukan penyelidikan.

Saksi mata memberikan keterangan kepada polisi mengenai apa yang dia lihat dan melaporkan bahwa dia tidak melihat siapa yang melakukan hal tersebut.

Polisi melakukan pemeriksaan lebih lanjut pada mayat pria yang merupakan rekan tersangka interogasi dan mengumpulkan bukti-bukti di sekitar tempat kejadian.

Polisi juga melakukan wawancara dengan orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian pada saat kejadian terjadi.

“Halo, apa kabar?”

“Hai, Lucius. Ini aku, John. Ada kabar baru tentang kasus mayat yang ditemukan di kuburan kuno.”

“Oh, ya? Apa kabar terbaru?” tanya Lucius.

”Jadi, kami sudah melakukan pemeriksaan forensik pada mayat itu dan menemukan beberapa fakta menarik. Pertama, luka di leher rekan Oliver diakibatkan oleh tusukan yang tajam dan dalam. Kami menemukan bekas tusukan yang sangat mirip dengan senjata tajam seperti pisau. Tapi ini aneh, Tuan Damien. ” Tim Forensik A menyugarkan rambutnya ke belakang.

"Tunggu, kau yakin itu akibat benda tajam? Mengapa ada titik dua luka di leher korban?" potong Lucius dengan teliti.

"Apakah ada luka lainnya seperti luka lebam akibat benturan atau pukulan benda tumpul?" tanya Lucius.

“Tidak, kami juga menemukan beberapa memar pada tubuhnya. Mungkin sedikit terbentur oleh sisi peti tapi-"

Lucius mengamati kondisi tubuh pria malang yang tak bernyawa itu.

(Ini luka apa?)

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 125- FRANK FLANDERS BUNUH DIRI

    Setelah pertemuan dengan Lucius, situasi di rumah sakit jiwa St. Dymphna semakin tegang. Frank Flanders, meskipun sempat merasa lega karena telah menceritakan tentang liontin kepada Lucius, tetap dihantui oleh mimpi-mimpi buruk yang mengerikan setiap malam. Suara-suara yang berbisik dalam mimpinya semakin kuat, memerintahkannya untuk melakukan hal-hal yang tak terbayangkan.Suatu malam, saat petugas rumah sakit berpatroli di lorong-lorong yang sunyi, Frank tampak lebih tenang dari biasanya. Para petugas mengira obat penenang yang diberikan akhirnya bekerja. Namun, di dalam kamar isolasinya, Frank memandang sekeliling dengan mata yang gelap dan penuh keputusasaan. Di sudut ruangan, sebuah kain putih, bekas tirai yang telah disobek, tergeletak tak terpakai. Frank menghela napas dalam-dalam, merasakan beban berat di dadanya. Ia merasa tidak ada lagi jalan keluar dari mimpi-mimpi buruk ini. Dengan tangan gemetar, ia meraih kain tersebut dan mulai mengikatkan salah satu ujungn

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 124-FRANK FLANDERS MASUK RUMAH SAKIT JIWA

    Lucius merasa putus asa setelah pertemuannya dengan Adrian tidak membuahkan hasil. Liontin yang begitu penting baginya ternyata sudah dicuri oleh Frank Flanders, seorang pria yang kini dirundung mimpi buruk setiap malam. Mimpi-mimpi itu begitu mengerikan hingga membuat Frank kehilangan akal sehatnya dan akhirnya harus dirawat di rumah sakit jiwa. Di rumah sakit jiwa, Frank terus meracau tentang liontin yang memanggilnya dalam mimpi, meminta untuk dikembalikan kepada pemiliknya. Kondisinya semakin memburuk, dan meskipun para dokter berusaha memahami keadaannya, mereka tidak dapat menghilangkan mimpi-mimpi buruk yang menghantuinya. Lucius, yang merasa bahwa liontin itu bukan hanya barang berharga tapi juga memiliki kekuatan mistis, sadar bahwa dia harus menemukan cara untuk mendapatkan kembali liontin itu. Dia tahu bahwa hanya dengan mengembalikan liontin kepada pemilik yang sah, kutukan ini dapat diakhiri. Namun, pertanyaannya adalah, bagaimana cara masuk ke rumah sakit

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 123-PERPUSTAKAAN TUA

    Lucius meninggalkan rumah Elara dengan berbagai pikiran berkecamuk di benaknya. Perpustakaan tua itu menjadi tujuan berikutnya. Mengemudi melalui jalan-jalan kota yang mulai sepi, ia berusaha mengingat setiap detail yang telah didapatkan sejauh ini. Perpustakaan tua itu terletak di ujung jalan yang jarang dilalui orang. Bangunan batu dengan jendela-jendela tinggi dan pintu kayu besar tampak berdiri megah di bawah cahaya bulan. Lucius memasuki perpustakaan, di dalamnya suasana tenang dan berdebu terasa menyelimutinya. Rak-rak buku yang tinggi dan lampu redup menciptakan suasana yang hampir magis.Di belakang meja kayu besar di tengah ruangan, seorang pria tua dengan rambut abu-abu pendek dan kacamata bundar sedang membaca sebuah buku tebal. Lucius mendekatinya dengan hati-hati. "Victor?" tanya Lucius dengan suara rendah agar tidak mengganggu keheningan perpustakaan. Pria tua itu mengangkat pandangannya dan tersenyum tipis. "Ya, saya Victor. Ada yang bisa saya bantu?" Lucius

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 122-SAKSI MATA KEDUA

    Setelah mengucapkan terima kasih kepada pria tua itu, Lucius bergerak dengan tujuan yang lebih jelas. Dia memindai kerumunan di bar sekali lagi, mencoba menemukan wanita bernama Alicia. Ia memutuskan untuk bertanya pada bartender, yang mungkin lebih mengenal para pelanggan tetap di sana.Lucius mendekati bar dan memanggil perhatian bartender, seorang pria dengan kumis tebal dan tatapan tajam. "Permisi, apakah Anda tahu di mana aku bisa menemukan seorang wanita bernama Alicia? Aku diberitahu bahwa dia sering berada di sini." Bartender itu menatap Lucius sejenak sebelum menjawab, "Alicia, ya? Dia ada di sini tadi. Sepertinya dia sedang duduk di pojok sana, di dekat jendela." Lucius mengikuti arah pandangan bartender dan melihat seorang wanita muda dengan rambut hitam panjang dan mata tajam yang duduk sendirian. Dia sedang menatap keluar jendela, tampaknya tenggelam dalam pikirannya sendiri.Dengan langkah mantap, Lucius mendekati meja Alicia dan memberanikan diri untuk berbicara.

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 121-KABAR PENYELIDIKAN LUCIUS

    Lucius menatap layar ponselnya sejenak setelah mengirim pesan balasan kepada Alena. Keheningan jalanan malam yang terhampar di sekitar Knockturn Alley menambah suasana misterius di sekitarnya. Cahaya lampu jalan yang redup menyala samar-samar di antara bangunan-bangunan kuno yang menjulang tinggi, memberi sentuhan dramatis pada suasana malam itu.Ia menarik napas dalam-dalam saat melangkah keluar dari gedung penyelidikan. Udara dingin malam London menusuk tulang, membuatnya lebih berhati-hati saat berjalan di sepanjang trotoar yang gelap. Langkahnya mantap meskipun hatinya dipenuhi dengan rasa was-was dan antisipasi akan apa yang akan dihadapinya dalam perjalanan ini.Dengan kunci mobilnya yang digenggam erat, Lucius melangkah menuju kendaraannya. Cahaya lampu mobil menyinari jalanan yang sepi saat ia membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Sejenak, ia duduk di dalam mobilnya, membiarkan dirinya meresapi ketenangan sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah memastikan bahw

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 120-OBROLAN PAGI ITU

    [Marcus:]"Hai Lucius, ada waktu untuk ngobrol sebentar?"[Lucius:]"Halo Marcus, tentu. Ada apa?"[Marcus:]"Aku turut berduka cita atas kematian atasan kita,Tuan Grissham Bell. Bisa ketemu sebentar di tempat biasa?"[Lucius:]"Bisa. Ada masalah apa?"[Marcus:]"Aku ingin mendiskusikan proyek baru. Ada beberapa hal yang perlu dipecahkan."[Lucius:]"Baiklah, aku akan ke sana dalam 15 menit."[Marcus:]"Terima kasih, Lucius. Sampai nanti."[Lucius:]"Sampai nanti, Marcus."Lucius kemudian bangkit dari peraduannya lalu pergi membersihkan dirinya. Dia sadar bobot tubuhnya sudah menurun sedikit namun perut abs-nya tetap terbentuk sempurna. Setelah berpakaian rapi, Lucius keluar dari rumahnya dan menuju tempat pertemuan yang biasa mereka gunakan, sebuah kafe kecil di sudut kota yang tenang.[Kafe Kecil di Sudut Kota]Marcus sudah duduk di meja sudut, menatap ke luar jendela dengan secangkir kopi di tangannya. Ketika melihat Lucius masuk, dia melambaikan tangan dan tersenyum tipis."Lucius,

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status