"Ada apa?" tanya Nilam ketus. "Di suruh masuk dulu nak, gak baik di luar gini."Ibu menengahi dan berlalu dengan sikap yang ia hadirkan untuk menutupi perasaannya, Nilam mempersilahkan Aksan masuk."To the point aja, ada perlu apa? Kalau kamu bermaksud buat membujukku untuk tidak menggugat cerai, maaf aku tidak bisa. Keputusanku sudah bulat. Aku baru pulang dari rumah mengambil semua persyaratan untuk pengajuan gugatan ke pengadilan. Jadi sebaiknya kamu siapkan diri untuk menerima surat panggilan dari pengadilan dan berusahalah untuk bersikap kooperatif agar mudah, kalau kita cepat cerai kamu kan bisa dengan cepat berbahagia sama cinta pertama kamu itu." Nilam tanpa jeda berbicara dengan tegas dan lugas pada Aksan, hingga membuat Aksan terdiam tak berkutik. "Oh ya, jangan menuntut soal harta gono gini karena aku tak akan menuntut soal rumah yang sudah kamu berikan padaku itu, aku menghibahkannya, mobil yang kamu pakaipun silahkan kamu pakai saja khawatir pacar kamu itu kepanasan, s
Bi Jum mulai bercerita bagaimana ia bisa tahu soal rencana pembunuhan tante Indri pada Papa dan Ikhsan, sayang Bi Jum tak memiliki bukti yang kuat soal itu tapi Aksan tentu memilIiki banyak cara untuk bisa membuat tante Indri mendapatkan balasan atas perbuatannya."Kenapa bibi merahasiakannya?" tanya Aksan."Bibi takut den, saat kepergok Bibi langsung ditarik masuk kamarnya dan diancam dengan pisau buah yang ada di atas meja di kamarmya den, bibi benar-benar takut saat itu."Aksan cukup paham kondisi itu, dia terduduk lalu mengusap wajahnya kasar, pikirannya betul-betul rumit. Mana yang harus dia lalukan saat ini, mamanya meminta untuk mengurus rumah tangganya sedangkan Ibu Nilam menyuruh mengurus kematian papa dan kembarannya. "Argh ...."Aksan berteriak meluapkan semya emosi yang mengendap dalam jiwanya, tetiba dia teringat atas kejadian yang baru saja ia alami, dimana melihat mama Indri memberikan sesuatu pada seorang lelaki. Pantas saja ia ingin mengrjar kedua lelaki itu. Pikira
"Mama tenang saja, aku akan mengusut tuntas kasus ini, lihat saja perempuan itu tak akan kubuat hidup tenang." Aksan mengepalkan tangannya, memukul-mukulkan pada telapak tangan yang satunya, tatapan matanya seolah menggambarkan emosi yang tertahan dan siap untuk membongkar semua kejahatan mama Indri."Ibu mau beristirahat dulu," ucap Mama Aksan.Mama Aksan pun bangkit dari duduknya dan meninggalkan Aksan bersama Namira, tentu saja kesempatan itu Aksna gunakan untuk mengenal perempuan yang sudah menolong mamanya itu. Aksan sempat canggung tapi dia berusaha mengkondisikan dirinya, berdehem hingga Namira pun menyadari keberadaan Aksan yang memang sejak tadi memperhatikannya."Mas Aksan masih ada perlu?" tanya Namira."Ehmm ... Nggak cuma saya mau ngobrol sebentar, boleh?" tanya Aksan."Oh, silahkan. Ada apa ya?" tanya Namira."Begini, dari sejak bertemu saya belum mengucapkan terima kasih karena kamu sudah menolong mama saya, kalau bukan karena kamu mungkin entah apa yang akan terjadi
"Kenapa sih?" tanya Sesil melihat tingkah Nilam yang aneh.Belum sempat Nilam menjawab lelaki itu sudah berdiri di hadapannya. "Nilam ...," bisik Sesil.Nilam mengarahkan pandangannya ke arah Sesil dan Sesil memberi tanda jika orang yang ditunggunya sudah datang. Perlahan Nilam mengangkat kepalanya dan menyapa lelaki yang tepat di duduk di depannya."Nilam???" Lelaki itu menyembut nama Nilam, terlihat sangat terkejut, telunjuknya menunjuk ke arah Nilam dan Nilam pun tersenyum memperlihatkan barisan giginya. "Bapak kenal?" tanya Sesil."Kalau gak salah orang ini sih adik tingkat saya, dulu di ospek sama saya dan dia ini ...."Lelaki itu menghentikan ucapannya, Nilam merasa tak enak hati."Gak nyangka bisa bertemu lagi ya Kak," ucap Nilam cengengesan. "Iya, apesnya kita ketemu sebagai bos dan karyawan. Eh, tunggu-tunggu ... Kamu ngapain kerja di perusahaan orang, bukannya mertua kamu punya perusahaan dengan banyak cabang, ayah kamu pun seorang pengusaha yang bergerak di bidang logis
"Den Aksan di penjara," ucap Bi Jum gemetar.Mama Aksan terkejut bukan maim mendengar hal itu, ia membungkam mulutnya. Tanpa komando air matanya sudah membasahi pipinya, mama Aksan tak percaya dengan kabar yang dibawa Bi Jum. Sudah beberapa hari anaknya itu memang tak terlihat bahkan menghubungi saja tidak, Mama Aksan pikir anaknya tengah menyelesaikan persoalan rumah tangganya sesuai permintaannya tapi ternyata justru kabar mengejutkan yang diterima Mama Aksan.Namira mencoba menenangkan Mama Aksan, merangkulnya dan mengusap punggung perempuan paruh baya itu. "Coba ibu jelaskan kenapa Aksan sampai bisa di penjara?" minta Namira.Bi Jum tampak berat untuk menceritakannya, ia pun menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Bersiap untuk menceritakan semuanya."Sepulang dari sini beberapa hari yang lalu, Dan Aksan mengurung diri, ia tak pergi ke kantor bahkan tak keluar kamar sama sekali, bibi sampai mengantarkan makanan dan menyimpannya di depan pintu, entah apa yang sedang dilakukan
Jauh sebelum Mbak Tami menuju bengkel, tim penyidikan dari pihak kepolisian sudah melakukan penyidikan atas laporan atau dugaan yang terjadi pada kecelakaan papa dan Ikhsan. Lalu mereka melakukan penyelidikan hingga akhirnya dapat melakukan penangkapan Mama Indri di rumahnya karena dari hasil penyelidikan, kabel rem di kap mobil telah dirusak dengan sengaja hingga pengendara tak bisa menghentikan tabrakan yang sengaja dihalangi oleh orang suruhan Mama Indri, menyusul di tahan.Kerja cepat pihak kepolisian tentu bukan tanpa sebab selain kejahatan memang harus segera ditindak tapi jika kita ingan papa Aksan adalah orang yang cukup memiliki nama di kota itu, meski Aksan telah mencorengnya, tapi melihat kesungguhan dan keberanian Aksna mengakui kesalahannya dan berani melaporkan kejadian yang sebenarnya adalah yang patut dihargai oleh karena itulah polisi dengan cepat menangani kasus itu.Pertemuan Mama Indri dan Mama Aksan yang menimbulkan kegaduhan karena sama-sama menyimpan emosi. Mama
"Sayang ...."Nilam terpaku dengan panggilan itu dan kedua pasang itu saling bertemu, ada kerinduan dan cinta terlihat dari keduanya. "Mas ...."Nilam menyapa Aksan dengan pelan nyaris tak terdengar, inilah yang tak ia sukai dengan pertemuan ini. Pasti ada rasa di mana dirinya akan merasakan sebuah kegalauan akan keputusan yang sudah dibuat. Melihat Aksan yang rela berada di jeruji besi membuatnya iba dan rasanya kejam jika ditambah dengan menggugatnya bercerai, istri macam apa dirinya itu. Ya itu yang hadir dalam diri Nilam setelah melihat kondisi Aksan."Mas senang kamu datang, kamu makin kurus saja sayang ...." Nilam terlihat salah tingkah dengan tatapan suaminya itu, ia memang mengalami penurunan berat badan, meski makannya tak berkurang mungkin efek stress yang dialaminya membuat makanan gak berpengaruh sama berat badannya. "Permasalahan yang aku hadapi terlalu berat mas, hingga mungkin badanku lelah." Nilam berusaha untuk tetap tegar, ia tak mau terlihat lemah di hadapan Ak
"Tidak kah hatimu tersentuh dengan segala hal yang sudah Aksan lakukan untuk mendapat kesempatan tetap bersamamu?" tanya Mama Aksan.Nilam terdiam, dia masih tak mengucapkan apapun seolah memberikan kesempatan pada Mama Aksan untuk meluapkan semua pengharapannya. "Semoga hati kamu terketuk dan bisa memberikan kesempatan pada Aksan, Tuhan saja maha pemurah Nilam, dia memberikan kesempatan pada Aksan untuk hidup lebih baik kenapa kamu tidak?"Kali ini ucapan Mama Aksan membuat Nilam melirik Mama Aksan dan dengan cepat membuang pandangannya. Dia seolah memojokkan Nilam jika sudah membawa nama Tuhan, karena tak ada manusia mana pun di muka bumi ini yang ingin dipojokkan dengan dibandingkan dengan Tuhan, Tuhan itu tak ada bandingannya, Ia ialah Sang Maha jadi Nilam merasa tak enak mendengar ucapan Mama Mertuanya itu."Bu, kita tak pernah tahu bagaimana luka yang dialami Nilam. Saya tak bisa menyalahkan atau meminta Nilam kembali karena yang berhak menentukan kebahagiaan bagi Nilam ya dia