Share

SEPERTINYA SAYA KENAL

Author: Hwali
last update Huling Na-update: 2022-09-15 14:55:39

Tiffany menatap handphone sambil menyeruput kopi dengan nikmat di cafe milik sepupunya. Apa yang diceritakan Vio diluar nalar tapi bisa saja terjadi, cuma apa yang sebenarnya diinginkan seorang Benny?

Pilot, punya istri cantik dan anak-anak lucu, kekurangan ekonomi? kayaknya enggak, karena kedua orang tuanya itu punya jabatan di BUMN. Lalu kenapa? apa dari awal sudah belok?

Darah Tiffany bergejolak. "He- he- he- menarik-"

"Fan!"

Tiffany melihat Benny melambaikan tangan dari jauh dan berjalan menghampirinya.

Tiffany meminum kopinya lagi dengan jantung berdebar begitu Benny duduk di hadapannya dan memesan menu.

Tiffany memperhatikan cincin di jari manis Benny.

"Aku kaget banget kamu tiba-tiba telepon aku minta ketemuan disini, Vio mana?"

Tiffany berusaha menahan tangannya untuk kremus mulut dan otak cowok satu ini. "Aku kira kamu tahu dimana Vio."

"Apa?"

"Kalau gak salah, kamukan yang tahu apartemen Vio sekarang. Sejak punya hubungan dengan tunangannya, dia gak terlalu terbuka sama aku."

Benny menunjukan ekspresi bingung. "Oh ya?"

Tiffany mengangguk mengerti. Rupanya kamu pemain lama, gak heran! eh, atau kebiasaan sejak menjadi playboy?

"Yah, diakan kenal sama kamu sejak SD. kalau sama akukan pas kita kuliah malam."

"Memang sih anak itu gak terlalu terbuka, mungkin takut kamu ambil tunangannya," canda Benny.

"Ha.ha.ha." Tiffany menekankan tawanya.

"Jadi kamu mau ngomong apa?" tanya Benny.

"Memang ajak kamu kesini gak bisa?"

"Ya, bisa sih."

Tiffany menatap kukunya yang dikikir rapi. " Aku cuma bosan aja, di rumah ortu cerewet sementara di kerjaan terlalu lancar jadi yah butuh hiburan."

"Kamu anak orang kaya sih makanya lebih banyak gabut."

"Emang kamu nggak?"

"Jadi, kamu gak telepon Vio?"

"Untuk?"

"Yah, biasanya 'kan kita bertiga atau sering kamu jalan berdua sama dia."

"Kami jalan berdua pas kamu lagi tugaskan? sekarang kamu gak ada tugas jadi gak papa dong ajak kesini, kecuali kamu ada kegiatan lain?"

Benny tersenyum. "Tidak ada."

"Aku tidak mengundang Vio kesini karena marah, sejak dia memiliki hubungan dengan seorang pria, dia lebih milih menjauh dari aku dan lebih dekat sama kamu." Tiffany menatap langit di luar kafe.

Benny merenungkan perkataan Tiffany.

"Aku tahu dia anaknya gak pede karena penampilan dan orang-orang sering merendahkan dia tapi gak segitunya sama aku 'kan?" Tiffany berusaha mengeluarkan air mata, dia mengingat wajah tampan Wen Kexing yang tengil saat mengetahui kondisi A-xu.

Benny panik melihat Tiffany mulai menangis. "Mungkin Vio punya pertimbangan sendiri."

"TAPI GAK GINI JUGA!" Tiffany menggebrak meja. Mengagetkan pengunjung kafe di dalam dan luar ruangan. Tiffany sengaja menaikan volume dan meminta ijin ke sepupunya, ia juga bersedia membayar kerugian kehilangan pelanggan.

Tiffany meletakan dahinya di punggung tangan sementara sikunya diletakan di atas meja, diam-diam melirik pengunjung kafe yang juga diam-diam melirik Tiffany dan Benny dengan penasaran.

Kali ini Tiffany mengingat A-xu yang nekad mencabut paksa tujuh paku di tubuhnya karena kehilangan Wen Kexing. Tidak tahu apa-apa itu menyakitkan tapi, kehilangan jauh lebih menyakitkan.

"Aku ini sahabatnya dia, udah ngerasa kehilangan dia. Sedihnya dia itu sedih aku, dan entah kenapa-" Tiffany menepuk dada dengan air mata berlinangan dan suara dibuat menyesakan, "Aku merasa sakit."

Kedua mata Benny mengerjap bingung. "Aku bingung arah bicara kamu."

Tiffany sendiri juga bingung. Karena mendengar cerita Vio sambil  menangis saat di kafe bersama sepupunya, dia menjadi impulsif menelepon Benny meski berusaha dilarang sepupu. Kemungkinan tuh cowok lagi hoho hihe jadi gak mungkinlah angkat telepon. Eh, ternyata beneran diangkat, mau dimatikan gak mungkin, bilang salah sambung? baru kepikiran sekarang ini.

Tiffany dan sepupunya jadi panik mau ngomong apa, gak mungkinkan tiba-tiba membahas soal Ceo Sanjaya terhormat apalagi soal KUA dan masalah selingkuh mendadak gini. Mau nggak mau, Tiffany dan sepupunya membuat skenario secepat kilat yang sekarang dilaksanakan menjadi tidak masuk akal. Ia memutar otaknya. 

Tiffany memegang kedua tangan Benny. "Vio sudah tidak menganggapku sebagai sahabatnya, dia bahkan ngeblok aku!"

Cara teraman biar gak ditanya-tanya lagi.

Benny terkejut. "Serius?"

Tiffany mengangguk sedih, berusaha membuat wajah menyedihkan terbaik yang membuat para pria di keluarganya luluh.

Benny cepat-cepat melihat handphone dan menghela napas lega melihat wa-nya tidak di blok.

"Dia gak ngeblok kamu?"

"Untungnya enggak."

"Ben, kalau ini memang keputusan Vio-" Tiffany sesenggukan, "Aku terima, tolong jaga sahabat baik aku ya."

Benny menarik salah satu tangannya dan menepuk punggung tangan Tiffanya. "Tenang saja, aku kenal Vio kok. Nanti aku coba nasehati dia."

Tiffany mengangguk sedih lalu melanjutkan tangisannya.

"Ck- ck- ck-"

Tiffany menoleh ke sembarang arah.

"Rupanya ribet juga ya, hmmm.."

Tiffany menoleh ke meja di sebelahnya, meski jarak agak sedikit jauh, ia bisa mengenali siapa yang berkomentar. Si sekretaris!

"Ya, ampun. Bagaimana saya harus menjelaskannya ke nyonya." Eric menggeleng miris sambil memijat keningnya.

Benny mengucapkan terima kasih ke waitres yang meletakan pesananannya di meja dan tersipu malu mendengar suara Benny.

"Emang butuh penjelasan apa?" tanya Tiffany tidak mengerti.

Eric menunjuk Tiffany dan Benny bergantian lalu mengaitkan jari telunjuknya.

Tiffany melihat tangannya dan Benny saling bertautan yang bisa menimbulkan salah paham orang luar. Ia menarik tangannya.

"Ini hanya salah paham," kata Tiffany.

"Benar, salah paham." Angguk Eric lalu mengaduk kopinya dengan khidmat.

"Kamu gak kerja?" tanya Tiffany.

"Udah selesailah, Ceo orangnya pengertian dan tidak akan meninggalkan istri tercinta sendirian," jawab Eric.

"Kamu kenal dia?" tanya Benny.

Tiffany bersandar di kursi dan menyipitkan kedua matanya ke Eric. "Kenal di KUA."

"Hah?"

Tiffany yang menyadari kesalahannya menepuk bibirnya.

Benny menatap curiga Tiffany. "Kamu mau nikah? berarti Vio-"

"Kenapa jadi dia yang dibahas? aku kenal di KUA karena kebetulan dia bersama sepupuku yang lagi nekat," potong Tiffany.

"Sepupu yang mana?" tanya Benny.

Tiffany memiringkan kepalanya. "Pemilik kafe ini."

"Bukannya sepupumu yang itu, cowok?"

Eric menyemburkan kopinya sementara sepupu Tiffany yang sedari tadi sembunyi di bawah meja barista, berdiri. Sedari tadi ia menguping lewat earphone bluetooth.

Tiffany jadi merasa bego.

"Kamu gila ya, gak mungkin saya suka cowok!" Eric berdiri lalu jalan mendekati Tiffany.

Tiffany cengo.

Benny menatap khawatir Tiffany. "Fan?"

Tiffany menutup mulut dengan tangan dan menatap sendu Eric lalu berdiri berhadapan dengannya. "Jadi selama ini kamu menyukaiku?"

Eric bingung. "Hah?"

"Maaf, selama ini aku salah paham." Tiffany menghapus sudut air mata lalu mengambil barang-barangnya. "Ben, aku pergi dulu ya. Aku mau bicara berdua sama dia."

Benny tersenyum canggung.

Tiffany menarik Eric untuk menjauh setelah memastikan tidak ada barang di mejanya dan meja Eric.

Setelah menjauh, Eric melepas tangannya dengan kasar. "Jadi kamu selingkuh sama dia? atau kamu mau melabrak dia?"

Tiffany bingung dengan pertanyaan Eric lalu teringat curhat Vio. "Ah, kamu bersamanya."

"Jadi?"

"Aku hanya bersikap impulsif aja begitu dengar curhatan Vio," kata Tiffany yang mengabaikan soal ia salah menarik orang, kalau dibahas sekarang bisa jadi bahan ejekan pria di hadapannya. Ia masih belum siap.

"Dia seorang pria-"

"Ya?"

"Selingkuhan dia seorang pria, dan selingkuhan itu duduk santai di hadapanmu."

Tiffany mengangguk. "Sebenarnya aku tahu dia playboy, dan wajahnya innocent tapi ternyata kelakuan benar-benar-"

"Jangan mengalihkan pembicaraan."

Tiffany terdiam lalu memutuskan bicara jujur. "Aku udah bilangkan kalau aku impulsif telepon dia, aku hanya gak percaya aja kalau dia tega mengkhianati sahabatnya sendiri tapi begitu melihat sikapnya biasa saja, bisa jadi dia pemain lama atau kebiasaan pas jadi playboy."

Eric melipat kedua tangannya. "Nyonya ngeblok kamu?"

Tiffany menggeleng dan menunduk sedih. "Vio memutuskan menjauh dan menenangkan diri, aku juga gak mau terlibat jauh jadi aku bilang aja di awal seperti itu, demi Vio."

Eric memberikan kartu namanya

ke Tiffany. "Hubungi saya jika terjadi sesuatu pada nyonya."

Tiffany membaca kartu nama dengan teliti lalu terpana. "Perusahaan ini-"

Gila! benar-benar gila!

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MY DEAR HUSBAND, CAN I CRUSH OUR MARRIAGE?   MIMPI VIO

    Meskipun Trisna sudah diam tidak membalas, Cholis masih mengomel sepanjang perjalanan."Aku sudah bilang untuk tidak ikut mendekati Alex. Dia memang kaya, bule dan ganteng tapi dia tidak sama dengan kita. Suruh Cholina menjauh, aku tidak suka dia mendekat."Trisna menjawab ya dengan nada pelan."Kamu juga buat apa telepon ibu Vio? Mau marah? Untuk apa? Tidak ada gunanya!"Trisna tidak suka sang suami terlihat membela Oran di matanya. "Apakah kamu masih mengharapkan Oran?""Apa?""Lagipula nama apa itu? Oran? Seperti nama asing saja, padahal dia orang Indonesia."Cholis menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan menoleh. "Oran?""Ya, dia menyebut namanya Oran. Katanya dia sudah ganti nama saat Vio memutuskan pulang ke Malang."Cholis terlihat bingung."Oran dan kamu sudah berpisah, kenapa harus dibahas lagi? Toh, Cholina juga cerita kalau Alex berniat melamarnya. Tidak ada yang salah."Cholis tiba-tiba menonjok pipi Trisna.Trisna menjerit kesakitan sekaligus terkejut.Dengan amarah me

  • MY DEAR HUSBAND, CAN I CRUSH OUR MARRIAGE?   TRISNA

    "Apakah kalian tidak bisa mendengarkan perkataan aku sebagai kepala keluarga?!" Bentak Cholis ke Trisna. "Kenapa kalian tidak pernah bisa patuh? Kalian selalu mengatakan Vio tidak pernah menjadi anak penurut tapi faktanya kalian lebih parah, bahkan Cholina pergi mengejar laki-laki, mengabaikan perusahaan!""Bukan seperti itu, Cholina hanya ingin merindukan Alex. Yang, masa tidak mengerti anaknya sendiri?""Kamu membela Cholina yang pergi tanpa pamit sementara Vio yang izin tidak masuk kerja, kamu maki-maki!""Kenapa sih jadi bahas Vio melulu? Cholina anak kita, dia masih muda dan jika melakukan kesalahan, seharusnya ditegur, bukan dibandingkan.""Dan apa yang kamu lakukan kepada Vio dulu saat dia melakukan kesalahan? Mempermalukannya di depan umum, dia memang tidak pernah bicara tapi kamu yang bicara banyak di depanku. Kamu pikir aku tidak punya otak untuk berpikir?"Trisna tidak berani membantah."Pesan tiket pesawat sekarang, penerbangan terdekat. Aku pergi keluar sebentar." Cholina

  • MY DEAR HUSBAND, CAN I CRUSH OUR MARRIAGE?   ADIK BENCI KAKAKNYA

    Sejak kecil, Cholina selalu mendengar bahwa dirinya anak haram, bundanya seorang pelakor dan yanda mata keranjang. Dia tidak pernah peduli dengan hujatan itu, karena mereka yang menjalani kehidupan, bukan orang lain.Yang paling dibenci Cholina adalah saat Vio datang ke rumah untuk membuat bundanya menangis bahkan mengejek dirinya yang anak haram, tidak bisa mendapat perlindungan hukum. Cholina benci dia, ingin membalasnya dengan pamer hal yang tidak bisa diraih Vio, mendapatkan calon suami kaya raya. Sehingga statusnya sebagai anak haram tidak akan terlihat.Bukankah di zaman sekarang memang begitu? Orang lebih mengutamakan status dan uang. Makanya Cholina tidak akan pernah rela jika ada yang mengambil calon suaminya yang kaya.Cholina yang terlalu buta karena cemburu, menjambak rambut Vio sekuat tenaga. Alex menarik tangan Cholina untuk lepas dari rambut istrinya."Cholina, lepas!" Bentak Alex. "Jangan sentuh Vio dengan tangan kotormu itu!""Aku tidak akan melepasnya! Dia sudah me

  • MY DEAR HUSBAND, CAN I CRUSH OUR MARRIAGE?   KAKAK JAHAT

    Cholina yang sudah tiba di kota tempat Alex berada, segera pergi menuju kantornya dengan jantung berdebar. Tidak mungkin Alex lebih memilih kakak tirinya yang jelek dan gendut, dibandingkan dirinya yang cantik dan memiliki tubuh bagus.Cholina melihat foto di handphonenya. Alex sedang duduk dan serius membaca di ipad sementara dirinya foto di depan seolah menunggu Alex.Cholina menghapus air mata di sudut. Ingin kembali mesra seperti dulu, andaikan dirinya tidak terpengaruh dengan ucapan bundanya, mungkin tidak akan kehilangan Alex."Dimana Alexander?" tanya Cholina fi depan resepsionis, begitu sampai kantor Alex."Maaf, apakah anda sudah ada janji?""Tidak, belum. Buat apa? Saya kekasihnya.""Ah, tapi harus ada janji dulu untuk bertemu.""Gimana sih? Apa Alex tidak kasih tahu ke kalian siapa kekasihnya."Resepsionis hanya menjawab dengan senyuman.Cholina berusaha menghubungi Alex, tidak ada yang angkat. "Kenapa tidak diangkat? Apakah kalian yakin Alex tidak mengatakan apa pun? Kali

  • MY DEAR HUSBAND, CAN I CRUSH OUR MARRIAGE?   AKU AKAN MEMBUATMU LUPA

    "Bunda yakin, Alex tidak akan mengalihkan tatapannya ke anak bunda yang cantik, biar bagaimanapun yang pertama kali bertemu dengan Cholina itu anak bunda, bukan si lemot."Trisna dari awal tidak suka dengan Vio, ketika pertama kali datang ke rumahnya untuk bekerja. Vio telah membuat dirinya bertengkar dengan sang suami, bahkan anak itu juga melakukan banyak kesalahan kecil, intinya anak itu harus diawasi.Trisna lebih suka anak-anaknya menjauh supaya tidak terkontaminasi dengan otak lemot si Vio."Bunda saja pusing mengurusnya, bule itu tidak mau mengurus anak yang tidak bisa mandiri. Anak bunda kan mandiri, bahkan bisa menangani perusahaan dengan baik, jadi jangan takut kehilangan Alex," kata Trisna untuk menghibur putrinya. "Tidak usah memikirkan si lemot, dia tidak memiliki kemampuan banyak jika dibandingkan dengan anak bunda.""Bunda, Alex bule. Dia pasti mencari hal baru, Cholina takut.""Apa yang kamu takutkan? Jangan merendahkan diri kamu, Cholina. Kamu harus bersikap mahal. M

  • MY DEAR HUSBAND, CAN I CRUSH OUR MARRIAGE?   MENANGIS BERSAMA

    Setibanya di parkiran mobil, Eric bertanya kepada Tiffany yang terengah-engah. "Kenapa kalian bertengkar di depan umum? Apa tidak malu dilihat banyak orang?"Tiffany yang berusaha mengatur napas, menjawab. "Aku baru putus, semalam dia membawa wanita lain ke hotel."Eric hendak mengatakan sesuatu lalu terdiam, dia tidak bisa ikut campur ke masalah orang lain. Tiffany menunjuk dada Eric. "Jangan beritahu Vio mengenai hal ini, aku tidak ingin membebaninya.""Saya tidak akan ikut campur masalah ini, saya hanya orang luar.""Kamu sudah menjadi saksi mata." Tiffany menggosok matanya yang mendadak perih. "Aku tidak ingin ada yang tahu-"Eric yang kebingungan melihat stan penjual es krim, menarik tangan Tiffany. "Ada es krim di sana, ayo makan."Tiffany yang akan menangis, menjadi bingung. Hah?-----------Alex sudah mendapatkan tanah tempat untuk mengubur Yibo, di tanah dekat apartemen mewah miliknya.Eric yang membawa tubuh Yibo, mengajak Tiffany ikut.Awalnya Tiffany menolak, tapi berubah

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status