Share

KENAPA AKU TERLALU BODOH?

Author: Hwali
last update Huling Na-update: 2022-09-15 14:24:48

Setelah menyelesaikan urusan secepat kilat, mereka berempat termasuk saksi yang disewa Tiffany keluar dari ruangan dengan berbagai macam ekspresi.

Vio keluar dengan langkah gontai, Tiffany melihat foto-foto yang diambilnya tadi, sekretaris melaporkan sesuatu ke atasannya sementara si Tuan Punya Segalanya hanya diam mendengarkan.

Vio melirik Alex. Ia tidak terlalu mendengar namanya karena pusing memikirkan kesalah pahaman ini lalu bagaimana kalau tunangannya tahu soal ini?

"Ini." Alex memberikan sesuatu ke Vio.

Vio melihat barang di tangan Alex lalu menatap matanya. "Handphone?"

"Saya lihat handphone kamu tidak layak, jadi pakai ini saja. Handphone kedua saya untuk sementara."

"Wah, inikan handphone mahal!" seru Tiffany sambil membandingkan dengan handphonenya. "Kita kembaran jadinya."

Rasanya Vio ingin mengeplak kepala Tiffany.

"Disana ada nomor saya."

"Ini-" Vio hendak mengatakan sesuatu.

"Nanti saya hubungi kamu lewat handphone ini." Alex melihat jam tangannya lalu pergi bersama sekretaris meninggalkan Vio yang berdiri termenung sambil memegang handphone barunya.

"Selamat ya nyonya." Kikik Tiffany.

Vio menghela napas. Ia malas menjelaskan kesalahpahaman ini, besok ajalah.

"Kamu mau kemana?" tanya Tiffany sambil mengejar Vio.

Vio hendak mengatakan sesuatu tapi ditahannya. "Aku pulang dulu."

"Oh, oke." Tiffany mengangguk lalu mengekori Vio.

Vio menggenggam erat handphone barunya. Sebenarnya kemana kamu Ki?

Setelah hampir dua jam berputar-putar dengan sepeda motornya, ia memutuskan pergi ke apartemen tunangannya lebih tepatnya apartemen bersama karena tunangannya memasrahkan apartemen ini ke dirinya.

Siapa tahu Kiki tertidur atau bisa saja hanpdhone mati.

Ia hendak masuk ke dalam apartemen tapi dihadang satpam.

Vio terkejut.

"Maaf, anda siapa?"

"Saya tunangannya Kiki Sanjaya."

Satpam itu mengerutkan kening, menilai penampilan Vio dari atas sampai bawah.

"Jangan bohong!"

"Apa?"

"Semalam, Ceo Sanjaya datang bersama tunangannya."

"Mungkin saja itu sekretaris atau temannya."

"Tidak mungkin, Ceo sendiri yang bilang."

"Tapi..."

Satpam itu mendorong mundur Vio. "Ini tempat elit, kamu pasti wartawankan? dari penampilan lusuh aja sudah kelihatan."

"Tapi aku sering kesini."

"Ada apa ini?" tanya satpam senior.

"Ini, ada perempuan mengaku tunangan Ceo Sanjaya."

Satpam senior itu menatap terkejut Vio. "Nona Vio."

Vio berjalan ke satpam senior. "Ada apa ini, kenapa tunanganku bersama wanita lain?"

Satpam senior menatap tajam juniornya. "Apa kamu sudah lupa dengan peraturan disini?"

Satpam junior hendak mengatakan sesuatu.

"Nyonya."

Semua orang menoleh ke sumber suara.

"Sekretaris tadi-" Vio menunjuk sekretaris berkacamata itu dengan bingung.

"Nama saya Eric."

Vio tersenyum canggung sekaligus panik. Ia masih memikirkan kondisi tunangannya, apa ia lagi kerja di dalam kamar?

Eric berdehem. "Bagaimana kalau anda ikut saya mengambil pakaian atasan saya?"

"Ya?"

"Suami anda membutuhkan pakaian ganti dan sepertinya belum makan dari pagi, anda bersedia memasakan sesuatu?"

Vio menggigit bibir bawahnya.

"Mungkin saja, saya bisa mengantar anda bertemu dengan ke.na.lan anda." Eric menekan kalimat kenalan untuk memperingatkan Vio.

Vio bergidik ngeri.

Satpam senior hendak mengatakan sesuatu.

Eric membetulkan letak kaca matanya. "Jangan lupa, apartemen ini milik siapa."

Satpam senior dan junior menjadi salah tingkah.

Eric mempersilahkan Vio berjalan dulu. "Nyonya."

Vio mengangguk lalu jalan duluan. Ia masih mengingat seluk beluk apartemen ini, sudah sering ia kesini untuk menemani Kiki.

Di dalam lift, Eric melihat ekspresi cemas nyonya-nya. Ia mengerutkan kening tidak mengerti, kenapa atasannya memutuskan menikah dengan perempuan semacam ini? kemampuan sosial nol bahkan ia bisa digertak satpam. Kalau memang itu tunangan, harusnya bisa bersikap tegas.

"Selera tuan memang unik."

Vio balik badan dan menatap Eric. "Ya?"

Eric menunjukan senyum bisnisnya.

TING

Eric melirik nomer gedung. 28. "Nyonya-"

"Saya ingin bertemu seseorang sebentar lalu pergi ke kamar dia."

Eric hanya tersenyum dan mengikuti Vio.

Sesampainya di depan pintu, ia menatap pintu dengan ragu.

Eric menjadi tidak sabar. "Nyonya."

Vio memberanikan diri lalu membuka kunci dengan kartu lalu memencet kode.

Pintu terbuka.

Saat pintu terbuka lebar, Vio bisa melihat pemandangan tidak menyenangkan. Pakaian bertebaran kemana-mana dimulai dari depan pintu.

Eric menutup hidungnya dengan sapu tangan dan menaikan dagu dengan angkuh. Ia bisa menebak betapa liarnya semalam dari aroma busuk dan pakaian bertebaran.

Eric melirik Nyonya dan terkejut. Tatapannya sudah berubah, tidak pengecut seperti tadi.

Vio jalan mengikuti arah pakaian bertebaran sementara Eric mengikuti dari belakang, ia tidak mau istri atasannya mendapat masalah.

Vio mendengar suara samar-samar di dalam ruangan.

Eric mengerutkan kening dengan jijik.

Suara erangan dua orang lawan jenis terdengar dari pintu kamar yang terbuka setengah.

"Kamu... bukannya... ah..."

"Apa.. hah?"

Vio mengepalkan kedua tangannya, melihat pemandangan tunangan memunggungi dirinya dengan pinggang bergoyang menjijikan.

"Nyonya-" bisik Eric.

"Bukan... kamu... janji..."

"Berhenti bicara... hah... atau aku akan mengacaukan... hah..."

Rasanya Eric ingin mengacaukan situasi kamar.

"Kamu rekam ini, setelah semua selesai hapus semua jejak kita. Berapa no lantai dan kamar suami saya?" Vio balik badan. Sorot matanya menjadi tegas sekaligus letih.

"Lantai paling atas, gunakan lift khusus. Liftnya akan terbuka menggunakan ini." Jawab Eric dengan suara pelan sambil memberikan kartu ke Vio.

Vio terkejut sebentar lalu mengambil kartu di tangan Eric, "Ada beberapa barang saya disini. Kamu bisa menanganinya?"

"Anda cukup memberitahu saya apa saja."

Vio mengangguk lalu berjalan meninggalkan ruangan.

Eric menatap jijik ke dalam ruangan. Suara mereka cukup keras tadi, tapi sepertinya kebutuhan dan erangan mereka berdua lebih keras.

Tuan besar, anda harus berterima kasih kepada saya.

Sementara Vio di luar berjalan cepat menuju lift khusus yang diberitahukan Eric, dengan kartu ia berhasil membuka lift itu.

Vio masuk ke dalam lift lalu menutup mulutnya dengan punggung tangan dan mulai menitikan air matanya.

Vio tahu kebutuhan fisik pria sangat besar seperti yang dilakukn ayah kandungnya dulu, tapi tetap saja ini sangat menyakitkan.

Selama menjalin hubungan, Vio tidak pernah melakukan hubungan seks dengan tunangannya, mereka hanya berciuman dan berpelukan.

Vio tahu Kiki sangat menyukai model cantik, lalu kenapa mengejarnya yang jelek dan gendut ini?

"Bahkan papa bilang aku kerbau, tapi kenapa kamu mengejarku?"

Vio tidak mengerti jalan pikiran Kiki.

TING

Vio menghapus air matanya dengan punggung tangan lalu mengangkat kepalanya.

Ia terkejut.

Rupanya ini penthouse, begitu pintu lift terbuka ia sudah melihat pemandangan mewah ruang tamu dengan air mancur.

Vio keluar dari lift melihat sekeliling ruangan dengan takjub. Tapi aneh, sepertinya ia pernah melihat ruangan seperti ini.

Vio menggelengkan kepala lalu berjalan mencari kamar suaminya.

Vio membuka pintu dan sekali lagi takjub melihat isi kamar yang dua kali lipat dari rumah mungilnya. Bukan, bahkan lebih dari itu.

Vio membuka pintu satu lagi dan rasanya ingin menangis. Berapa harga isi ruangan ini? kemeja, jam tangan, jas semuanya mewah bahkan pakaian tidur saja bermerk

Kenapa ia tahu? karena ia sering melihat di media sosial soal barang bermerk.

Vio meletakan tas ranselnya lalu mengeluarkan handphone yang diberikan suami.

Dia menelepon suaminya.

"Hallo."

Vio memejamkan matanya sebentar. Ah, suara ini sexy dan dalam sekali.

"Vio?"

Vio tersadar dari lamunannya. "Saya dengar anda membutuhkan baju ganti jadi anda ingin baju yang bagaimana?"

Tidak ada jawaban.

Vio melihat handphonenya. Masih tersambung. Lalu mengucapkan hallo.

"Saya hanya membutuhkan kemeja, celana panjang dan jas. Jangan lupa pakaian dalam."

Wajah Vio memerah begitu mendengar pakaian dalam.

"Kenapa kamu- dimana Eric?"

"Ah, saya membutuhkan bantuannya jadi saya mengambil alih tugasnya."

"Kamu baik-baik saja?"

Rasanya aneh mendengar pertanyaan itu dari orang asing.

"Saya akan siapkan barangnya," tutup Vio. Dia masih tidak ingin mengatakan perasaanya sekarang ke orang lain meskipun itu suaminya sendiri.

Vio menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. "Sepertinya hari ini aku sibuk."

Menunggu lama dengan cemas, pernikahan yang salah, diusir satpam, tunangan berselingkuh lalu melihat takjub penthouse ini benar-benar menghabiskan energinya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MY DEAR HUSBAND, CAN I CRUSH OUR MARRIAGE?   MIMPI VIO

    Meskipun Trisna sudah diam tidak membalas, Cholis masih mengomel sepanjang perjalanan."Aku sudah bilang untuk tidak ikut mendekati Alex. Dia memang kaya, bule dan ganteng tapi dia tidak sama dengan kita. Suruh Cholina menjauh, aku tidak suka dia mendekat."Trisna menjawab ya dengan nada pelan."Kamu juga buat apa telepon ibu Vio? Mau marah? Untuk apa? Tidak ada gunanya!"Trisna tidak suka sang suami terlihat membela Oran di matanya. "Apakah kamu masih mengharapkan Oran?""Apa?""Lagipula nama apa itu? Oran? Seperti nama asing saja, padahal dia orang Indonesia."Cholis menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan menoleh. "Oran?""Ya, dia menyebut namanya Oran. Katanya dia sudah ganti nama saat Vio memutuskan pulang ke Malang."Cholis terlihat bingung."Oran dan kamu sudah berpisah, kenapa harus dibahas lagi? Toh, Cholina juga cerita kalau Alex berniat melamarnya. Tidak ada yang salah."Cholis tiba-tiba menonjok pipi Trisna.Trisna menjerit kesakitan sekaligus terkejut.Dengan amarah me

  • MY DEAR HUSBAND, CAN I CRUSH OUR MARRIAGE?   TRISNA

    "Apakah kalian tidak bisa mendengarkan perkataan aku sebagai kepala keluarga?!" Bentak Cholis ke Trisna. "Kenapa kalian tidak pernah bisa patuh? Kalian selalu mengatakan Vio tidak pernah menjadi anak penurut tapi faktanya kalian lebih parah, bahkan Cholina pergi mengejar laki-laki, mengabaikan perusahaan!""Bukan seperti itu, Cholina hanya ingin merindukan Alex. Yang, masa tidak mengerti anaknya sendiri?""Kamu membela Cholina yang pergi tanpa pamit sementara Vio yang izin tidak masuk kerja, kamu maki-maki!""Kenapa sih jadi bahas Vio melulu? Cholina anak kita, dia masih muda dan jika melakukan kesalahan, seharusnya ditegur, bukan dibandingkan.""Dan apa yang kamu lakukan kepada Vio dulu saat dia melakukan kesalahan? Mempermalukannya di depan umum, dia memang tidak pernah bicara tapi kamu yang bicara banyak di depanku. Kamu pikir aku tidak punya otak untuk berpikir?"Trisna tidak berani membantah."Pesan tiket pesawat sekarang, penerbangan terdekat. Aku pergi keluar sebentar." Cholina

  • MY DEAR HUSBAND, CAN I CRUSH OUR MARRIAGE?   ADIK BENCI KAKAKNYA

    Sejak kecil, Cholina selalu mendengar bahwa dirinya anak haram, bundanya seorang pelakor dan yanda mata keranjang. Dia tidak pernah peduli dengan hujatan itu, karena mereka yang menjalani kehidupan, bukan orang lain.Yang paling dibenci Cholina adalah saat Vio datang ke rumah untuk membuat bundanya menangis bahkan mengejek dirinya yang anak haram, tidak bisa mendapat perlindungan hukum. Cholina benci dia, ingin membalasnya dengan pamer hal yang tidak bisa diraih Vio, mendapatkan calon suami kaya raya. Sehingga statusnya sebagai anak haram tidak akan terlihat.Bukankah di zaman sekarang memang begitu? Orang lebih mengutamakan status dan uang. Makanya Cholina tidak akan pernah rela jika ada yang mengambil calon suaminya yang kaya.Cholina yang terlalu buta karena cemburu, menjambak rambut Vio sekuat tenaga. Alex menarik tangan Cholina untuk lepas dari rambut istrinya."Cholina, lepas!" Bentak Alex. "Jangan sentuh Vio dengan tangan kotormu itu!""Aku tidak akan melepasnya! Dia sudah me

  • MY DEAR HUSBAND, CAN I CRUSH OUR MARRIAGE?   KAKAK JAHAT

    Cholina yang sudah tiba di kota tempat Alex berada, segera pergi menuju kantornya dengan jantung berdebar. Tidak mungkin Alex lebih memilih kakak tirinya yang jelek dan gendut, dibandingkan dirinya yang cantik dan memiliki tubuh bagus.Cholina melihat foto di handphonenya. Alex sedang duduk dan serius membaca di ipad sementara dirinya foto di depan seolah menunggu Alex.Cholina menghapus air mata di sudut. Ingin kembali mesra seperti dulu, andaikan dirinya tidak terpengaruh dengan ucapan bundanya, mungkin tidak akan kehilangan Alex."Dimana Alexander?" tanya Cholina fi depan resepsionis, begitu sampai kantor Alex."Maaf, apakah anda sudah ada janji?""Tidak, belum. Buat apa? Saya kekasihnya.""Ah, tapi harus ada janji dulu untuk bertemu.""Gimana sih? Apa Alex tidak kasih tahu ke kalian siapa kekasihnya."Resepsionis hanya menjawab dengan senyuman.Cholina berusaha menghubungi Alex, tidak ada yang angkat. "Kenapa tidak diangkat? Apakah kalian yakin Alex tidak mengatakan apa pun? Kali

  • MY DEAR HUSBAND, CAN I CRUSH OUR MARRIAGE?   AKU AKAN MEMBUATMU LUPA

    "Bunda yakin, Alex tidak akan mengalihkan tatapannya ke anak bunda yang cantik, biar bagaimanapun yang pertama kali bertemu dengan Cholina itu anak bunda, bukan si lemot."Trisna dari awal tidak suka dengan Vio, ketika pertama kali datang ke rumahnya untuk bekerja. Vio telah membuat dirinya bertengkar dengan sang suami, bahkan anak itu juga melakukan banyak kesalahan kecil, intinya anak itu harus diawasi.Trisna lebih suka anak-anaknya menjauh supaya tidak terkontaminasi dengan otak lemot si Vio."Bunda saja pusing mengurusnya, bule itu tidak mau mengurus anak yang tidak bisa mandiri. Anak bunda kan mandiri, bahkan bisa menangani perusahaan dengan baik, jadi jangan takut kehilangan Alex," kata Trisna untuk menghibur putrinya. "Tidak usah memikirkan si lemot, dia tidak memiliki kemampuan banyak jika dibandingkan dengan anak bunda.""Bunda, Alex bule. Dia pasti mencari hal baru, Cholina takut.""Apa yang kamu takutkan? Jangan merendahkan diri kamu, Cholina. Kamu harus bersikap mahal. M

  • MY DEAR HUSBAND, CAN I CRUSH OUR MARRIAGE?   MENANGIS BERSAMA

    Setibanya di parkiran mobil, Eric bertanya kepada Tiffany yang terengah-engah. "Kenapa kalian bertengkar di depan umum? Apa tidak malu dilihat banyak orang?"Tiffany yang berusaha mengatur napas, menjawab. "Aku baru putus, semalam dia membawa wanita lain ke hotel."Eric hendak mengatakan sesuatu lalu terdiam, dia tidak bisa ikut campur ke masalah orang lain. Tiffany menunjuk dada Eric. "Jangan beritahu Vio mengenai hal ini, aku tidak ingin membebaninya.""Saya tidak akan ikut campur masalah ini, saya hanya orang luar.""Kamu sudah menjadi saksi mata." Tiffany menggosok matanya yang mendadak perih. "Aku tidak ingin ada yang tahu-"Eric yang kebingungan melihat stan penjual es krim, menarik tangan Tiffany. "Ada es krim di sana, ayo makan."Tiffany yang akan menangis, menjadi bingung. Hah?-----------Alex sudah mendapatkan tanah tempat untuk mengubur Yibo, di tanah dekat apartemen mewah miliknya.Eric yang membawa tubuh Yibo, mengajak Tiffany ikut.Awalnya Tiffany menolak, tapi berubah

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status