Share

MY DEAR HUSBAND, CAN I CRUSH OUR MARRIAGE?
MY DEAR HUSBAND, CAN I CRUSH OUR MARRIAGE?
Penulis: Hwali

MEMPELAI PRIANYA SALAH

"Duh, tunangan kamu itu kemana sih?" kesal Tiffany sambil melihat jam tangannya.

Vio yang sedari tadi menghubungi tunangannya via handphone, menatap cemas keluar gudang. "Apa dia tersesat?"

Tiffany memutar matanya. "Gak mau nikah sama kamu kali."

Vio menatap cemberut Tiffany.

Tiffany yang menyadari tatapan temannya, nyengir tidak bersalah. "Aku hanya bercanda."

"Kamu coba ke depan, fan. Siapa tahu Kiki sudah di depan terus mau telepon tapi hapenya mati."

Tiffany merasa ingin kremus otak sahabatnya. Gak mungkinlah tersesat, gedung inikan gak besar-besar amat.

"Fan." Rengek Vio sambil menatap cemas ruangan kua.

"Ciri-cirinya apa?"

"Hah?"

"Ya kali, aku tahu tampang tunanganmu. Selama ini 'kan aku cuma dengar ceritanya dari kamu!"

Vio menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mencoba mengingat percakapan tadi pagi di handphone.

"Yang pasti cowok ganteng, tinggi, gagah dan pakai pakaian formal."

Tiffany menatap bodoh sahabat baiknya. "Foto, kamu punya fotonyakan? Selama ini kamu gak pernah kasih aku foto, katanya hubungan kalian privasi."

"Dia bilang harus menjadi penerus keluarganya jadi hubungan kami backstreet."

"Hah?! terus kalian ini posisinya nikah diem-diem?"

Violet mengangguk cepat. "Katanya ingin mengejutkan keluarganya, dia bilang dijodohkan sama orang yang gak disukai dan ingin meresmikan hubungan kami."

Tiffany memijat keningnya. Ya ampun, anak ini bodoh atau polos sih?

"Toh ini baru daftar dulukan?"

Tiffany tidak tega melihat wajah sedih sahabatnya. Ciri-ciri seperti itu gak banyak 'kan? "Aku cari di luar, kalau tidak ketemu. Kita pulang saja!"

"Gak bisa gitu dong, ini sudah direncanakan sejak lama."

Tiffany jalan meninggalkan Violet.

___

Alex melihat dokumen di tangannya.

"Tuan."

Alex balik badan, menatap sekretarisnya.

"Sepertinya nona Cholina tidak akan datang."

Alex menaikan salah satu alisnya.

"Nona tadi menelepon, katanya sedang meeting bersama ayahnya."

Alex menarik sudut mulutnya.

"HEI, KAMU!"

Alex dan sekretaris terkejut, mereka saling menatap lalu menoleh ke sumber suara.

"YA, KAMU!"

"Ada ap-"

"Darimana saja kamu, mentang-mentang orang kaya makanya bisa buang waktu orang seenak jidat?" Tiffany memotong pertanyaan sekretaris.

Sekretaris menghalangi Tiffany dan Alex. "Nona, mungkin anda salah-"

"Salah? letak salahku dimana? dia ganteng, tinggi, gagah dan pakai pakaian formal 'kan?!"

Alex memeriksa dirinya sendiri sementara sekretaris menatap teliti atasannya.

"Berarti benar itu kamu, tapi sepertinya aku pernah lihat kamu. Ah, aku yakin ini kamu."

Alex dan sekretaris saling menatap bingung.

Tiffany menarik tangan Alex dan berjalan meninggalkan parkiran.

Sekretaris yang terkejut, mengejar atasannya.

Tak lama, mereka sudah sampai di depan ruang KUA.

Vio yang sedari tadi jalan mondar mandir menoleh ke suara ribut-ribut Tiffany. Dia terpana pada kegoblokan atau keberuntungan temannya.

"Aku sudah bawa mempelai kamu. Ganteng, tinggi, gagah dan pakai pakaian formal," lapor Tiffany dengan napas tersengal-sengal.

Vio diam membeku.

Alex yang melihat Tiffany melapor ke seorang wanita, menaikan sudut bibirnya.

"Kalian jadi menikah atau tidak?!" tanya salah satu pegawai KUA di depan pintu.

Tiffany menarik tangan Alex dan Vio supaya masuk ke dalam ruangan.

Sekretaris yang terpana, memaksa masuk ke dalam ruangan.

Vio masih bingung. "Kamu siapa?"

Alex menaikan salah satu alisnya. "Calon suamimu?"

Calon suami dengan nada pertanyaan? Bukan, bukan- ini-

"Jadi nikahnya?" tanya penghulu.

Tiffany menggelengkan kepalanya. Iya memang mempelai pria ganteng, tapi gak gitu kali reaksinya.

"Dokumen-"

Tiffany mengeluarkan dokumen milik Vio di tasnya sementara Alex menyerahkan dokumen ke sekretarisnya.

"Tunggu, dokumen-"

Tiffany, Alex dan sekretaris menatap Vio.

Vio menjadi bingung. Dia ingin berteriak kalau mempelainya salah dan dokumennya berbeda, tapi ia tidak tega mempermalukan temannya di depan umum.

Alex berbisik di telinga sekretaris yang hanya mengangguk, setelahnya ia menarik dokumen di tangan Alex dan Tiffany.

"Saya akan mengurusnya, tidak akan lama. Tunggu 15 menit," kata sekretaris.

15 menit?

Vio menatap tidak percaya pria di hadapannya. Tunggu, ini kesalahankan? kenapa orang ini setuju saja?

"Kamu tahu, aku sampai keliling gedung ini dan akhirnya ketemu lagi berdiri santai di depan mobil," marah Tiffany.

Vio hendak mengatakan sesuatu tapi berhenti ketika melihat tatapan memikat pria itu dan meletakan jari telunjuk indahnya di depan bibir sexy itu. Astaga!

Kedua tangan Vio gemetar.

"Haduh, mentang-mentang mau jadi istri makanya gugup." Tiffanny memegang kedua tangan Vio untuk mengurangi kegugupannya.

Gimana gak gugup? Orang yang diambil salah selain itu dia mengerikan. Rasanya Vio ingin menangis tapi dia tidak berani bicara.

Sementara Alex melihat handphonenya dengan dingin.

Tidak sampai 15 menit, sekretaris masuk ke dalam ruangan.

"Ayo, kita lanjutkan!"

"Secepat itu? Kenalanku saja butuh waktu berhari-hari untuk menyelesaikan semuanya sementara ini hanya butuh 15 menit?" tanya Tiffany yang tidak percaya.

Please, fan. Jangan bocor amat jadi anak, selain itu jangan menyinggung orang dong! teriak Vio di dalam hati.

Sekretaris memperbaiki letak kaca mata. "Memangnya salah siapa yang menarik atasan saya kesini? dengan kekuatan keluarga atasan, apa yang tidak mungkin? kami bisa membantu KUA mendapatkan dokumen yang diinginkan sehingga mempercepat kinerja mereka."

"Wah, memang uang segalanya." Tiffany menatap kagum Vio.

Vio hanya bergidik ngeri.

Alex menarik tangan Vio yang memeluk dirinya sendiri. "Ayo."

Dosa apa kali ini yang aku lakukan, ya Tuhan?

____

"Vio menikah? Anak gendut kayak kerbau dan tidak berguna itu menikah?" tanya Cholis.

Cholina mengangkat kepalanya sebentar lalu menatap cemberut handphonenya. Tidak ada telepon dari Alex, padahal ia sengaja mematikan handphone dan memberikan kabar ke sekretaris. Tapi ternyata orang itu masih dingin

"Gimana, Cholina. Bisa telepon Alex?" tanya Trisna yang duduk di samping sopir sementara suaminya sibuk menyetir dan menelepon bersamaan lewat headset.

"Bunda, apa dia sudah dapat wanita lain?"

"Gak mungkinlah, diakan gila kerja selain itu dingin sama wanita. Dia hanya ramah ke kamu saja."

Cholina kembali cemberut. "Apa aku telepon Alex saja?"

"Kalau jam segini lebih baik jangan, takutnya dia rapat terus terganggu. Mending tunggu agak sore atau telepon dulu sekretarisnya."

"Ide bagus!" Cholina coba menghubungi sekretaris Alex.

___

Sekretaris Alex melihat handphonenya yang bergetar.

Ah, nona Cholina.

Tiffany melirik sekretaris Alex dengan masam. "Mending diangkat aja teleponnya, berisik!"

Sekretaris Alex mematikan handphonenya dan menatap Tiffany dengan tatapan 'kamu puas sekarang?'

Tiffany mengangkat kedua bahunya.

"Bagaimana dengan keluarga untuk wali nikah?" tanya Alex.

Vio tidak berani menatap Alex. "Aku tidak punya keluarga untuk wali nikah."

"Ayah kandung kamu-"

Belum selesai Alex bicara, Tiffany menjawab. "Ayah kandungnya brengsek, suka main perempuan. Sudah meninggalkan Vio bersama ibu dan adiknya sejak usia 10 tahun. Terakhir kali kami dengar, dia di bali tepatnya kami tidak mau tahu."

Penghulu mengangguk lalu menatap curiga Alex. "Mbak Vio sudah cerita sebelumnya kalau keluarganya jauh dan keberadaan ayahnya tidak jelas. Sebagai mempelai pria harusnya tahu inikan?"

Alex menepuk kepala Vio. "Tidak perlu khawatir, sekarang saya akan menjadi pelindung kamu."

Vio mengangkat kepalanya dengan bingung lalu ketakutan melihat tatapan mata Alex yang menakutkan meski bibirnya sedikit tersenyum?

Sekretaris yang melihat momen itu, menggosokan matanya untuk menyakinkan dirinya sendiri, selama ini bos tidak pernah tersenyum.

Tiffany yang berdiri di samping sekretaris mendecak. Ternyata sekretaris ini bisa terharu juga.

Alex melanjutkan misinya dengan penghulu dengan saksi yang sudah disiapkan lalu sekretaris dan Tiffany mengabadikan semuanya lewat handphone canggih mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status