Share

MONSTER
MONSTER
Author: Titiw0901

PROLOG

Author: Titiw0901
last update Last Updated: 2021-05-01 14:41:22

Oseana Blue. Nama yang cantikkan? Kata ayah itu nama pemberian bunda sebelum dia meninggal. Iya, bunda meninggal ketika melahirkanku.

Awalnya saat tahu fakta itu diumur 7 tahun, aku sempat membenci diriku sendiri. Tapi ayah bilang, " justru ayah bersyukur karena perjuangan bunda tidak sia-sia. Dia berhasil melahirkan seorang anak perempuan yang cantik. Soal bunda meninggal itu bukan salah kamu Blue... Itu adalah takdir tuhan. Ayah senang kamu disini setidaknya kamu masih tetap tinggal dan menemani ayah." Dia bahkan berkata seperti itu sambil mengusap kepalaku.

Sejak ayah mengatakan itu aku merasa lega dan berhenti menyalahkan diri sendiri.

Walaupun ada beberapa anggota keluarga dari pihak bunda yang mengatakan aku penyebab bunda meninggal, aku selalu berusaha untuk tidak mengambil hati. Apalagi ayah selalu membelaku.

Pernah sekali aku bertanya ke ayah, "Ayah, kenapa bunda memberiku nama Oseana Blue?" 

"Karena bunda kamu mau setiap kali ayah berlayar, ayah selalu mengingat kamu." 

Alasan yang sangat cantik, kan? 

Ayahku memang bekerja sebagai  Nahkoda. Dia sering melaut dan jarang kerumah. Aku lebih sering tinggal bersama bik Ina dan beberapa pengurus rumah. Tapi, setiap pulang ayah selalu berusaha memberikan seluruh waktunya untukku. Padahal aku tau dia pasti lelah dan ingin istirahat tapi ayah keukeuh ingin menemaniku. Katanya, "ayah nggak mau kamu tidak merasa disayangi." Padahal aku tidak pernah berpikir seperti itu.

Ayahku memang ayah yang hebat. Wajar aku sangat menyayanginya. Bahkan aku menganggap dia sebagai cinta pertamaku, setidaknya sampai umur 17 tahun. Karena tepat sehari setelah ulang tahunku, aku melihat seorang laki-laki disekolah yang menarik perhatianku. 

Namanya Jenan Sky Nomand. Dia adalah laki-laki yang sangat tampan dan pintar. Seluruh penjuru sekolah pasti kenal dia. Aku yakin kalau tembok bisa bicara pasti dia juga membicarakan Jenan.

Sayangnya Jenan itu terlalu misterius dan sedikit.. aduh gimana ya aku menyebutnya, galak? sebenarnya tidak sedikit juga sih karena satu sekolah memberinya julukan 'monster'.

Sejujurnya, menurutku Jenan tidak sejahat itu sampai harus disebut monter. Aku yakin kalo bilang begini didepan sahabatku Irish dia langsung menyaut, "pala bapakmu!".

Tapi serius menurutku dia tidak sejahat itu. Jenan tidak pernah mencari perkara lebih dulu, dia hanya membalas perlakuan orang-orang kalau menurutnya mengganggu. Ya, walaupun kadang balasannya sampai membuat orang itu jatuh pingsan bahkan aku pernah dengar katanya ada yang koma. 

Tapi tetap dimataku Jenan tidak sejahat itu. Ah... Apakah ini yang disebut cinta itu buta? 

Tapi seberapa besar cintaku pada Jenan tetap saja dia tidak bisa kugapai. Karena sudah jadi rahasia umum kalau Jenan hanya menyukai perempuan bernama Alice Kyle. 

Alice Kyle adalah gadis blasteran. Dia terkenal dikalangan siswa karena cantik. Memang sih wajahnya itu benar-benar menonjol apalagi hidungnya itu, sangat mancung. Tapi selain itu bakat Alice juga menonjol, dia punya suara yang merdu dan otak yang pintar walaupun tidak sepintar Jenan, tetap saja dia masuk kedalam jajaran pelajar pintar disekolah. Makanya sangat wajar  kalau Jenan hanya menyukai Alice dan menolak perempuan lain. 

Apalagi kalau dibandingkan denganku, tentu saja sangat berbanding jauh. Ibaratnya Alice itu seratus aku hanya nol koma satu. Sangat menyedihkan.

Karena hal itulah aku memutuskan untuk mencintai Jenan dalam diam.

Aku sudah berdiskusi dengan logika dan perasaanku.  Aku juga berdiskusi dengan visual dan bakatku dan memang itulah keputusan yang tepat. Mungkin aku akan berani mengungkapkan perasaanku kalau wajahku mirip Irene redvelvet, tapi itu mustahilkan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MONSTER   CHAPTER 11

    Sesuai janjinya, Jenana datang ke rumahku jam empat sore... Ah, bahkan dia datang jam empat kurang lima menit. Katanya, daripada telat lebih baik datang lebih cepat. Ya, bagus sih. Aku tidak suka orang telat. Seperti Irish contohnya. Sebelum Jenan kesini, aku sudah mempersiapkan diri dari jam dua, mengobrak-abrik lemari untuk mencari baju yang paling terlihat bagus di tubuhku, tapi semuanya sama aja. Tidak ada satupun baju yang berhasil membuatku jadi lebih cantik, jadi aku memutuskan untuk memakai kemeja abu dan rok sebatas lutut berwarna hitam. Untuk rambut aku hanya memakai beberapa jepitan bentuk mutiara di sebelah kanan. Wajahku juga ku poles sedikit dengan make up, terutama di bagian bibir yang ku rias dengan warna pink dibagian luar bibir dan merah di bagian dalam bibir. Saat berkaca aku merasa puas, ya walaupun wajahku tidak berubah seperti Irene tapi setidaknya aku terlihat lebih segar dan tidak pucat. Anggaplah aku sedang memuji di

  • MONSTER   CHAPTER 10

    Aku tidak paham dan sejujurnya tidak mau mengerti juga. Aku tidak bisa mengabaikan dia ketika datang kesini dengan wajah babak belur. Logikaku bilang kalau seharusnya aku tadi menutup pintu sekencang-kencangnya di depan wajahnya untuk menyuarakan kekesalanku. Tapi nyatanya, aku tidak bisa. Membeku, aku hanya diam, menunggu dia akan mengatakan apa. Malam-malam, tepat ketika aku mau tidur tiba-tiba handphoneku berbunyi. Jenan, iya laki-laki itu mengirimkan ku pesan kalau dia sudah ada di depan rumahku. Demi Tuhan, aku ingin sekali mengabaikannya. Dia hanya mengirimkan pesan sesingkat itu sekali, harusnya itu jadi hal mudahkan? Tapi nyatanya tidak. Dengan terburu-buru aku membuka pintu dan benar dia ada didepan rumahku dengan wajah penuh luka dan ekspresi datar. Seolah-olah dia bukan manusia yang bisa merasakan sakit. "Obatin." Dengan singkatnya dia menyuruhku seperti itu.

  • MONSTER   CHAPTER 9

    Sudah hampir sepuluh kali aku menghela nafas berat. Bukan tanpa sebab, aku sekarang benar-benar merasa seperti orang galau.Tiga hari, ah tidak dengan hari ini jadi empat hari, aku tidak melihat orang yang ku anggap sebagai pacarku.Jenan.Setelah kejadian itu entah kenapa dia seperti menghilang. Dia tidak menjemputku, dia tidak ku temukan disekolah apalagi ke rumahku.Kenapa kelas ini jadi membosankan sih?Tidak ada yang menyenangkan sama sekali apalagi ketika melihat Indri dan beberapa teman perempuan berjoget lagu DJ yang akhir-akhir ini sering aku dengar.Aku berdecak malas. Aish menyebalkan! Kenapa sih jam pertama malah kosong? Padahal aku suka pelajaran seni budaya."Lo kenapa sih anjir?" Tanya Irish yang tidak tahan melihatku seperti itu.Alih-alih menjawab aku hanya kembali berdecak dan ternyata itu mengundang niat Irish untuk menjitak kepalaku.Dengan sigap aku menghindari niat b

  • MONSTER   CHAPTER 8

    "Ana kan?""Lo kenapa?"Aku mengangkat kepala dan mengerenyitkan alis melihat laki-laki yang ada dihadapanku.Wajahnya tidak asing. Dia itu Mario salah satu teman Irish yang mau dikenalkan padaku. Dia kakak kelas, beda setahun denganku."Kak Mario?" Tanyaku sambil mengusap mataku yang terasa perih karena menangis."Iya," jawabnya,"lo ngapain dipinggir jalan sambil nangis kayak gini?"Mendengar pertanyaannya wajahku kembali menyendu dan mataku berkaca-kaca.Kak Mario langsung menatapku panik, "eh, jangan nangis." Ucapnya sambil mengusap air mataku yang mulai jatuh.Aku hanya menggelengkan kepala. Rasanya sesak sekali, aku tidak bisa menahan tangisanku dan mulai kembali terisak.Memang dari dulu aku itu cengeng. Apalagi kalau merasa disakiti aku akan menangis sangat lama."Udah dong nangisnya," bujuk kak Mario yang membuatku malah semakin ingin menangis."Kalau kayak

  • MONSTER   CHAPTER 7

    Selama beberapa hari agenda jemput mejemput sudah seperti kewajiban, begitu juga dengan pulang sekolah. Dan setiap ke kantin Jenan pasti akan selalu duduk di bangku dimana aku duduk, untuk ini Irish sempat protes padaku tapi aku tidak bisa membantu apa-apa.Semuanya berjalan sangat normal, dalam pandanganku. Bahkan aku berusaha bertingkah seperti pacar sungguhan, walaupun responnya masih biasa saja setidaknya dia tidak memandangku aneh atau menolaknya.Sekarang pun aku dan dia sedang duduk berdua di taman sekolah atau biasa disebut 'tempatnya Jenan'.Tidak ada yang kami lakukan. Hanya duduk berdua dan dia melamun.Aku sesekali meliriknya kemudian mengalihkan pandanganku ke arah yang dia tatap. Aku tidak tahu bagaimana perasaan Jenan, tapi jujur saja aku menikmati ini.Sebenarnya kami bisa kesini karena guru sedang ada rapat dadakan. Alih-alih di pulangkan, sekolahku lebih memilih untuk membebaskan siswa/siswinya tapi menutup pagar sekolah ra

  • MONSTER   Yang sebenarnya...

    Setelah Irish dan Ana pergi. Jenan berusaha menulikan telinganya karena orang-orang yang ada di kantin semakin kencang membicarakan mereka.Apalagi kumpulan geng yang disindir oleh Irish. Bukan merasa bersalah, mereka justru merasa kesal dan terhina."Siapa sih yang gebrak meja?" Tanya Clara dengan kesal. Dia bisa dibilang ketua di geng itu."Itu Irish anjir. Dia anak karate. Dia se eskul sama gue." Jawab Laras."Kita harus hajar dia sama si Asean pokoknya!" Titah Clara bak ratu."Bener banget. Sialan harga diri gue serasa jatoh banget." Timpal Tia."Tapi itu njir... Irish tuh anak karate tingkatannya udah tinggi nanti yang ada kita babak belur." Ingat Laras, "tapi kalo si Asean sih nggak masalah keliatan dia lemah gitu." Lanjutnya.Clara menganggukan kepalanya, "bener juga sih." Ucapnya setuju, "gini aja deh kita hajar aja tuh si Asean. Gimana? Lo setuju dit?""Gue?" Tanya nya, "gue sih jelas oke aja. Atu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status