Home / Romansa / MY HANDSOME CEO / Bab 4 : Istri atau Pegawai?

Share

Bab 4 : Istri atau Pegawai?

Author: Alex Avolino
last update Huling Na-update: 2024-02-01 13:07:58

" kenapa saya harus Tinggal di Rumah pak Arya?" Rumah saya tidak jauh kok dari sini pak. Bapak Bisa lihat saja kan sendiri, hari ini saya datang tiga puluh menit lebih awal dari jam Kantor. Lagian Nggak enak Pak kalau saya harus Tinggal di Rumah bapak. Apa Kata Orang nantinya, melihat Seorang Pria dan wanita yang bukan Muhrimnya sudah Tinggal Satu Atap." Ucap Alya.

Arya yang mendengar perkataan Alya itu merasa Bingung. "Kan tadi saya sudah bilang. Kamu harus bisa mengontrol semua apa yang aku lakukan. Termasuk Saat aku di Rumah.Sebenarnya, kamu sudah tahu tugas kamu atau belum sih? Atau jangan jangan Kamu juga belum tanda tangan Kontrak?" tanya Arya yang bingung dengan semua jawaban Alya.

" Belum pak." Jawab Alya sambil menggelengkan kepalanya.

" Apa kamu bilang? Belum Tanda tangan Kontrak?. Pergi ke ruangan HRD sekarang!" Ucap Arya dengan Raut wajah yang sangat Emosi.

Melihat kemarahan di wajah Arya. Alya buru buru keluar dan menuju Ruangan HRD. Saat Alya keluar dari Ruangan Arya, diapun menghampiri Dewi yang sudah duduk di meja Sekertaris.

" Mbak. Ruangan HRD di lantai Berapa ya?"

"Di lantai Dua belas. Ada apa ya?" Tanya Dewi penasaran.

" Nggak ada apa apa kok Mbak." Jawab Alya danberlalu meninggalkan Dewi.

Alya mengambil tas, lalu turun ke lantai Dua belas menggunakan Lift. Alya pun menyusuri lorong yang ada di sana samapi ia melihat Tulisan Human Rresort Development yang tertera di pintu. Ternyata itu terletak tepat di sebelah ruangan ia diwawancarai kemarin. Namun tak sempat memperhatikan karena guggup.

Tok tok tok!

" Masuk" Jawab seorang wanita dari dalam ruangan trsebut. Ternyata itu adalah ruangan Ratna. 

" Mbak Ratna?" Ucap Alya yang terkejut saat melihat wanita itu membukakan pintu.

" Alya? Ada apa kamu ke sini.?" Tanya Ratna.

" Mba Ratna kerja di bagian HRD?' Tanya Alya penasaran.

"Iya. Makanya kemarin Mba membantu proses wawancara karyawan baru." Ucap Ratna sambil menganggu.

" Aku diminta pak Arya untuk ke Ruangan HRD. Aku belum tanda tangan kontrak." Jelas Alya.

"Tanda tangan Kontrak kerja ya?. kamu masuk aja dulu. Pak Henry belum datang. Dia lagi ada pekerjaan di luar. Tapi apakah Pak Arya nggak akan marah ya, kalau tahu kamu berlama lama disini.?" Ucap Ratna.

Alya yang saat itu sedang bingung tak memperdulikan Jika Arya Akan marah atau tidak. Ia juga tidak akan kembali ke Ruangan Arya. Ia belum tahu pekerjaannya seperti apa. dan ia juga tidak akan kembali kalau tidak menanda tangani kontrak itu.

"Kenapa Mbak Ratna nggak ngomong kalau aku harus tanda tangan kontrak dulu?". Tanya Alya.

" Mbak pikir itu bisa ditanda tangan nanti. Soalnya, Pak Henry bilang kalau mau datang sedikit terlambat hari ini. Memangnya kenapa harus buru buru tanda tangan Kontrak sih? Bukannya Lebih baik nanti saja ? Kan Kamu Bisa Coba dulu bekerja disini. Jadi kalau nantinya kamu nggak cocok, Kamu boleh keluar begitu aja." Jelas Mbak Ratna.

" Alya juga nggak Tahu Mbak. Soalnya Ini permintaan Pak Arya. Oh iya mbak. Apa Asissten sebelumnya juga harus tinggal serumah dengan Pak Arya?" Tanya Alya yang penasaran.

" Hah? Tinggal serumah? Ahahaha" Tanya Ratna sambil tertawa. " Yang Mba dengar,Asisstennya Pak Arya, Hanya selalu datang ke Rumah pak Arya setiap pagi. Tapi nggak Ada yang sampai tinggal dengan Pak Arya. Apa kata orang nantinya kalau melihat Perempuan dan Laki laki yang bukan Muhrimnya Tinggal serumah. Bisa bisa jadi masalah besar." Jelas Ratna.

" Nah itu mba. Yang alya Pikirkan sekarang. Soalnya Pak Arya meminta Alya untuk tinggal di Rumahnya. Oh iya mba, kalau asissten pribadi pertama Pak Arya itu bagaimana mba?bukannya dia itu laki laki ya?"

" Kalau itu, Mba juga Kurang Tahu Alya."

Mendengar apa yang diucapkan Ratna membuat Alya Berpikir. Alya yang awalnya sangat senang karena sudah mendapatkan kerja, namun sekarang ia dibuat gelisah dengan pekerjaanya sendiri. Entah apa sebenarnya yang tertulis di kontrak kerja itu.

Alya yang gelisah karena Kontraknya belum saja ia Baca dan Makin di buat gelisah karena sudah hampir sejam dia meninggalkan Ruangan Arya dan tak kunjung kembali. " Apa kata pak Arya nanti, kalau aku belum kembali juga?" Tanya Alya dalam hati. Seketika Alya di Kagetkan dengan Kedatangan seseorang yang sedang membuka pintu. Alya langsung berdiri, takunya Itu  Pak Arya. Namun seketika Alis Alya menyernyit saat melihat Pria Yang mewawancarainya minggu lalu.

" Ratna, Minta tolong kamu bagikan ke yang lain ya. Minta mereka untuk memeriksanya. Ingat jangan sampai Salah lagi." kata Pria itu yang ternyata bernama pak Henry.

Ratna mengambil berkas itu, kemudian memperkenalkan Alya. " Oh ya, Ini Alya Pak. Dia Asissten Baru pak Arya."

"Oh ok. Kamu ke sini Mau Tanda Tangan Kontrak kerja ya?" Tanya Pak Henry sambil meletakan Barang Barangnya, kemudian berlalu keluar.

Lima menit kemudian Pak Henry krmbali dengan Sebuah Map Merah di Tangannya.

" Alya Angraeni". Ucap Pak Henry meneyebutkan nama Yang tertera di atas map.

Alya yang mendengar namanya dipanggil bergegas menemui Pak Henry.

"Kamu Baca dulu pasal pasalnya. aku ada Urusan sebentar. Sepuluh menit lagi aku kembali" Ucap Pak Henry sambil mengulurkan Kontrak kerja yang di bawanya tadi.

Alya mengangguk. Ia menerima kontrak kerja itu kemudian Membacanya Halaman perhalaman. wajah Alya sesekali menunjukkan Rasa Aneh dan Menyernyitkan Alis setelah membaca Perjanjian Kontrak kerja yang Aneh itu." Dia Sebenarnya mencari Asissten Atau Sedang Cari Istri sih?" Gerutu Alya sambil menggaruk kepalanya.

Tugas Asissten pribadi yang ada di Kontrak itu benar benar di luar Nalar Alya. Bukan hanya masalah Kantor. Bahkan Alya Harus mengurus segala masalah pribadi Arya. Ibaratkan seorang Istri.

Alya mulai Ragu untuk menandatangani Kontrak kerja itu."Dua puluh empat jam bersama Arya? Aku pasti akan stres" Gerutu Alya.

Ratna kembali masuk ke ruangan itu setelah sempat keluar tadi. "Apakah kamu sudah membaca Kontraknya?" Tanya Ratna.

" Sudah sih mba. tapi apa ini Tidak berlebihan?" Tanya Alya yang bingung dengan isi Kontrak kerja itu.

"Jangan katakan apapun soal isi kontrak kerja itu padaku. itu pasti isinya rahasia kan? nggak boleh di bocorkan. Apakah kamu sudah lihat nominal gaji yang di tawarkan di sana? Aku dengar dari pak henry, katanya gaji untuk asissten pak Arya baru saja dinaikkan beberapa waktu lalu."

Alya yang awalnya tidak terlalu fokus dengan pasal itu kembali membuka dan membacanya secara seksama. Dan seketika Matanya membola saat melihat angka yang tertulis di sana. Lima belas juta perbulan?. Tentu ini adalah umlah gaji yang sangat besar bagi Alya. Dan itu hanyalah gaji pokok. Ia akan mendapatkan Bonus Kalau Ada event dengan Catatan, Jika Arya menyukai Hasil kerjanya.

" Berapa Jumlah Gajinya?" Tanya Ratna penasaran.

Alya yang masih kaget setelah melihat Jumolah gaji yang akan ia terima menjawab pertanyaan Ratna tidak dengan kata kata melainkan hanya dengan acungan Dua Jempolnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MY HANDSOME CEO   Bab 24 : Hadiah Untuk Alya

    Ini tidak benar. Apa yang dirasakannya salah. Ia harus menghancurkannya sebelum benar-benar tumbuh atau ia akan ada dalam masalah besar.Hari ini, Alya berangkat ke kantor seperti biasa. Ia fokus mengecek jadwal Arya hari ini, sementara Arya duduk di belakang sambil memainkan ponselnya.Sesampainya di kantor, Alya tidak ikut Arya naik ke lantai tujuh belas. Ia ke pantry lebih dulu untuk membuat kopi. Ketika naik ke lift, Alya bertemu dengan Ratna,sekretarisnya Pak Hendry, kepala HRD."Kopi untuk Pak Arya?" tebak Ratna."Iya, Mbak.""Panggil Ratna aja.""Ah, iya. Lupa." Ucap Alya tertawa."Bagaimana pekerjaanmu?Masih bisa kamu handle?"Alya mengedik. Yang ada di kepalanya bukan masalah pekerjaan, melainkan hubungannya dengan Arya mulai terasa aneh sekaligus rumit."Masih bisa aku handle."Ratna menoleh pada wanita yang berdiri di sampingnya. Sebagai lulusan jurusan psikologi, Ratna menyadari ada tekanan yang dihadapi Alya."Kalau kamu butuh orang untuk diajak ngobrol, aku ada, kok. Bag

  • MY HANDSOME CEO   Bab 23 : Kevin Babak Belur

    Alya bukan orang yang suka memperpanjang masalah. Jika ada cara tercepat untuk menyelesaikannya, ia akan melakukan itu. Ia juga tidak terlalu peduli dengan orang-orang kurang kerjaan yang mengusik. Banyak mahasiswa lain yang mengganggunya saat kuliah karena Alya tak mau membalas. Bukan Alya takut, tapi ia tak ingin membuang waktu dengan meladeni orang-orang berotak dangkal.Namun, untuk hari ini, situasinya berbeda. Pikirannya sedang kacau.Sejak kemarin, ia bingung untuk meluapkan emosi aneh yang memenuhi dadanya. Jadi, dengan senang hati Alya meladeni Kevin serta lima teman pria itu.Alya mengepalkan tangan dan memasang kuda-kuda. "Maju," ujarnya dengan santai.Satu per satu teman-teman Kevin menerjang. Mereka melayangkan tongkat baseball sembarangan.Melihat serangan itu, Alya memutar bola matanya. "Serius, cuma seperti itu? Kalian dari mana sih dapat tongkat baseball? Kalian sama sekali nggak bisa main baseball atau main bola kasti? Kalian baru membelinya tadi, ya? Memukul saja ng

  • MY HANDSOME CEO   Bab 22 : Alya dikeroyok

    Arya benar-benar bingung dengan apa yang terjadi antara dia dan Alya. Jika yang ada di kepalanya bukan mimpi, berarti ia yang menyebabkan tanda merah di leher Alya. Arya memijat keningnya. Ia benar-benar tidak ingat bagaimana rasanya saat bibirnya menyentuh leher Alya hingga tanda merah itu ada di sana."Sekarang Papa dan Kevin pergi dari sini. Aku yang akan membuat keputusan untuk hidupku sendiri. Jadi, jangan ikut campur apa pun." Ucap Arya menarik tangan Pak Hendra dan Kevin ke arah pintu.Awalnya, Arya berencana untuk mencium Alya di depan Pak Hendra langsung seperti yang sudah mereka sepakati. Ia ingin melihat kemarahan ayahnya hingga titik tertinggi. Namun, melihat tanda merah yang ada di leher Alya itu, rasanya ia tak perlu melakukan apa pun lagi. Pak Hendra dan Kevin pasti bisa membayangkan mereka sudah melakukan hal yang lebih jauh."Kak Arya!" Ucap Kevin sambil menahan pintu."Pergi dari sini!" Ucap Arya sambil menendang bokong adiknya itu.Arya menahan kakinya agar tidak me

  • MY HANDSOME CEO   Bab 21 : Mimpi atau Kenyataan?

    Alya keluar kamar mandi dengan tangan di leher sedangkan Bi Iyem masih saja berdiri di samping meja makan."Kenapa Mbak Alya?" tanya Bi Iyem."Digigit nyamuk kayaknya, Bi. Badanku jadi nggak enak gini. Aku ke kamar bentar ya, Bi.""Ke dokter aja, Mas.""Nggak usah, Bi. Kayaknya, aku kecapean, doang. Paling bentar lagi baikan. Habis sarapan, aku akan tidur lagi"Tidak mau memperpanjang percakapan itu lagi, Alya bergegas ke kamar. Ia mengambil hoodie untuk menyembunyikan tanda merah dileher.Matahari di luar cukup terik, membuat Alya sedikit kegerahan memakai hoodie. Namun, ia tak punya pilihan. Tanda merah di lehernya bukan sesuatu yang dibanggakan.Alya lantas turun kembali ke meja makan. Bi Iyem sudah menyiapkan mangkuk, kotak sereal, dan susu untuknya. la tinggal makan saja.Rumah tampak sepi seperti biasa. Jadi, Alya makan dengan santai. Diturunkannya penutup kepala karena kegerahan."Bi Iyem!"Terdengar suara Arya dari arah ruang tengah menuju meja makan. Tangan Alya dengan sigap m

  • MY HANDSOME CEO   Bab 20 : Tanda Merah di Leher

    Semakin Alya mencoba melepaskan diri, semakin kuat cengkeraman Arya. Ia berusaha menjaga bibirnya tetap mengatup. Namun, pada akhirnya ia membuka mulut untuk bernapas.Lidah Arya menerobos bibir Alya. Dapat Alya rasakan ujung lidah pria itu bersentuhan dengan lidahnya sendiri.Degup jantung Alya semakin kencang. Dadanya naik turun dengan cepat. Tangan Arya perlahan ia rasakan mulai masuk lewat bagian bawah bajunya, menahan punggung agar tidak menjauh.Saat Alya tak melakukan perlawanan, ciuman Arya perlahan berubah lembut. Bibir yang tadi terasa seperti buah mengkudu, pahit dan menyiksa, kini bagaikan permen kapas yang lembut, manis dan menyenangkan.Tangan Alya berpindah ke leher Arya. Lidahnya mulai mengimbangi permainan lidah pria itu. Ia pun mulai mengambil alih. Ia melahap bibir Arya layaknya santapan yang tak boleh disia-siakan.Arya mendorong dada Alya, memberi waktu mereka untuk bernapas. Mata keduanya saling bersirobok.Sudut bibir Arya terangkat, membentuk senyuman yang sanga

  • MY HANDSOME CEO   Bab 19 : Ungkapan Perasaan Arya

    Celine menarik celana panjang yang dikenakan oleh Arya. Dilemparnya celana itu ke samping kemeja yang sudah ada di lantai lebih dulu.Tak sabar, ia pun menarik paksa celana dalam, satu-satunya pakaian yang tersisa di tubuh Arya." Wow!" Seru Celine menatap bagian tubuh Arya yang tersembunyi di balik celana dalam. Senyuman Celine semakin lebar sambil membayangkan bagaimana permainan Arya di ranjang nanti.Celine kemudian berdiri di pinggir ranjang. Ia berpikir sejenak, apakah lebih baik ia berbaring menunggu Arya sadar atau mandi saja.Setelah berpikir panjang, ia kemudian memutuskan untuk mandi. Ia tak ingin sedikit pun bau keringat mengganggu malam indahnya bersama Arya nanti.Di dalam kamar mandi, Celine bersenandung riang. Setelah menunggu bertahun-tahun, Akhirnya kesempatan ini datang juga. Ia yang dulunya hanya bisa menggigit jari ketika mendengar Arya berpacaran dengan wanita yang berbeda setelah putus dari pacar sebelumnya, kini punya kuasa penuh atas tubuh Arya. Kini ia bebas me

  • MY HANDSOME CEO   Bab 18 : Jebakan Penuh Nafsu

    Sebelum Celine naik ke mobil, Arya mengirimkan alamat apartemen wanita itu pada Alya. Ia malas naik taksi. Ia berpikir apa gunanya punya asissten pribadi yang dibayar mahal, kalau menjemputnya saja tidak bisa. Itu pasti bukanlah hal yang sulit,mengingat mengingat mereka masih dalam satu kota. Dan tidak terlalu jauh untuk menjemput.Namun Celine berdehem begitu masuk ke dalam mobil. Dan membuat Arya terkejut hingga hampir melemparkan ponselnya." Sudah aku bilang, jangan ganggu Alya. Ini kan malam minggu. Biarkan dia menghabiskan malam minggunya dengan tenang. Aku yakin dia itu juga butuh hiburan. Pasti dia sudah mearasa sangat lelah dengan semua pekerjaannya selama seminggu ini, masa kamu nggak ngerti sih?" Ucap Celine yang masih memegang perutnya." Maaf." Arya memasukkan ponsel kembali ke dalam saku.Ia hanya sempat mengirim alamat tanpa mengirim perintah apapun lagi.Setelah mengemudi hampir dua puluh menit, Arya dan Celine sampai di apartemen.Arya memarkirkan mobil, lalu segera ber

  • MY HANDSOME CEO   Bab 17 : Arya Dalam Bahaya

    Sabtu tiba. Alya bermalas-malasan di dalam kamar. Ia hanya sarapan ke bawah, lalu naik lagi ke kamarnya.Dinyalakannya TV untuk menonton salah satu series favoritnya. Ada beberapa telpon dan chat yang masuk ke ponsel Arya yang ada padanya. Namun, ia mengabaikan semua chat dan panggil itu. Hari ini, ia tidak mau berurusan dengan pekerjaan. Bahkan, ia tidak ingin bertemu Arya hari ini. Bahkan Alya juga berharap tidak akan bertemu dengan salah satu anggota keluarga Arya lagi.Pukul lima sore, pintu kamar Alya diketuk oleh seseorang. Ia pun berjalan untuk membuka pintu." Pak Arya?" Alya terkesiap melihat Arya yang sudah berdiri di depan kamarnya. Pria itu mengenakan kaos hitam dengan rambut yang acak-acakan seperti orang yang baru bangun." Ini Hari sabtu pak. Ini hari libur." Ucap Alya mengingatkan sebelum Arya kembali memberinya pekerjaan." Ini memang hari libur. Tapi, kamu sendiri yang mencari masalah. Kenapa kamu mematikan Hp yang aku berikan?" Tanya Arya.Alya menoleh melihat ponse

  • MY HANDSOME CEO   Bab 16 : Alya Cemburu?

    Semalaman, Alya memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan pada Arya besok pagi. Hati kecilnya berseru untuk setuju, namun ada penolakan besar dari sisi hatinya yang lain.Alarm di ponsel Alya berbunyi. Ia bangun dan bergegas mandi. Pukul enam ia turun ke lantai satu. Sebelum turun ke bawah, ia lebih dulu membangunkan Arya. Namun, saat ia baru saja tiba di kamar Arya yang tidak terkunci itu, Alya melihat sudah tidak ada orang di sana. ia menghela napas lega ketika mendengar suara shower dari kamar mandi.Dengan wajah lesu, Alya pergi ke meja makan. Ia duduk menatap meja yang masih kosong." Mba Alya lagi sakit ya?" Tanya Bi Iyem yang datang menghampiri Alya." Nggak kok Bi. Saya baik-baik aja. Cuma sedikit kecapean saja." Jawab Alya." Mba itu harus bisa mengatur waktu. Jangan terlalu kecapean. Kemarin,Bibi lihat Mba Alya sudah bisa bersikap sedikit tegas. Kalau mba nggak begitu, Pak Arya nggak akan sarapan Mba."" Pak Arya tetap sarapan kok di kantor, kalau dia nggak sarapan di sini

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status