Alya membuang semua ragu yang ada di Hatinya setelah melihat Jumlah gaji yang tertera di kontrak dan yang akan ia dapatkan. Ia tidak munafik. Sekarang ia sangat membutuhkan Uang. Ia yakin akan mendapatkan sangat banyak tekanan dalam pekerjaan ini. Tapi ia tidak menghawatirkan itu semua. Ia hanya perlu bertahan sambil mengumpulkan Uang Untuk modal usahanya sendiri. Ia akan hidup sehemat mungkin dan jika Uangnya sudah terkumpul, ia akan segera pergi dari Hotel ini dan membuat usahanya sendiri.
Setelah menandatangani Kontrak. alya kemudian Begegas menuju Ruangan Arya."Saya sudah membaca Kontrak kerjanya Pak. Saya akan membawa Barang barang saya nanti malam ke Ruamh Bapak."
" Kalau begitu, Tak perlu ku jelaskan panjang lebar lagi. Kamu sudah pasti tahu apa yang harus kamu lakukan kan?" Tanya Arya." Iya Pak." Jawab Alya sambil mengangguk." Baguslah Kalau begitu." Ucap Arya sambil memberika sebuah ponsel pada Alya. "Ini ponsel kerjaku. Kamu berikan padaku kalau ada telepon dari orang penting. Tapi kalau dari orang yang tidak penting. Kamu saja yang menjawabnya." Ucap Arya lagi.Walaupun ragu dengan apa yang di ucapkan arya, Alya hanya mengangguk setelah mendengar apa yang di ucapkan Bosnya itu. Alya sebenarnya Bingung untuk mengklasifikasikan mana telepon yang penting dan tidak penting. Namun Ia tetap mengiyakan semua apa yang di katakan bosnya itu." Kalau begitu, saya pamit dulu pak." Ucap Alya Undur diri sambil mengambil ponsel yang diberikan Arya tadi." Alya, apakah kamu sudah tahu ruanganmu?"Tanya Dewi." Belum mba." Jawab LAya menggelengkan kepalanya." Itu adalah ruanganmu, Sepertinya itu tidak di kunci. Kalau kamu perlu apa apa kamu bisa memanggilku." Ucap Dewi sambil menunjukkan Ruangan Alya.Alyapun memasuki ruangan Itu. Alya tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Untuk kali pertamanya Alya memiliki ruanagn sendiri Dengan ukuran yang cukup luas untuk dirinya sendri.Alya kemudian meletakkan Tasnya di atas meja. Iapun mengecek satu persatu lemari yang ada di ruangannya itu. Alyapun Kaget saat membuka satu lemari yang begitu tertutup. " Baju baju siapa ini?" Gumam Alya setelah membuka pintu lemari itu. Lemari itu penuh dengan Pakaian Pria. Mulai Dari Jas, Kemeja dan Bahkan sepatu Pantofel juga ada.Mengingat Asissten sebelumnya adalah wanita,Bisa disimpulkan kalau semua ini milik Pak Arya." Sisa pakain dalam saja yang tidak ada di dalam lemari ini." Ujar Alya menutup pintu lemari itu.Setelah menegcek semua barang barang yang ada di lemari, Alya kemudian kembali ke meja kerjanya. " Aku harus mulai bekerja, karena kalau tidak. aku Pasti akan di pecat."Ucap ALya sambil mengambil buku catatan dari tasnya." Mba Dewi, Jadwal Pak Arya hari ini apa saja ya?" tanya Alya pada Dewi."Jadwal pak Arya ya? Nanti mbak kirimkan melalui e-mail ya?" Jawab Dewi.Alya yang baru saja ingin kembali ke Ruangannya tiba tiba di kagetkan dengan ucapan Bosnya." Kita rapat sekarang. Ini Sudah di tunda telalu lama. Kalau mereka tidak datang juga, Abaikan saja." Ucap Arya Pada Alya.Walupun Alya belum mengerti dengan apa yang di katakan Arya, dan bahkan tidak tahu dengan Agenda meeting kali ini. Namun Alya Tetap mengikuti Pria itu menuju ruangan Meerting. Seasampainya di sana Alya memperhatikan Gerak gerik bosnya itu yang menyuruhnya duduk Tepat di samping Arya dengan Gerakan tangan. " kenapa Nggak di briefing dulu sih?" Protes Alya dalam hati." Oke Kita Mulai saja rapatnya." Ujar Arya.Akhirnya rapatpun dimulai. Rapat kali ini membahas tentang daftar Event Orginizer yang bekerja sama dengan Horizon Hotel. Saat Alya sedang fokus memperhatikan. Tiba tiba ponsel di sakunya bergetar.Ia mencoba Untuk mengecek siapa yang menelponnya. namun ternyata Itu Bukan Telpon dari ponsel pribadinya, melaikan Ponsel yang di berikan ARya padanya Tadi. iapun memncoba melihat siapa yang menelpon. Terpampang nama Monica di layar.Alya meletakkan ponsel itu diatas meja dan memberikannya pada Arya, namun Arya menolaknya dan menyuruh Alya untuk menjawab telpon itu di Luar menggunankan Isyarat." Halo" Ucap Alya." Halo. Ini siapa?"" Saya Aya Bu. Assisten barunya Pak Arya."" Asissten Pribadi? bukannya dia baru saja memecat asissten pribadinya? Dia Punya asissten pribadi lagi?" Tanya Monica." Ia mbak." Jawab Alya singkat." Di mana Arya?"" Pak Aryanya sedang Rapat Bu."" Panggil dia Sekarang.""Maaf Bu. Pak Arya benar benar tidak bisa diganggu saat ini. Ini rapat penting. Saa Harap ibu bisa mengerti."Monicapun mengalihkan Panggilan itu menjadi panggilan Video. Alya mencoba mengangkat Panggilan Itu. Alya seketika Kaget saat melihat wajah wanita yang ada di layar Hp itu. Ternyata wanita itu adalah wanita yang menampar Arya bwbwerapa Hari yang lalu." Tunjukkan Ruangan Arya sekarang." Perintah Monica.Alya kemudian mengarahkan Camera menuju Ruangan dimana Arya sedang melaksanakan Rapat. untuk membuktikan kalau Arya memang sedang benar benar Rapat." Sampaikan Padanya, Kalau aku menunggunya di butik Melati. Aku nggak Akan Pulang Kalau dia tidak datang." Ucap Monica dengan Nada Ancaman." Baik Bu, nanti saya akan sampaikan pada pak Arya.""Jangan Asal sampaikan. Kamu juga Harus memastikan kalau dia akan datang." Tegas Monica." Kalau soal Itu, saya minta maaf bu. Saya tidak bisa memastikan kalau itu akan terjadi. Apalagi kalau harus memaksa Pak Arya" Ucap Alya sambil memijat keningnya." AKu nggak mau tahu. Pokoknya bagaimanapun caranya kamu Harus Bisa memastikan Arya akan datang ke sini." ucap Monica Kemudian ia mengakhiri panggilang itu.Alya menghela Napas. Wanita bernama Monica Itu memang benar benar menyebalkan. Sudah Pasti Arya nggak betah pacaran lama lama denganWanita Itu. " Idih, Ada yah orang yang mau pacaran dengan Gadis killer seperti dia. Kalau aku jadi Pak Arya Aku nggak Bakal mau pacaran dengannya. Bakhan kenalan pun aku nggak akan mau." Ucap Alya dalam hati." Apa dia benar benar pacarnya Pak Arya ya?" Gumam Alya yang masih penasaran dengan sosok Monica tadi. Iapun keluar dari ruangan Arya dan menuju Ruangan Dewi Untuk mencari tahu Info sebenarnya."Mba Dewi. Mba kenal Nggak dengan nama Ibu Monica?" Tanya Alya penasaran."Oh Ibu Monica. Dia itu Orang Yang di Jodohkan dengan Pak Arya."? Jawab Dewi." Oh perjodohan ya. Pantas saja." Ucap Alya sambil mengangguk.Dewi pun penasaran setelah mendengar apa yang di katakan Alya,." Pantas apa?" Tanya Dewi penasaran." Pantas Pak Arya nggak mau dengan Wanita itu." Jawab Alya." Kamu Tahu dari Mana? Jangan Sok tahu Kamu." "Aku nggak Sok tahu bu. Aku melihatnya sendiri." Jawab ALya dengan Yakin." Apa yang kamu Lihat ?" Tanya Dewi yang semkin penasaran.Alyapun meceritakan pada Dewi apa yang ia lihat di depan Hotel saat Ia menunggu jemputa beberapa hari lalu. Dewi yang mendengar itu sontak kaget." Jangan Bilang siapa siapa ya mba, kalau aku yang bilang."" Aman deh Pokoknya kalau sama mba." Jawab Dewi.Mereka Pun kembali melanjutkan bergosip dan sesekali tertawa saat mendengar Musibah yang di terima oleh bos mereka yang sangat menyebalkan itu.Alya kembali ke ruang rapat setelah menerima Telpon dari Monica. Ia berjalan Sepelan Mungkin agar tidak menimbulkan suara. Karena ia tidak mau menganggu karyawan yang sedang persentasi. Sejak Awal Rapat, alya sangat bingung dengan pembahasan rapat kali ini. Ia semakin bingun karena sempat keluar sebentar saat menerima Telpon dari Monica, Sementara pembahasn Rapat tetap terus berlanjut. Ia tidak Tahu apa yang harus Ia catat sekarang. Ia hanya menatap ke arah layar Monitor dan sesekali melirik ke Arah Ayra, Yang sedang fokus dengan Rapat kali ini.Setelah Satu jam Raptpun akhirnya selesai. Semua Staff satu per satu meninggalkan Ruangan Rapat.Hanya tersisa Alya dan Arya." apa yang dikatakan Monica tadi?" Tanya Arya." Bu Monica Sedang menunggu bapak di Butik Melati. Dan katanya bapak harus datang ke sana." Jelas Alya." Oke. Terima Kasih Atas Infonya." Ucap Arya sambil beranjak dari tempat duduknya." Apakah bapak Akan pergi ke Butik Itu?" tanya Alya Sembari berjalan di belakang Arya.
" Kamu dengar Aku nggak sih? Ap kamu meremehkanku? Kamu nggak tahu siapa aku ya?"Ucap Monica Lalu melayangkan Tangannya Di udara dan Mendarat di Pipi alya.Alya merasakan Panas di pipinya."Kamu masih nggak mau bilang dimana Arya?" Tambah Monica."Maaf Bu. Bukannya sayaNggak mau. Tapi memang pak Arya pergi setelah menerima telpon tadi. Pak Arya Hanya Bilang ada Rapat di Luar. Tapi Dia tidak mengatakan kalau Tempatnya di mana." Jelas Alya sambil memegang pipinya yang masih memerah." Jadi.Dia sengaja menghindar dariku?. Oke. Aku Akan Buat Kamu agar tidak bisa kabur lagi dariku." Ucap Monica sambil bergegas pergi meninggalkan Alya.Setelah menica Pergi. barulah Dewi menghampiri Alya. " Kamu Nggak Apa apa Al? Maaf ya. Aku nggak Bisa Bantu kamu. Bu Monica Itu orangnya sangat keras kepala dan tidak mau mendengar apa yang orang lain katakan. Kalau ada yang tidak seseuai dengan Kehendaknya, Dia Pasti akan main tangan.Alya yang masih merasa sangat kesal tidak memperdulikan apa yang Dewi katak
Alya yang saat itu sudah merasa khawatir akan ketahuan, mencari alasan agar mereka segera pergi dari tempat itu." Aduh.!"Alya merintih sambil memegang perutnya yang terasa sangat sakit."Kamu Kenapa?" Tanya Arya." Sepertinya maag Saya kambuh Pak."Arya mendengar keluhan Alya langsung menggelengkan kepala." Ya. Sudah. Ayo makan. Habis Itu jangan Lupa Minum Obat. Kamu Bawa Obatnya kan?"Alya Mengangguk. Rasa-rasanya ia Ingin menegajak Arya untuk segera pergi dari restoran Itu." Sejak kapan kamu maag?" Tanya Boby sembari melirik ke arah Arya. Boby pun merasa bingung dengan tingkah Alya. Karena setahunya, Alya adalah orang yang sangat memperhatikan pola makannya saat masih kuliah dulu. Bahkan ia tak pernah telat makan walaupun tugas kampus sedang menumpuk."Apa aku harus melapor padamu dulu kalau aku punya maag? memangnya kamu siapa?Arya kemudian mengelengkan kepala saat melihat perdebatan antara Alya dan Boby. Ia lantas melewati Alya, dan berjalan menuju ruangan paling ujung.Alya bar
Pukul lima belas, Arya dan Alya kembali ke kantor. Untunglah, Monica tidak ada disana ketika mereka sampai. Karena waktu yang tinggal sedikit, Arya kembali bekerja di Ruangannya. Begitu pula dengan Alya yang kembali ke ruangannya.Tepat Pukul Setengah Lima sore, Alya meninggalkan kantor. Ia harus pulang dan mengemas barang barangnya untuk pindah ke Rumah Arya.Ia juga sudah mencatat tugasnya di sebuah buku catatan Baru.Karena Alya hanya tinggal seorang diri saja, Ia tak perlu berpamitan pada siapapun. Ia mengemas semua barang barangnya sendirian. Tak banyak yang di bawa. Hanya baju yang biasa ia pakai saja. Satu koper saja sudah cukup.Karena kemacetan jakarta, Tepat Pukul dua puluh barulah Alya sampai di sebuah alamat yang ia tulis di Secarik kertas di tangannya.Keningnya menerut ketika berdiri di depan Gerbang. Rumah yang bernomor 505 di depannya itu tampak sangat sepi. Ia ragu kalau Arya sudah Pulang ke Rumah.Alya kemudian menekan Bel. Ia terus menekan hingga seorang Security berla
Pada kahirnya ia hanya berdiam diri ketika Bibir mereka berpisah dan mereka saling menatap satu sama lain. Untuk beberapa detik mata Alya tak berkedip. Ia memandangi wajah orang yang tepat berdiri di depannya, Tak percaya dengan apa yang terjadi. Marah, Kesal, Bingung bercampur menjadi satu.Mangabaikan Tangannya Yang siap menampar Arya, Jantung Alya berdegup kencang. Seolah belum cukup dengan mencium Alya, Arya menyusuri pergelangan tangan Asisstennya Itu. Arya memaksa Tangan Alya membuka Hingga ia berhasil menautkan Jemarinya."Apa harus aku tunjukkan yang lebih lagi?" Ujar Arya mengangkat tangannya yang menggenggam tangan alya setinggi dada.Mulut Monica Terbuka. Ia menggeleng, Menolak menerima kenyataan ini. Tidak mungkin seporang seperti Arya bisa menyukai Wanita Desa seperti Alya. Ia sudah mencari tahu tentang Arya sebelum mereka bertemu pertama kali. Arya beberapa kali berpacaran. Dan semuanya merupakan Gadis dari keluarga terpandang. Tidak pernah sekalipun Ia berpacaran dengan
Tepat pukul enam pagi, Alya sudah siap siap untuk berangkat ke kantor. Ia berdiri di depan cermin memperhatikan penampilannya. Semuanya sudah sangat rapi. Akan tetapi, Ia masih kepikiran tentang apa yang terjadi antara dia dan Arya. Itu membuat pikiran Alya menjadi tidak karuan.Tepat pukul setengah tujuh, Alya turun ke lantai satu dengan membawa tasnya. Rumah yang sangat besar itu kelihatan tampak sangat sepi. Sejak semalam, Alya hanya melihat Bi Iyem dan Pak Toni yang merupakan pekerja di rumah itu."Kemana keluarga Pak Arya? apakah Pak Arya seorang yatim piatu?" Tanya Alya dalam hatinya.Alya yang sudah merasa lapar, menuju dapur. Disana ia bertemu dengan Bi Iyem."Mbak Alya, tolong bangunkan Pak Arya. Tadi saya sudah mencoba mengetuk pintu kamarnya, tapi nggak ada jawaban. Mungkin Pak Arya masih tidur mbak." Ucap Bi Iyem.Tanpa pikir panjang lagi,Alya pun langsung bergegas menuju kamar Arya. Karena itu juga merupakan salah satu tugasnya sebagai asissten pribadi Arya.Tok...Tok..Tok
Alya dan Arya tidak terlalu mempermasalahkan apa yang terjadi dengan mereka semalam. Alya bahkan setuju jika menjadi pacar bohongan Arya. Bagi Arya, Alya hanyalah seorang staf biasa sama dengan karyawannya yang lain. Tak pernah terbesit sedikitpun dalam kepala Arya untuk menjalin hubungan serius dengannya. Lagipula, Ia juga tidak mungkin menyukai seorang gadis desa sama seperti Alya.Sebenarnya, Arya tidak pernah setuju dengan perjodohan antara dia san Monica. Karena bagi Arya, Monica tak lebih dari seorang wanita manja, sombong dan suka menghambur-hamburkan uang orang tuanya, hanya demi kesenangan pribadi.Arya memang adalah seorang peribadi yang mandiri. Walaupun ia berasal dari keluarga yang berada, namun Arya tidak suka membuang-buang uangnya hanya untuk hal yang tidak penting.Sudah berapa tahun terakhir, Arya tidak lagi menjalin hubungan dengan seorang wanita. Terakhir kali ia pacaran dengan Olivia. Arya berpacaran dengan Olivia sejak mereka masih kuliah di luar negeri. Namun, hu
Alya sangat menyukai mainan anak-anak. Melihat mainan, ia selalu teringat akan masa lalunya.Disaat kedua orang tuanya masih hidup. Kedua orang tuanya selalu memanjakannya dengan membelikan ia mainan.Namun kali ini, entah mengapa kebahagiaan itu hilang. Hanya ada rasa gelisah di hati Alya. Ia teus memikirkan apa yang akan terjadi dengannya di pesta ulang tahun Angga malam ini. Apakah ayah Arya akan membunuhnya di tempat? karena mendengar Arya menyukai wanita desa sepertinya.Ia berjalan menatap punggung Arya. Entah apa yang ada di dalam pikiran Bosnya itu sampai-sampai mau menjadikannya sebagai pacar bohongan Arya. Padahal, masih banyak wanita yang lebih cantik dan kaya di luaran sana yang bisa bersandiwara menjadi pacar Arya. Mengingat Arya adalah seorang pria yang kaya, tampan, dan juga memiliki postur badan yang proporsional. Pasti tidak akan ada wanita yang menolak untuk menjadi pacar settingannya." Kalau yang ini bagaimana? Ini bisa terbang dan juga bisa mengeluarkan suara." Tany