Pada kahirnya ia hanya berdiam diri ketika Bibir mereka berpisah dan mereka saling menatap satu sama lain. Untuk beberapa detik mata Alya tak berkedip. Ia memandangi wajah orang yang tepat berdiri di depannya, Tak percaya dengan apa yang terjadi. Marah, Kesal, Bingung bercampur menjadi satu.Mangabaikan Tangannya Yang siap menampar Arya, Jantung Alya berdegup kencang. Seolah belum cukup dengan mencium Alya, Arya menyusuri pergelangan tangan Asisstennya Itu. Arya memaksa Tangan Alya membuka Hingga ia berhasil menautkan Jemarinya."Apa harus aku tunjukkan yang lebih lagi?" Ujar Arya mengangkat tangannya yang menggenggam tangan alya setinggi dada.Mulut Monica Terbuka. Ia menggeleng, Menolak menerima kenyataan ini. Tidak mungkin seporang seperti Arya bisa menyukai Wanita Desa seperti Alya. Ia sudah mencari tahu tentang Arya sebelum mereka bertemu pertama kali. Arya beberapa kali berpacaran. Dan semuanya merupakan Gadis dari keluarga terpandang. Tidak pernah sekalipun Ia berpacaran dengan
Tepat pukul enam pagi, Alya sudah siap siap untuk berangkat ke kantor. Ia berdiri di depan cermin memperhatikan penampilannya. Semuanya sudah sangat rapi. Akan tetapi, Ia masih kepikiran tentang apa yang terjadi antara dia dan Arya. Itu membuat pikiran Alya menjadi tidak karuan.Tepat pukul setengah tujuh, Alya turun ke lantai satu dengan membawa tasnya. Rumah yang sangat besar itu kelihatan tampak sangat sepi. Sejak semalam, Alya hanya melihat Bi Iyem dan Pak Toni yang merupakan pekerja di rumah itu."Kemana keluarga Pak Arya? apakah Pak Arya seorang yatim piatu?" Tanya Alya dalam hatinya.Alya yang sudah merasa lapar, menuju dapur. Disana ia bertemu dengan Bi Iyem."Mbak Alya, tolong bangunkan Pak Arya. Tadi saya sudah mencoba mengetuk pintu kamarnya, tapi nggak ada jawaban. Mungkin Pak Arya masih tidur mbak." Ucap Bi Iyem.Tanpa pikir panjang lagi,Alya pun langsung bergegas menuju kamar Arya. Karena itu juga merupakan salah satu tugasnya sebagai asissten pribadi Arya.Tok...Tok..Tok
Alya dan Arya tidak terlalu mempermasalahkan apa yang terjadi dengan mereka semalam. Alya bahkan setuju jika menjadi pacar bohongan Arya. Bagi Arya, Alya hanyalah seorang staf biasa sama dengan karyawannya yang lain. Tak pernah terbesit sedikitpun dalam kepala Arya untuk menjalin hubungan serius dengannya. Lagipula, Ia juga tidak mungkin menyukai seorang gadis desa sama seperti Alya.Sebenarnya, Arya tidak pernah setuju dengan perjodohan antara dia san Monica. Karena bagi Arya, Monica tak lebih dari seorang wanita manja, sombong dan suka menghambur-hamburkan uang orang tuanya, hanya demi kesenangan pribadi.Arya memang adalah seorang peribadi yang mandiri. Walaupun ia berasal dari keluarga yang berada, namun Arya tidak suka membuang-buang uangnya hanya untuk hal yang tidak penting.Sudah berapa tahun terakhir, Arya tidak lagi menjalin hubungan dengan seorang wanita. Terakhir kali ia pacaran dengan Olivia. Arya berpacaran dengan Olivia sejak mereka masih kuliah di luar negeri. Namun, hu
Alya sangat menyukai mainan anak-anak. Melihat mainan, ia selalu teringat akan masa lalunya.Disaat kedua orang tuanya masih hidup. Kedua orang tuanya selalu memanjakannya dengan membelikan ia mainan.Namun kali ini, entah mengapa kebahagiaan itu hilang. Hanya ada rasa gelisah di hati Alya. Ia teus memikirkan apa yang akan terjadi dengannya di pesta ulang tahun Angga malam ini. Apakah ayah Arya akan membunuhnya di tempat? karena mendengar Arya menyukai wanita desa sepertinya.Ia berjalan menatap punggung Arya. Entah apa yang ada di dalam pikiran Bosnya itu sampai-sampai mau menjadikannya sebagai pacar bohongan Arya. Padahal, masih banyak wanita yang lebih cantik dan kaya di luaran sana yang bisa bersandiwara menjadi pacar Arya. Mengingat Arya adalah seorang pria yang kaya, tampan, dan juga memiliki postur badan yang proporsional. Pasti tidak akan ada wanita yang menolak untuk menjadi pacar settingannya." Kalau yang ini bagaimana? Ini bisa terbang dan juga bisa mengeluarkan suara." Tany
Jantung Alya bedebar kencang, Ingin rasanya ia meninggalkan tempat itu sekarang juga. Namun, kakinya seakan tak bisa digerakkan, sementara matanya tertuju pada seorang pria yang sekarang sudah berada tepat di depan matanya." Nanti saja kita bicara, Pa. Jangan buat suasana ulang tahun cucu papa semakin rusak lagi. Tamu yang papa undang ini sudah cukup merusak pemandangan." Ucap Arya." Nanti datang ke kamar 0230. Tunggu papa di sana." Ucap papa Arya yang kemudian memberikan cardlock." Oke."Sebelum pergi, pria yang merupakan ayah Arya itu melirik Alya. Lirikannya layaknya pisau yang sakan menebas leher Alya saai itu juga.Arya kemudian mengambil kotak kado dari tangan Alya. Ia berjalan, menyingkirkan beberapa anak yang sedang mengelilingi meja." Om Arya!" Seru bocah bernama Angga.Arya kemudian meletakkan kado yang dibawanya di atas meja, lelu menggendong Angga. " Ponakan om sudah besar yah sekarang. Sebentar lagi om nggak kuat ngegendong Angga lagi." Ucap Arya.Angga hanya tersenyum
Hampir saja Alya bertepuk tangan dengan akting Arya. Wajah pria itu kelihatan sangat serius, bahkan tidak ada keraguan sedikitpun yang muncul di wajahnya. Sejenak, Ia mengandaikan kalau itu benar-benar suatu uangkapan yang serius. Pasti dia akan merasa sangat bahagia." Aku bahagia dengannya. Setiap bersamanya, hidupku terasa sangat sempurna. Aku nggak ingin apa pun lagi. yang aku inginkan, hanya selalu bersamanya." Ucap arya kemudian menautkan jemarinya ke jemari Alya.Sontak Alya terkesiap. Kali ini ia tidak bisa melepaskan genggaman tangan Arya yang begitu sangat erat. Ia hanya bisa bergeser sedikit, karena takut Arya akan menciumnya lagi seperti yang ia lakukan di depan Monica." Ini tidak sesuai dengan kesepakatan kita ya, awas aja kamu berani macam-macam lagi." Gumam Alya dalam hati.Kemaran ayah Arya pun semakin menjadi-jadi. alya menoleh pada Ratna yang berdiri di belakang sofa. Ada garis kekhawatiran yang tampak di wajah wanita itu." Apa kamu nggak lihat, kalau dia itu hanya
Semalaman, Alya memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan pada Arya besok pagi. Hati kecilnya berseru untuk setuju, namun ada penolakan besar dari sisi hatinya yang lain.Alarm di ponsel Alya berbunyi. Ia bangun dan bergegas mandi. Pukul enam ia turun ke lantai satu. Sebelum turun ke bawah, ia lebih dulu membangunkan Arya. Namun, saat ia baru saja tiba di kamar Arya yang tidak terkunci itu, Alya melihat sudah tidak ada orang di sana. ia menghela napas lega ketika mendengar suara shower dari kamar mandi.Dengan wajah lesu, Alya pergi ke meja makan. Ia duduk menatap meja yang masih kosong." Mba Alya lagi sakit ya?" Tanya Bi Iyem yang datang menghampiri Alya." Nggak kok Bi. Saya baik-baik aja. Cuma sedikit kecapean saja." Jawab Alya." Mba itu harus bisa mengatur waktu. Jangan terlalu kecapean. Kemarin,Bibi lihat Mba Alya sudah bisa bersikap sedikit tegas. Kalau mba nggak begitu, Pak Arya nggak akan sarapan Mba."" Pak Arya tetap sarapan kok di kantor, kalau dia nggak sarapan di sini
Sabtu tiba. Alya bermalas-malasan di dalam kamar. Ia hanya sarapan ke bawah, lalu naik lagi ke kamarnya.Dinyalakannya TV untuk menonton salah satu series favoritnya. Ada beberapa telpon dan chat yang masuk ke ponsel Arya yang ada padanya. Namun, ia mengabaikan semua chat dan panggil itu. Hari ini, ia tidak mau berurusan dengan pekerjaan. Bahkan, ia tidak ingin bertemu Arya hari ini. Bahkan Alya juga berharap tidak akan bertemu dengan salah satu anggota keluarga Arya lagi.Pukul lima sore, pintu kamar Alya diketuk oleh seseorang. Ia pun berjalan untuk membuka pintu." Pak Arya?" Alya terkesiap melihat Arya yang sudah berdiri di depan kamarnya. Pria itu mengenakan kaos hitam dengan rambut yang acak-acakan seperti orang yang baru bangun." Ini Hari sabtu pak. Ini hari libur." Ucap Alya mengingatkan sebelum Arya kembali memberinya pekerjaan." Ini memang hari libur. Tapi, kamu sendiri yang mencari masalah. Kenapa kamu mematikan Hp yang aku berikan?" Tanya Arya.Alya menoleh melihat ponse