" kenapa saya harus Tinggal di Rumah pak Arya?" Rumah saya tidak jauh kok dari sini pak. Bapak Bisa lihat saja kan sendiri, hari ini saya datang tiga puluh menit lebih awal dari jam Kantor. Lagian Nggak enak Pak kalau saya harus Tinggal di Rumah bapak. Apa Kata Orang nantinya, melihat Seorang Pria dan wanita yang bukan Muhrimnya sudah Tinggal Satu Atap." Ucap Alya.
Arya yang mendengar perkataan Alya itu merasa Bingung. "Kan tadi saya sudah bilang. Kamu harus bisa mengontrol semua apa yang aku lakukan. Termasuk Saat aku di Rumah.Sebenarnya, kamu sudah tahu tugas kamu atau belum sih? Atau jangan jangan Kamu juga belum tanda tangan Kontrak?" tanya Arya yang bingung dengan semua jawaban Alya." Belum pak." Jawab Alya sambil menggelengkan kepalanya." Apa kamu bilang? Belum Tanda tangan Kontrak?. Pergi ke ruangan HRD sekarang!" Ucap Arya dengan Raut wajah yang sangat Emosi.Melihat kemarahan di wajah Arya. Alya buru buru keluar dan menuju Ruangan HRD. Saat Alya keluar dari Ruangan Arya, diapun menghampiri Dewi yang sudah duduk di meja Sekertaris." Mbak. Ruangan HRD di lantai Berapa ya?""Di lantai Dua belas. Ada apa ya?" Tanya Dewi penasaran." Nggak ada apa apa kok Mbak." Jawab Alya danberlalu meninggalkan Dewi.Alya mengambil tas, lalu turun ke lantai Dua belas menggunakan Lift. Alya pun menyusuri lorong yang ada di sana samapi ia melihat Tulisan Human Rresort Development yang tertera di pintu. Ternyata itu terletak tepat di sebelah ruangan ia diwawancarai kemarin. Namun tak sempat memperhatikan karena guggup.Tok tok tok!
" Masuk" Jawab seorang wanita dari dalam ruangan trsebut. Ternyata itu adalah ruangan Ratna.
" Mbak Ratna?" Ucap Alya yang terkejut saat melihat wanita itu membukakan pintu." Alya? Ada apa kamu ke sini.?" Tanya Ratna." Mba Ratna kerja di bagian HRD?' Tanya Alya penasaran."Iya. Makanya kemarin Mba membantu proses wawancara karyawan baru." Ucap Ratna sambil menganggu." Aku diminta pak Arya untuk ke Ruangan HRD. Aku belum tanda tangan kontrak." Jelas Alya."Tanda tangan Kontrak kerja ya?. kamu masuk aja dulu. Pak Henry belum datang. Dia lagi ada pekerjaan di luar. Tapi apakah Pak Arya nggak akan marah ya, kalau tahu kamu berlama lama disini.?" Ucap Ratna.Alya yang saat itu sedang bingung tak memperdulikan Jika Arya Akan marah atau tidak. Ia juga tidak akan kembali ke Ruangan Arya. Ia belum tahu pekerjaannya seperti apa. dan ia juga tidak akan kembali kalau tidak menanda tangani kontrak itu."Kenapa Mbak Ratna nggak ngomong kalau aku harus tanda tangan kontrak dulu?". Tanya Alya." Mbak pikir itu bisa ditanda tangan nanti. Soalnya, Pak Henry bilang kalau mau datang sedikit terlambat hari ini. Memangnya kenapa harus buru buru tanda tangan Kontrak sih? Bukannya Lebih baik nanti saja ? Kan Kamu Bisa Coba dulu bekerja disini. Jadi kalau nantinya kamu nggak cocok, Kamu boleh keluar begitu aja." Jelas Mbak Ratna." Alya juga nggak Tahu Mbak. Soalnya Ini permintaan Pak Arya. Oh iya mbak. Apa Asissten sebelumnya juga harus tinggal serumah dengan Pak Arya?" Tanya Alya yang penasaran." Hah? Tinggal serumah? Ahahaha" Tanya Ratna sambil tertawa. " Yang Mba dengar,Asisstennya Pak Arya, Hanya selalu datang ke Rumah pak Arya setiap pagi. Tapi nggak Ada yang sampai tinggal dengan Pak Arya. Apa kata orang nantinya kalau melihat Perempuan dan Laki laki yang bukan Muhrimnya Tinggal serumah. Bisa bisa jadi masalah besar." Jelas Ratna." Nah itu mba. Yang alya Pikirkan sekarang. Soalnya Pak Arya meminta Alya untuk tinggal di Rumahnya. Oh iya mba, kalau asissten pribadi pertama Pak Arya itu bagaimana mba?bukannya dia itu laki laki ya?"" Kalau itu, Mba juga Kurang Tahu Alya."Mendengar apa yang diucapkan Ratna membuat Alya Berpikir. Alya yang awalnya sangat senang karena sudah mendapatkan kerja, namun sekarang ia dibuat gelisah dengan pekerjaanya sendiri. Entah apa sebenarnya yang tertulis di kontrak kerja itu.Alya yang gelisah karena Kontraknya belum saja ia Baca dan Makin di buat gelisah karena sudah hampir sejam dia meninggalkan Ruangan Arya dan tak kunjung kembali. " Apa kata pak Arya nanti, kalau aku belum kembali juga?" Tanya Alya dalam hati. Seketika Alya di Kagetkan dengan Kedatangan seseorang yang sedang membuka pintu. Alya langsung berdiri, takunya Itu Pak Arya. Namun seketika Alis Alya menyernyit saat melihat Pria Yang mewawancarainya minggu lalu." Ratna, Minta tolong kamu bagikan ke yang lain ya. Minta mereka untuk memeriksanya. Ingat jangan sampai Salah lagi." kata Pria itu yang ternyata bernama pak Henry.Ratna mengambil berkas itu, kemudian memperkenalkan Alya. " Oh ya, Ini Alya Pak. Dia Asissten Baru pak Arya.""Oh ok. Kamu ke sini Mau Tanda Tangan Kontrak kerja ya?" Tanya Pak Henry sambil meletakan Barang Barangnya, kemudian berlalu keluar.Lima menit kemudian Pak Henry krmbali dengan Sebuah Map Merah di Tangannya." Alya Angraeni". Ucap Pak Henry meneyebutkan nama Yang tertera di atas map.Alya yang mendengar namanya dipanggil bergegas menemui Pak Henry."Kamu Baca dulu pasal pasalnya. aku ada Urusan sebentar. Sepuluh menit lagi aku kembali" Ucap Pak Henry sambil mengulurkan Kontrak kerja yang di bawanya tadi.Alya mengangguk. Ia menerima kontrak kerja itu kemudian Membacanya Halaman perhalaman. wajah Alya sesekali menunjukkan Rasa Aneh dan Menyernyitkan Alis setelah membaca Perjanjian Kontrak kerja yang Aneh itu." Dia Sebenarnya mencari Asissten Atau Sedang Cari Istri sih?" Gerutu Alya sambil menggaruk kepalanya.Tugas Asissten pribadi yang ada di Kontrak itu benar benar di luar Nalar Alya. Bukan hanya masalah Kantor. Bahkan Alya Harus mengurus segala masalah pribadi Arya. Ibaratkan seorang Istri.Alya mulai Ragu untuk menandatangani Kontrak kerja itu."Dua puluh empat jam bersama Arya? Aku pasti akan stres" Gerutu Alya.Ratna kembali masuk ke ruangan itu setelah sempat keluar tadi. "Apakah kamu sudah membaca Kontraknya?" Tanya Ratna." Sudah sih mba. tapi apa ini Tidak berlebihan?" Tanya Alya yang bingung dengan isi Kontrak kerja itu."Jangan katakan apapun soal isi kontrak kerja itu padaku. itu pasti isinya rahasia kan? nggak boleh di bocorkan. Apakah kamu sudah lihat nominal gaji yang di tawarkan di sana? Aku dengar dari pak henry, katanya gaji untuk asissten pak Arya baru saja dinaikkan beberapa waktu lalu."Alya yang awalnya tidak terlalu fokus dengan pasal itu kembali membuka dan membacanya secara seksama. Dan seketika Matanya membola saat melihat angka yang tertulis di sana. Lima belas juta perbulan?. Tentu ini adalah umlah gaji yang sangat besar bagi Alya. Dan itu hanyalah gaji pokok. Ia akan mendapatkan Bonus Kalau Ada event dengan Catatan, Jika Arya menyukai Hasil kerjanya." Berapa Jumlah Gajinya?" Tanya Ratna penasaran.Alya yang masih kaget setelah melihat Jumolah gaji yang akan ia terima menjawab pertanyaan Ratna tidak dengan kata kata melainkan hanya dengan acungan Dua Jempolnya.Alya membuang semua ragu yang ada di Hatinya setelah melihat Jumlah gaji yang tertera di kontrak dan yang akan ia dapatkan. Ia tidak munafik. Sekarang ia sangat membutuhkan Uang. Ia yakin akan mendapatkan sangat banyak tekanan dalam pekerjaan ini. Tapi ia tidak menghawatirkan itu semua. Ia hanya perlu bertahan sambil mengumpulkan Uang Untuk modal usahanya sendiri. Ia akan hidup sehemat mungkin dan jika Uangnya sudah terkumpul, ia akan segera pergi dari Hotel ini dan membuat usahanya sendiri.Setelah menandatangani Kontrak. alya kemudian Begegas menuju Ruangan Arya. "Saya sudah membaca Kontrak kerjanya Pak. Saya akan membawa Barang barang saya nanti malam ke Ruamh Bapak."" Kalau begitu, Tak perlu ku jelaskan panjang lebar lagi. Kamu sudah pasti tahu apa yang harus kamu lakukan kan?" Tanya Arya." Iya Pak." Jawab Alya sambil mengangguk." Baguslah Kalau begitu." Ucap Arya sambil memberika sebuah ponsel pada Alya. "Ini ponsel kerjaku. Kamu berikan padaku kalau ada telepon dari orang pe
Alya kembali ke ruang rapat setelah menerima Telpon dari Monica. Ia berjalan Sepelan Mungkin agar tidak menimbulkan suara. Karena ia tidak mau menganggu karyawan yang sedang persentasi. Sejak Awal Rapat, alya sangat bingung dengan pembahasan rapat kali ini. Ia semakin bingun karena sempat keluar sebentar saat menerima Telpon dari Monica, Sementara pembahasn Rapat tetap terus berlanjut. Ia tidak Tahu apa yang harus Ia catat sekarang. Ia hanya menatap ke arah layar Monitor dan sesekali melirik ke Arah Ayra, Yang sedang fokus dengan Rapat kali ini.Setelah Satu jam Raptpun akhirnya selesai. Semua Staff satu per satu meninggalkan Ruangan Rapat.Hanya tersisa Alya dan Arya." apa yang dikatakan Monica tadi?" Tanya Arya." Bu Monica Sedang menunggu bapak di Butik Melati. Dan katanya bapak harus datang ke sana." Jelas Alya." Oke. Terima Kasih Atas Infonya." Ucap Arya sambil beranjak dari tempat duduknya." Apakah bapak Akan pergi ke Butik Itu?" tanya Alya Sembari berjalan di belakang Arya.
" Kamu dengar Aku nggak sih? Ap kamu meremehkanku? Kamu nggak tahu siapa aku ya?"Ucap Monica Lalu melayangkan Tangannya Di udara dan Mendarat di Pipi alya.Alya merasakan Panas di pipinya."Kamu masih nggak mau bilang dimana Arya?" Tambah Monica."Maaf Bu. Bukannya sayaNggak mau. Tapi memang pak Arya pergi setelah menerima telpon tadi. Pak Arya Hanya Bilang ada Rapat di Luar. Tapi Dia tidak mengatakan kalau Tempatnya di mana." Jelas Alya sambil memegang pipinya yang masih memerah." Jadi.Dia sengaja menghindar dariku?. Oke. Aku Akan Buat Kamu agar tidak bisa kabur lagi dariku." Ucap Monica sambil bergegas pergi meninggalkan Alya.Setelah menica Pergi. barulah Dewi menghampiri Alya. " Kamu Nggak Apa apa Al? Maaf ya. Aku nggak Bisa Bantu kamu. Bu Monica Itu orangnya sangat keras kepala dan tidak mau mendengar apa yang orang lain katakan. Kalau ada yang tidak seseuai dengan Kehendaknya, Dia Pasti akan main tangan.Alya yang masih merasa sangat kesal tidak memperdulikan apa yang Dewi katak
Alya yang saat itu sudah merasa khawatir akan ketahuan, mencari alasan agar mereka segera pergi dari tempat itu." Aduh.!"Alya merintih sambil memegang perutnya yang terasa sangat sakit."Kamu Kenapa?" Tanya Arya." Sepertinya maag Saya kambuh Pak."Arya mendengar keluhan Alya langsung menggelengkan kepala." Ya. Sudah. Ayo makan. Habis Itu jangan Lupa Minum Obat. Kamu Bawa Obatnya kan?"Alya Mengangguk. Rasa-rasanya ia Ingin menegajak Arya untuk segera pergi dari restoran Itu." Sejak kapan kamu maag?" Tanya Boby sembari melirik ke arah Arya. Boby pun merasa bingung dengan tingkah Alya. Karena setahunya, Alya adalah orang yang sangat memperhatikan pola makannya saat masih kuliah dulu. Bahkan ia tak pernah telat makan walaupun tugas kampus sedang menumpuk."Apa aku harus melapor padamu dulu kalau aku punya maag? memangnya kamu siapa?Arya kemudian mengelengkan kepala saat melihat perdebatan antara Alya dan Boby. Ia lantas melewati Alya, dan berjalan menuju ruangan paling ujung.Alya bar
Pukul lima belas, Arya dan Alya kembali ke kantor. Untunglah, Monica tidak ada disana ketika mereka sampai. Karena waktu yang tinggal sedikit, Arya kembali bekerja di Ruangannya. Begitu pula dengan Alya yang kembali ke ruangannya.Tepat Pukul Setengah Lima sore, Alya meninggalkan kantor. Ia harus pulang dan mengemas barang barangnya untuk pindah ke Rumah Arya.Ia juga sudah mencatat tugasnya di sebuah buku catatan Baru.Karena Alya hanya tinggal seorang diri saja, Ia tak perlu berpamitan pada siapapun. Ia mengemas semua barang barangnya sendirian. Tak banyak yang di bawa. Hanya baju yang biasa ia pakai saja. Satu koper saja sudah cukup.Karena kemacetan jakarta, Tepat Pukul dua puluh barulah Alya sampai di sebuah alamat yang ia tulis di Secarik kertas di tangannya.Keningnya menerut ketika berdiri di depan Gerbang. Rumah yang bernomor 505 di depannya itu tampak sangat sepi. Ia ragu kalau Arya sudah Pulang ke Rumah.Alya kemudian menekan Bel. Ia terus menekan hingga seorang Security berla
Pada kahirnya ia hanya berdiam diri ketika Bibir mereka berpisah dan mereka saling menatap satu sama lain. Untuk beberapa detik mata Alya tak berkedip. Ia memandangi wajah orang yang tepat berdiri di depannya, Tak percaya dengan apa yang terjadi. Marah, Kesal, Bingung bercampur menjadi satu.Mangabaikan Tangannya Yang siap menampar Arya, Jantung Alya berdegup kencang. Seolah belum cukup dengan mencium Alya, Arya menyusuri pergelangan tangan Asisstennya Itu. Arya memaksa Tangan Alya membuka Hingga ia berhasil menautkan Jemarinya."Apa harus aku tunjukkan yang lebih lagi?" Ujar Arya mengangkat tangannya yang menggenggam tangan alya setinggi dada.Mulut Monica Terbuka. Ia menggeleng, Menolak menerima kenyataan ini. Tidak mungkin seporang seperti Arya bisa menyukai Wanita Desa seperti Alya. Ia sudah mencari tahu tentang Arya sebelum mereka bertemu pertama kali. Arya beberapa kali berpacaran. Dan semuanya merupakan Gadis dari keluarga terpandang. Tidak pernah sekalipun Ia berpacaran dengan
Tepat pukul enam pagi, Alya sudah siap siap untuk berangkat ke kantor. Ia berdiri di depan cermin memperhatikan penampilannya. Semuanya sudah sangat rapi. Akan tetapi, Ia masih kepikiran tentang apa yang terjadi antara dia dan Arya. Itu membuat pikiran Alya menjadi tidak karuan.Tepat pukul setengah tujuh, Alya turun ke lantai satu dengan membawa tasnya. Rumah yang sangat besar itu kelihatan tampak sangat sepi. Sejak semalam, Alya hanya melihat Bi Iyem dan Pak Toni yang merupakan pekerja di rumah itu."Kemana keluarga Pak Arya? apakah Pak Arya seorang yatim piatu?" Tanya Alya dalam hatinya.Alya yang sudah merasa lapar, menuju dapur. Disana ia bertemu dengan Bi Iyem."Mbak Alya, tolong bangunkan Pak Arya. Tadi saya sudah mencoba mengetuk pintu kamarnya, tapi nggak ada jawaban. Mungkin Pak Arya masih tidur mbak." Ucap Bi Iyem.Tanpa pikir panjang lagi,Alya pun langsung bergegas menuju kamar Arya. Karena itu juga merupakan salah satu tugasnya sebagai asissten pribadi Arya.Tok...Tok..Tok
Alya dan Arya tidak terlalu mempermasalahkan apa yang terjadi dengan mereka semalam. Alya bahkan setuju jika menjadi pacar bohongan Arya. Bagi Arya, Alya hanyalah seorang staf biasa sama dengan karyawannya yang lain. Tak pernah terbesit sedikitpun dalam kepala Arya untuk menjalin hubungan serius dengannya. Lagipula, Ia juga tidak mungkin menyukai seorang gadis desa sama seperti Alya.Sebenarnya, Arya tidak pernah setuju dengan perjodohan antara dia san Monica. Karena bagi Arya, Monica tak lebih dari seorang wanita manja, sombong dan suka menghambur-hamburkan uang orang tuanya, hanya demi kesenangan pribadi.Arya memang adalah seorang peribadi yang mandiri. Walaupun ia berasal dari keluarga yang berada, namun Arya tidak suka membuang-buang uangnya hanya untuk hal yang tidak penting.Sudah berapa tahun terakhir, Arya tidak lagi menjalin hubungan dengan seorang wanita. Terakhir kali ia pacaran dengan Olivia. Arya berpacaran dengan Olivia sejak mereka masih kuliah di luar negeri. Namun, hu