Mama Aksan mengamati kondisi Qonita, hatinya sangat sakit melihat keadaan Qonita yang begitu menyedihkan. Bagaimana tidak trauma hingga depresi, kehilangan suami yang dicintainya beserta bayi yang tinggal menunggu hari kelahiran tentulah sangat menghenyakkan jiwa, memporakporandakan jiwa, terlebih bagi Qonita, Ikhsan adalah tumpuan hidupnya. Mama Aksan adalah saksi dari perjalanan cinta mereka berdua. Qonita yang hanya tinggal dengan paman dan neneknya merasa memiliki keluarga ketika dekat dengan Ikhsan, bagi Mama Aksan, Qonita sudah seperti anaknya sendiri. Hidup Qonita yang memprihatinkan membawa Ikhsan pada cinta yang tulus, perjalanan cinta mereka terjalin dari persahabatan yang saling membutuhkan. Meski Ikhsan punya saudara kembar tapi perbedaan karakter membuat mereka tak pernah saling akur terlebih Aksan memeliki ego yang lebih besar dan Ikhsan lebih sering mengalah. Mama Aksan mengelus rambut Qonita, Qonita menatap terus wajah Mama Aksan, dahinya mengernyit mungkin dia teng
"Dari mana Nilam tahu soal perasaanku pada Qonita?" gumam Aksan.Ya, semenjak mendengar ucapan Nilam yang memojokkannya dengan pertanyaan soal perasaannya pada Qonita membuat Aksan berpikir keras dari mana Nilam tahu hal itu padahal itu adalah hal yang sangat dijaga kerahasiaannya oleh Aksan. Tak ada yang tahu soal itu, Aksan menutup rapat soal perasaannya pada Qonita tak pernah ia ungkapkan pada siapapun, kecuali pada teman-teman genk nya ketika di SMA itu pun dia bilang hanya bercanda dan tak tahu apa mereka menanggapinya serius atau bercanda. Mendadak Aksan menjadi sangat takut dengan Nilam, kini ia tak bisa menjadikan apapun sebagai alasan karena Nilam pasti menyangka itu bohong dan ia lebih percaya pada perasaannya kalau Aksan mempertahankan Qonita karena dia mencintainya. Mungkin Aksan adalah lelaki jahat, mencintai dua perempuan tapi Aksan tak bisa menolak itu, ketika pertama kali melihat foto Nilam desiran itu hadir dan Aksan menerima perjodohan itu dengan hati senang, terle
"Ada apa?" tanya Nilam ketus. "Di suruh masuk dulu nak, gak baik di luar gini."Ibu menengahi dan berlalu dengan sikap yang ia hadirkan untuk menutupi perasaannya, Nilam mempersilahkan Aksan masuk."To the point aja, ada perlu apa? Kalau kamu bermaksud buat membujukku untuk tidak menggugat cerai, maaf aku tidak bisa. Keputusanku sudah bulat. Aku baru pulang dari rumah mengambil semua persyaratan untuk pengajuan gugatan ke pengadilan. Jadi sebaiknya kamu siapkan diri untuk menerima surat panggilan dari pengadilan dan berusahalah untuk bersikap kooperatif agar mudah, kalau kita cepat cerai kamu kan bisa dengan cepat berbahagia sama cinta pertama kamu itu." Nilam tanpa jeda berbicara dengan tegas dan lugas pada Aksan, hingga membuat Aksan terdiam tak berkutik. "Oh ya, jangan menuntut soal harta gono gini karena aku tak akan menuntut soal rumah yang sudah kamu berikan padaku itu, aku menghibahkannya, mobil yang kamu pakaipun silahkan kamu pakai saja khawatir pacar kamu itu kepanasan, s
Bi Jum mulai bercerita bagaimana ia bisa tahu soal rencana pembunuhan tante Indri pada Papa dan Ikhsan, sayang Bi Jum tak memiliki bukti yang kuat soal itu tapi Aksan tentu memilIiki banyak cara untuk bisa membuat tante Indri mendapatkan balasan atas perbuatannya."Kenapa bibi merahasiakannya?" tanya Aksan."Bibi takut den, saat kepergok Bibi langsung ditarik masuk kamarnya dan diancam dengan pisau buah yang ada di atas meja di kamarmya den, bibi benar-benar takut saat itu."Aksan cukup paham kondisi itu, dia terduduk lalu mengusap wajahnya kasar, pikirannya betul-betul rumit. Mana yang harus dia lalukan saat ini, mamanya meminta untuk mengurus rumah tangganya sedangkan Ibu Nilam menyuruh mengurus kematian papa dan kembarannya. "Argh ...."Aksan berteriak meluapkan semya emosi yang mengendap dalam jiwanya, tetiba dia teringat atas kejadian yang baru saja ia alami, dimana melihat mama Indri memberikan sesuatu pada seorang lelaki. Pantas saja ia ingin mengrjar kedua lelaki itu. Pikira
"Mama tenang saja, aku akan mengusut tuntas kasus ini, lihat saja perempuan itu tak akan kubuat hidup tenang." Aksan mengepalkan tangannya, memukul-mukulkan pada telapak tangan yang satunya, tatapan matanya seolah menggambarkan emosi yang tertahan dan siap untuk membongkar semua kejahatan mama Indri."Ibu mau beristirahat dulu," ucap Mama Aksan.Mama Aksan pun bangkit dari duduknya dan meninggalkan Aksan bersama Namira, tentu saja kesempatan itu Aksna gunakan untuk mengenal perempuan yang sudah menolong mamanya itu. Aksan sempat canggung tapi dia berusaha mengkondisikan dirinya, berdehem hingga Namira pun menyadari keberadaan Aksan yang memang sejak tadi memperhatikannya."Mas Aksan masih ada perlu?" tanya Namira."Ehmm ... Nggak cuma saya mau ngobrol sebentar, boleh?" tanya Aksan."Oh, silahkan. Ada apa ya?" tanya Namira."Begini, dari sejak bertemu saya belum mengucapkan terima kasih karena kamu sudah menolong mama saya, kalau bukan karena kamu mungkin entah apa yang akan terjadi
"Kenapa sih?" tanya Sesil melihat tingkah Nilam yang aneh.Belum sempat Nilam menjawab lelaki itu sudah berdiri di hadapannya. "Nilam ...," bisik Sesil.Nilam mengarahkan pandangannya ke arah Sesil dan Sesil memberi tanda jika orang yang ditunggunya sudah datang. Perlahan Nilam mengangkat kepalanya dan menyapa lelaki yang tepat di duduk di depannya."Nilam???" Lelaki itu menyembut nama Nilam, terlihat sangat terkejut, telunjuknya menunjuk ke arah Nilam dan Nilam pun tersenyum memperlihatkan barisan giginya. "Bapak kenal?" tanya Sesil."Kalau gak salah orang ini sih adik tingkat saya, dulu di ospek sama saya dan dia ini ...."Lelaki itu menghentikan ucapannya, Nilam merasa tak enak hati."Gak nyangka bisa bertemu lagi ya Kak," ucap Nilam cengengesan. "Iya, apesnya kita ketemu sebagai bos dan karyawan. Eh, tunggu-tunggu ... Kamu ngapain kerja di perusahaan orang, bukannya mertua kamu punya perusahaan dengan banyak cabang, ayah kamu pun seorang pengusaha yang bergerak di bidang logis
"Den Aksan di penjara," ucap Bi Jum gemetar.Mama Aksan terkejut bukan maim mendengar hal itu, ia membungkam mulutnya. Tanpa komando air matanya sudah membasahi pipinya, mama Aksan tak percaya dengan kabar yang dibawa Bi Jum. Sudah beberapa hari anaknya itu memang tak terlihat bahkan menghubungi saja tidak, Mama Aksan pikir anaknya tengah menyelesaikan persoalan rumah tangganya sesuai permintaannya tapi ternyata justru kabar mengejutkan yang diterima Mama Aksan.Namira mencoba menenangkan Mama Aksan, merangkulnya dan mengusap punggung perempuan paruh baya itu. "Coba ibu jelaskan kenapa Aksan sampai bisa di penjara?" minta Namira.Bi Jum tampak berat untuk menceritakannya, ia pun menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Bersiap untuk menceritakan semuanya."Sepulang dari sini beberapa hari yang lalu, Dan Aksan mengurung diri, ia tak pergi ke kantor bahkan tak keluar kamar sama sekali, bibi sampai mengantarkan makanan dan menyimpannya di depan pintu, entah apa yang sedang dilakukan
Jauh sebelum Mbak Tami menuju bengkel, tim penyidikan dari pihak kepolisian sudah melakukan penyidikan atas laporan atau dugaan yang terjadi pada kecelakaan papa dan Ikhsan. Lalu mereka melakukan penyelidikan hingga akhirnya dapat melakukan penangkapan Mama Indri di rumahnya karena dari hasil penyelidikan, kabel rem di kap mobil telah dirusak dengan sengaja hingga pengendara tak bisa menghentikan tabrakan yang sengaja dihalangi oleh orang suruhan Mama Indri, menyusul di tahan.Kerja cepat pihak kepolisian tentu bukan tanpa sebab selain kejahatan memang harus segera ditindak tapi jika kita ingan papa Aksan adalah orang yang cukup memiliki nama di kota itu, meski Aksan telah mencorengnya, tapi melihat kesungguhan dan keberanian Aksna mengakui kesalahannya dan berani melaporkan kejadian yang sebenarnya adalah yang patut dihargai oleh karena itulah polisi dengan cepat menangani kasus itu.Pertemuan Mama Indri dan Mama Aksan yang menimbulkan kegaduhan karena sama-sama menyimpan emosi. Mama