Share

DIA SEORANG PRIA

PING

Terdengar suara lift berhenti, Vio yang akan memasak sontak menoleh.

"Nyonya." Salam Eric sambil memperhatikan pakaian Ceo di atas sofa.

"Saya tidak tahu harus menaruhnya di tas mana, ada berbagai macam tas bermerk jadi lebih baik kamu yang mengambil sementara saya memasak. Oh ya, ada makanan yang harus dihindari?"

Eric menatap aneh Nyonya. "Nyonya, yang tadi sudah saya rekam. Apakah anda membutuhkan bantuan saya?"

"Ya, tentu saja. Bantu menyimpan rekamannya. Saya takut tunangan saya, tidak dia bukan tunangan lagi. Maksud saya, Ceo Sanjaya bisa menghapus rekaman itu, biar bagaimanapun dia lebih kaya dari saya. Urusan mudah untuk membungkam."

"Nyonya, apakah anda meremehkan suami anda?"

"Tidak, bukan begitu." Vio tersenyum kecut, "Seperti yang kamu tahu kalau aku baru bertemu dengannya pagi ini dan menikah begitu saja jadi agak canggung minta tolong ke dia."

"Kalau begitu, saya ambilkan tas Ceo."

"Ya." Vio melanjutkan kegiatan memasaknya.

Eric masuk keruang ganti atasannya dan termenung. Ah, pantas saja Nyonya bingung. Ada berbagai macam tas bermerk milik Ceo, kalau Nyonya salah pilih bisa-bisa ada yang cemberut.

Eric jadi teringat nona Cholina lalu menggelengkan kepalanya dan memilih salah satu tas.

"Biar saja jadi urusan Ceo."

Tercium aroma harum begitu Eric keluar dari kamar.

"Nyonya."

Vio yang sedaritadi sibuk menumis, mengangkat kepalanya. "Bisa tunggu sebentar? Saya memasak kilat tapi dijamin enak, ada bagian kamu juga."

Eric yang menyentuh perutnya jadi teringat kalau belum makan sedari pagi.

"Saya suka membuat sup ayam. Tenang saja, tidak akan ada lemak karena sudah saya buang untuk kuicng-ku-" Vio berhenti bicara dan menatap Eric yang sedang memasukan pakaian atasannya.

Eric yang mendengar Nyonya berhenti bicara, jadi mengangkat kepalanya. "Ya?"

"Tidak apa-apakan saya ambil kulit ayam? Saya mau memasak untuk yang lainnya."

"Yang lain?"

"Untuk kucing lebih tepatnya."

Eric menaikan salah satu alis. "Anda butuh uang untuk membeli makanan kucing? saya akan memberitahu Ceo dan-"

"Bukan, bukan." Geleng Vio. "Saya punya stray cat yang sering dikasih makanan jadi- kulit ayam membantu saya-"

"A- ah-" angguk Eric. "Tidak masalah, lagipula semua ini juga milik anda, tidak perlu minta ijin ke saya lagipula hanya kulit ayam, Ceo tidak akan mempermasalahkannya."

"Jadi tidak apa-apa aku sekalian masak untuk stray cat?"

"Tidak ada masalah."

"Oke." Vio kembali melanjutkan kegiatannya.

Eric mencatat ini diam-diam di dalam hati untuk melaporkannya ke bos.

Tiga puluh menit kemudian, Vio sudah menyelesaikan masakannya. Puding untuk stray cat juga sudah dimasukan ke dalam kulkas lalu karena ada hati ayam, ia memblendernya dan mencampurkan dengan dry food yang sudah disediakan nantinya.

Eric membantu Vio mengemas bekal dan pamit kembali ke kantor.

Vio duduk di sofa dan memperhatikan sekeliling ruangan yang mewah. Ia tidak menyangka bisa duduk di tempat seperti ini.

Setibanya di kantor, Eric langsung menuju kantor Ceo. Normalnya di tempat lain, para Ceo memiliki kantor di lantai paling atas atau di tengah gedung tapi Ceo Earlbrighton memilih lantai pertama sebagai kantornya. Eric pun tidak mau terlalu banyak tanya, hanya saja terkadang saat meneamni atasannya ia pernah mendengar gumaman mabuknya soal api.

Mungkin Ceo pernah trauma tentang api jadi tidak berani mengambil lantai atas. Begitulah kesimpulan sekretaris paling handal dan tampan di abad ini.

Begitu masuk ke dalam ruangan, Eric merasakan hawa dingin menusuk tulang. Bukan, ini bukan hawa sejuknya ac tapi hawa-

Eric melihat Ceo duduk di kursi kebangsaan Ceo sambil menatap tajamnya.

Eric meletakan tas di atas sofa lalu meletakan bekal makan di atas meja tamu. "Nyonya memasak khusus untuk anda."

Alex tidak menjawab.

Eric menjadi salah tingkah.

"Ada sesuatu di apartemen?"

Eric mengangkat salah satu alisnya. Siapa yang berani mendahului dirinya untuk melapor Ceo? para pegawai apartemen?

Seolah bisa membaca pikiran Eric, Alex menjawab. "Istriku."

Eric mengangguk lalu memberikan handphhone cadangan ke Alex. "Nyonya meminta tolong kepada saya untuk merekam ini, benar-benar menjijikan."

Alex mengambil handphone di tangan Eric lalu membuka file awal di galeri. "Video?"

Eric mengangguk.

Alex memutar video itu dan terdengar suara desahan keras. Beberapa pegawai yang berada di luar ruangan hendak melapor sontak terkejut.

Alex mengecilkan suara video itu dengan susah payah, Eric berusaha menahan diri untuk membantu.

"Kalau tidak salah tadi sekretaris baru masuk ke dalam ruangan," tebak pegawai A.

"I- itu suara erangan priakan?" tanya pegawai B yang tidak yakin.

"Jangan-jangan Ceo tidak punya pasangan selama ini karena memiliki hubungan dengan sekretaris?" tanya pegawai C yang heboh lalu mulutnya dibungkam pegawai lainnya.

Para pegawai sontak melarikan diri dari TKP.

Eric yang melihat bayangan orang-orang berlari di luar ruangan sudah bisa menebak dalam hati. Meski hati ingin menangis karena difitnah tapi  nyatanya bisa dikalahkan dengan gaji tinggi.

"Video seks? Apakah istriku ingin-"

"Ceo, itu video tunangan istri anda, tepatnya mantan tunangan."

Alex menyimak video itu dengan sungguh-sungguh. "Yang mana?"

"Apanya?"

"Mantannya itu yang mana? Yang saya lihat pria semua."

"Yang lagi goyang pinggul."

Alex mengangkat kepalanya dan menatap Eric. "Jadi-"

"Ya, Ceo. Mantan tunangan Nyonya berselingkuh dengan seorang pria."

Sementara di penthouse, Vio curhat ke Tiffany melalui telepon.

"Apa? Kamu bilang apa? Ulangi lagi!"

"Kiki selingkuh sama Benny."

"Hah? ini Benny yang kita kenal?"

"Iya, siapa lagi."

"Kamu gila! yang benar saja dong kalau fitnah orang, Benny itu teman kita! dia cowok! lagian bukannya kamu sudah menikah sama Kiki tadi pagi, aku saksinya kok."

"Fan, dengar. Nanti aku jelasin sejelas-jelasnya semua, pokoknya ini salah paham dan aku lihat sendiri dengan mata kepalaku kalau Benny nungging- terus Kiki- Kiki-"

Tidak ada suara di seberang telepon.

"Fan?"

"Vio, kamu selingkuh? Jadi sebenarnya kamu gak nikah sama Kiki siapalah itu?"

"Aku-"

"Aku setuju!"

"Ya?"

"Aku setuju kamu gak nikahin dia, meskipun kamu gak berani ngenalin dia ke aku tapi aku udah sebal sama nih laki, kesannya itu kamu kurang di mata dia. Kamu gak perlu gomong aja, begitu dengar suara dia di telepon yang ngremehin kamu, gak hormatin kamu. Dia tidak layak buat kamu." Cerocos Tiffany di telepon.

Vio bersandar di sofa dan memikirkan masa lalu, semua sikap Kiki terlihat jelas meskipun disaat dirinya hendak mundur, Kiki bersikeras maju dan mempertahankannya. Ia pun menjadi terlena dan sempat sedikit bangga karena bisa menggaet seorang pria tampan, kaya dan pujaan wanita.

"Kenapa aku terlalu bodoh?"

"Bucin emang bikin orang goblok."

Vio tertawa masam. Dia jadi teringat alasan kenapa tidak mengenalkan Kiki ke Tiffany. Kiki sangat tampan, dia memiliki banyak mantan cantik, Vio yang lusuh jika disandingkan dengan Tiffany menjadi takut dan akhirnya mengundur waktu untuk mengenalkan mereka berdua.

Dan pada akhirnya Vio mengenalkan Kiki ke teman sejak SD nya, Benny. Ia beranggapan Kiki tidak akan berselingkuh dengan pria dan Benny juga sudah menikah dengan teman SMA dan memiliki dua anak jadi tidak mungkin macam-macam.

Tapi nyatanya semua di luar dugaannya.

"Kamu yakin Benny selingkuh sama cowok kamu?"

"Aku sudah bersama dia sejak SD, tidak mungkin tidak mengenali suaranya meskipun lagi ah uh gitu."

"Gila ya, dunia emang udah gila!"

"Entahlah, Fan."

"Kamu gak akan bunuh diri 'kan? Gila aja bunuh diri demi cowok b.s.t gitu!"

Sudah berapa kali Tiffany melontarkan kata-kata gila?

"Aku sudah nikah jadi buat apa bunuh diri? yah, paling banter pengen nangis sih."

"Cup, cup. Harusnya aku disitu, kamu punya videonyakan?"

"Iya, direkam."

"Bagus. Itu bisa jadi bukti untuk mereka, kita hancurin aja mereka sekali-"

"Fan, mending aku menghindari mereka berdua aja. Kalau mereka cari aku, bilang aja aku udah putus contact sama kamu sejak dia gak datang ke KUA."

"Kok gitu? Yah, gak seru dong!"

"Aku udah capek banget, Fan. Untuk sementara aku pengen menghindar. Dua kali aku hampir kena serangan jantung."

"Ya sudah, mending kamu fokus istirahat aja, gak usah ngelakuin hal-hal aneh. Lupakan cowok kayak gitu. Kalau soal Benny, aslinya antara percaya sama enggak, tapi coba aku lihat rekamannya."

"Nanti aku kirim copy-annya."

"Hehehehe."

"Apa?"

"Jiwa fujoshiku bergejolak, gak nyangka ada yang belok di dekat kita."

Vio jadi tertawa. "Kamu kira, aku bukan fujoshi? Kita 'kan berteman gara-gara jadi fujoshi."

Tiffany dan Vio tertawa bersama. Vio melupakan kesedihannya untuk sementara. Ah, tidak salah menelepon teman disaat sedih begini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status