Sesampainya di rumah Aksan menjatuhkan bobot tubuhnya di kasur, hari ini terasa sangat berat. Dia seperti mulai jengah dengan hubungannya bersama Jelita, gadis itu kini mulai menunjukan sifat aslinya. Hari ini saat menjemput gadia pujaannya dia tengah dengan lelaki itu lalu setelah bersamaku seharian, ternyata lelaki itu ada lagi bahkan mirisnya lelak itu masuk ke dalam rumah digandeng mesra sedangkan tadi dia ingin mengantar sampai rumahnya justru malah tidak boleh. Sikap Jelita membuat Aksan semakin curiga, ada apa sebenarnya? Siapa lelaki itu? Sayang dia tak bisa melihat dengan jelas wajah lelaki itu. Ketukan pintu membuyarkan lamunannya, ia berteriak menyuruh sang pengetuk pintu yang tak lain pasti Mamanya itu untuk masuk. Tak lama kemudian pintu terbuka dan Mama sudah masuk dan berjalan menghampiri Aksan yang dengan segera merubah posisinya dari terlentang jadi duduk. "Ada apa?" tanya Mama.Seorang ibu tentu tak akan mudah dibohongi, ia akan tahu bagaimana kondisi hati anakny
Pertemuannya dengan Namira kembali bersamaan dengan terbongkarnya sesuatu tentang Jelita. Tak pernah menyangka jika gadis itu mengkhianati Aksan, memang belum jelas dan Aksan masih mencari tahu kebenarannya tapi dua kali melihat tingkah Jelita pada lelaki itu tentu saja membuat Aksan paham bagaimana hubungan keduanya. Setelah bercerita pada Mama dan Mama meminta Aksan mencari Namira, bagaimanapun Namira adalah orang yang berjasa bagi Mama, mungkin Mama ingin bertemu dengan Namira bukan karena Aksan tapi karena memang Namira sangat berarti dalam hidup Mama. Aksan memerintahkan seseorang yang bisa dipercaya untuk mencari tahu tentang Namira, beruntung dia masih menyimpan photo delapan tahun yang lalu, mungkin wajah Namira sudah berubah tapi setidaknya bisa sedikit membantu. Pencarian Namira ia serahkan pada seseorang dan dia akan fokus menyelidiki tentang Jelita, gadis yang tak mau dinikahinya itu pasti punya lelaki lain di belakang Aksan. [Sayang, aku mau ke rumah ya nanti malam. M
Sepanjang perjalanan Aksan berhasil dibuat tak henti-hentinya memikirkan perkataan satpam itu, rumah Jelita yang menempatinya adalah sepasang suami istri muda? Apa dia salah dengar atau memang seperti itu. Dengan segera ia menelpon Jelita tapi tak ada jawaban, lalu ia teringat pesannya dan kejadian beberapa bulan yang lalu. Aksan menepi, ia mencoba mengulang setiap slide kehidupan bersama Jelita. Gadis itu, beberapa bulan yang lalu izin untuk pergi bersama orang tuanya ke luar kota dalam waktu satu bulan, bahkan Jelita jarang menghubunginya dan melarang Aksan menghubunginya alasannya karena ada acara keluarga yang bisa membuat marah jika Jelita main ponsel terus. Ketika pulang Jelita sedikit berubah, dia jadi lebih materialistis banyak meminta dan mengajak Aksan pergi kemana pun, kalau Jelita sudah menikah harusnya tak perlu seperti itu bahkan harusnya dia pergi menjauh perlahan dari kehidupan Aksan. Tapi sikap Jelita berbeda, lalu Aksan ingat dengan lelaki yang dia temui, Jelita se
"Sudahlah bro, gak usah terlalu dipikirkan santai aja, kalau pun benar si Jelita sudah menikah dan bohongin kamu harusnya kamu bersyukur dong belum nikah sudah ketahuan. Iya kan?“Aksan terdiam mendengar ucapan Dani, disaat semua sudah membaik, Aksan sudah mulai merasakan kehidupan bebas di luar penjara, mencoba memperbaiki diri, hingga bertemu perempuan yang membuatnya jatuh hati semua yang dimintanya selalu dituruti bahkan tak peduli mamanya tak suka yang terpenting Aksan bahagia. Menjalin kasih setelah gagal menikah dengan Nilam, membuat Aksan tak ingin main-main dan mengulang kesalahan, tak pernah berbohong lagi dan serius, meski nyatanya perempuan yang dipacarinya itu tak pernah mau diajak serius hingga kecurigaan ini hadir dan mengacaukan semuanya. Kini Aksan segera memutuskan untuk mencari tahu semuanya setelah itu mungkin mengakhiri kisah ini akan lebih baik. Mungkin Tuhan sedang menghukumnya dengan tak mudah mendapat kembali pasangan, karena telah menyia-nyiakan mantan istr
Dari kejauhan Aksan melihat Nilam dan lelaki itu turun dari mobil, kemesraan mereka terus menjadi tontonan yang membuat hati Aksan dibakar cemburu, bagaimanapun akhirnya Nilam pernah menjadi bagian hidup Aksan yang sangat istimewa, mereka menjalani kehidupan yang sangat bahagia dan indah tapi siapa sangka ternyata Aksan menghancurkan hidupnya sendiri.Merasa tak terlihat apa-apa, Aksan mencari posisi yang bisa melihat pemilik rumah. Dan akhirnya, Aksan bisa melihat ke dalam rumah itu, tepatnya di bagian luarnya Nilam dan pasangannya itu masih berdiri mengetuk pintu. Tak lama seorang perempuan ke luar, Aksan menutup mulutnya menahan napas karena meski dia sudah yakin tapi tetap terkejut. "Namira," lirih Aksan. Benar saja dugaannya, yang ditemui Nilam adalah Namira, mereka tampak begitu dekat dan sangat akrab. Aksan mengamati dari jauh, lalu ingatannya melayang pada waktu yang telah dilewati, dua perempuan yang sangat berarti bagi hidupnya. Satu di antara mereka pernah sangat istimewa
"Tangerang, Mas?" tanyaku memastikan pada Mas Raditya dan dia kembali mengangguk. "Iya sayang, gak apa-apa kan?" tanyanya Aku mengangguk tegas, bagiku kemana pun dan dimanapun suamiku bertugas aku siap menemaninya. Tak ada keraguan untuk menemani suami berjuang mencari nafkah, meski harus ke ujung dunia sekali pun. Mas Raditya memelukku mengucapkan terima kasih atas kesanggupanku meninggalkan semua yang sudah aku capai disini demi untuk menemaninya bertugas di sana, sebagai istri seorang aparatur pemerintahan tentu aku harus selalu siap sedia menemaninya dimana pun kalau tidak bisa-bisa suamiku cari orang yang bisa menemaninya. Nyatanya perjuanganku itu tak diindahkan oleh Mas Raditya, saat aku menyusulnya ke sini, dia tengah bermain api dan menguji kesabaranku. Aku kecewa sungguh kecewa, kenapa seorang yang aku sangat percaya tega melakukan itu. Aku pikir Mas Raditya berbeda dari kebanyakan, lagi pula menikah dengannya sudah hampir lima tahun meski tanpa kehadiran buah hati kita
"Siapa perempuan itu, Mas? Siapa?" tanyaku dalam Isak tangis memekik. Tak ada jawaban dari lelaki itu, dia masih memelukku dan terus membanjiriku dengan ciuman di kepala dan kening. Aku semakin heran dan penasaran. Siapa perempuan itu?Mas Raditya malah menarik tubuhku dan memeluk begitu erat hingga tangisku kian menjadi. Mas Raditya bergeming, dia tak menjawab apapun, suaranya tak terdengar hingga membuatku kian larut dalam tanya yang tak bertemu jawabnya. Hening sejenak, hingga perlahan tangisku mereda. Tubuh kami pun entah kenapa menjadi lemas dan sudah terduduk saling memeluk. Setelah reda dan keadaan jauh lebih baik setelah aku menangis menumpahkan semua perasaan yang ada, Mas Raditya melepas pelukannya lalu ia mengangkat dagu dan menatapku."Maaf," lirihnya. Hanya kalimat itu yang meluncur dari bibirnya, satu kalimat yang lagi-lagi dapat membuatku kembali menangis. Kesalahan yang sudah dilakukannya sungguh fatal dan membuatku sangat begitu marah tak pernah menyangka Mas Radit
"Ada perlu apa?" tanya Raditya pada Aksan."Saya hanya ingin menyampaikan pada istri Anda, kalau Mama saya ingin sekali bertemu dengannya.""Untuk apa?" tanyanya lagi. "Namira, Mama ingin sekali bertemu denganmu. Jika kamu bersedia datanglah, bawa suami pun tak apa." Aksan berteriak, hingga Namira pun dapat mendengarnya. Raditya memperingatkan Aksan untuk tidak berteriak lalu memintanya pulang. Aksan tak melakukan perlawanan apapun, ia kembali menuju mobilnya dan meninggalkan rumah itu. Sepanjang perjalanan Aksan entah kenapa malah memikirkan Namira dengan suaminya itu, ada ketidak harmonisan yang dibaca Aksan, tapi melihat lelaki itu membuat Aksan mencoba sebisa mungkin harus menjauh. Hari ini cukup berat untuk Aksan. Dia mengetahui kabar buruk tentang Jelita, lalu bertemu Nilam dan Namira semua kenapa begitu datang bersamaan. Aksan menghela napas berat lalu mengusap wajahnya. Ia melihat sudah pukul satu siang, pantas saja sejak tadi perutnya berbunyi sepertinya cacing-cacing di