Dua hari berlalu dengan cepat. Kini bus sudah melaju untuk pulang. Putri duduk di samping Dafa. Tidak saling berbincang, Putri hanya memandangi pohon-pohon yang terlintas. Semua orang sudah tahu, sudah tahu akan pernikahan Putri dan Dafa.
"Putri," panggil Dafa membuat Putri menoleh ke arahnya.
"Kamu mau bicara sama Galih?" tanya Dafa. Putri membulatkan matanya, lalu Dafa berdiri dan melangkah menuju belakang bis.
Tidak lama, Galih datang dan duduk di samping Putri. "Hai."
Putri hanya tersenyum, hingga membuka suara, "Maaf."
Galih menatap Putri dibarengi dengan helaan nafas. "Gak apa," ujar Galih.
Putri menunduk. "Aku jahat ya sama kamu," kata Putri diiringi tawa kecil.
"Enggak, kok. Kamu hebat, kamu sembunyikan ini supaya aku gak sakit hati kan sama kamu," ucap Galih. Putri tersenyum lebar.
"Kamu baik," kata Putri.
Galih melemparkan senyum simpulnya pada Putri. "Iya, em... Sil
"Akhirnya sampai ...," ujar Putri girang.Tubuhnya berputar-putar seperti kipas angin. Tangan kanannya menarik tangan Dafa agar berjalan lebih cepat."Putri, kita harus ke penginapan dulu untuk menyimpan barang ini," ucap Dafa."Kan bisa dibawa," ketus Putri."Ya sudah, kamu aja yang bawa!" Dafa menyodorkan koper itu pada Putri."Ck, ya udah." Putri menghentakkan kakinya dengan kesal dan berjalan mendahului Dafa.Sampai di sebuah Villa yang sudah mereka pesan lewat online. Villa dikelilingi persawahan, bentuknya minimalis tapi mewah.Putri membanting tubuhnya di kasur. Melebarkan tangannya. Menikmati sensasi empuk dari kasur itu. Dafa melirik Putri dengan tajam. Dafa menyeringai lalu ikut berbaring di samping Putri.Tangan Putri ia gunakan sebagai bantal. Gadis di sampingnya itu melirik dengan sinis."Minggir!" ucap Putri sambil mendorong kepala Dafa.Put
"Nikah?" Putri Ayundiya sedang berbincang bersama sang ibunda. Lastri ibu dari Putri itu memberi tau Putri bahwa dia harus menikah besok malam."Calon kamu bentar lagi datang,"ujar Lastri.Putri menggeleng tidak percaya. "Buk, Putri kan masih sekolah,"rengek Putri. Dia melorot dari ranjang kasurnya."Cuma tinggal satu tahun kan bentar lagi juga lulus,"kata Lastri agar Putri mengiyakan keputusan yang sudah tidak bisa diganggu gugat.Putri menunduk memeluk kakinya sendiri. Dia terisak kecil. Bagaimana bisa dia harus menikah saat masih menduduki bangku sekolah. Apa yang akan di katakan teman-temannya nanti jika tau. Lalu bagaimana jika Putri hamil saat masih berada di bangku SMA.Tok tok tokPintu kamar Putri perlahan terbuka menampakkan sosok pria dengan jaket kulit hitam. Lastri tersenyum merespond pria itu. Putri masih menunduk mengeratkan pelukannya. Pria itu mendekat ke arah Lastri dan mencium punggung tangan
Sorot mata semua tamu tertuju pada kedua pengantin ini. Putri berjalan dengan angun menuju altar pernikahan. Dafa dengan jas hitam berjalan gagah menemui Putri. Putri berbinar dengan tawa yang ia tahan.Putri berjalan beriringan dengan Dafa. Semua sisinya di penuhi orang-orang yang memotret mereka. Penghulu sudah duduk di altar menunggu calon pasutri ini. Mereka berdua berjalan dengan sangat serasi. Semua orang bergumam menyanjung Putri dan Dafa."Cantik banget istrinya.""Ganteng sama cantik cocok banget.""Serasi."Suara itu mengema seisi ruangan. Sekerika ruangan itu hening hanya ada suara pak penghulu."Ayah dari Putri silahkan!"ujar penghulu.Ayah Putri itu duduk di samping penghulu. Dia menjabat tangan Dafa dan kedua tangan mereka saling bertautan."Pengantin pria siap?" Dafa mengangguk. "Pengantin wanita siap?" Putri yang tadinya menunduk dengan segara dia mendongak dan menatap pak penghulu.
Pagi ini di apartemen Putri dan Dafa. Elusan hangat matahari membuat tidur semakin hangat. Udara yang menerpa membuka tirai jendela. Burung-burung berterbangan bebas. Selimut hangat menyelimuti Putri. Matanya masih terpejam dengan tubuh yang tengkurap. Sedangkan di kamar Dafa terasa amat panas matahari menyilaukan kedua matanya. Dafa membuka mata pelan dan mulai megedarkan pandangannya. Kian manik matanya tertuju pada jam dinding di tembok hadapannya. Pukul tujuh. Dafa bergegas bangun, dia berlari keluar kamar.Dafa mendorong pintu kamar Putri. Dafa menyeka rambutnya kasar. "Bangun!" Dafa berteriak sembari mengangkat tubuh Putri membuat Putri bangun kaget.Putri memberontak. "Apaan sih pak?"lirihnya dengan suara berat karena masih ngantuk.Dafa mengangkat tubuh Putri hingga gadis itu berdiri tegak. "Liat jam berapa?!" Dafa menunjuk jam tangannya.Putri membelalakkan matanya. Dia berlari memasuki kamar mandi yang berada di kamarnya.
Hari-berganti hari… detak-detak jarum jam menghantarkanku pada suasana yang baru, suasana yang berbeda dari hari-hari kemarin. Mentari pagi tampak tersenyum gembira seakan ingin menyapa. Aku siswi bersuami baru sampai di samping sekolah. Aku ingin tertawa sejenak ketika mengingat kejadian kemarin malam."Putri, bangun!""Apa?""Anterin saya ke kamar mandi.""Pergi sendiri!" Pasalnya kamar Dafa tidak ada toilet nya."Ayolah, di luar gelap tau!" Pria ku itu menggerutu."Gamau!" Aku menolak dan melanjutkan tidur ku.Aku menolak karena memang sangat mengantuk. Aku pikir pria itu akan pergi sendiri tapi dia malah melanjutkan tidurnya dengan menggenggam batu yang ia ambil di vas bunga miliknya.Aku mencium punggung tangannya karena sudah kewajiban ku kepada yang lebih tua. Dia tersenyum sekilas lalu membuang muka. Dia marah? Tentu. Namun, aku? Tidak peduli sama sekali.AUT
Malam begitu tenang mengiringi keindahan suasana rumah di malam hari kecuali jika Dafa datang. Langit cerah dihiasi bintang-bintang bertebaran menemani gagahnya raja malam yang bersinar terang menebar cahaya berkilauan. Nyamuk juga tidak mau kalah, terbang kesana kemari berhamburan mencari hamparan kulit untuk mengobati kehausan.Putri sudah dibekali makanan ringan di meja serta laptop yang sudah siap. Di akan begadang untuk mengatasi insomnia nya. Dia memutuskan untuk melihat para suaminya. Film Korea dengan judul 'my little bride'.22.30Film itu sudah terputar setengah. Kedatangan tamu yang tak diundang. Dafa menghampiri Putri dengan muka bantalnya."Kenapa bangun?" Putri merasa sangat terganggu."Tadi denger suara teriakan,"gumam Dafa lirih."Oh, itu sangmin." Putri membalas sambil menunjuk laptop nya.Dafa meraih jajan yang ada dimeja dan memasukkan kedalam mulutnya. Dia melirik ke arah Putri. "Kenapa nangis
Langit yang masih kelabu dengan basahnya daun karena embun. Rintikan hujan terdengar merdu dan sopan masuk ke telinga. Sejuk membuat bulu kuduk merinding. Putri sedang berada di dapur, memasak untuk sang suami. Di memotong bawang sebab dia akan memasak nasi goreng. Sejauh ini hanya itu yang bisa dia buat. Dia mulai menumis bawang-bawang itu. Aroma harum sudah mulai semerbak membuat penganggu itu datang. Dafa datang dengan kaos oblong dan celana pendek di kakinya. Dia mengendus-endus wajan di depan Putri. Tangan Putri gatal ingin mendorong wajah suaminya ke wajan."Pergi duduk!" Putri mulai terganggu dengan kedatangan jiwa setan.Dafa melangkah mundur membiarkan istrinya menuangkan nasi ke wajan. Nasi, saos, kecap ia tuangkan bergantian tak lupa sejumput garam yang ia taburkan."Jangan banyak-banyak nanti asin." Dafa berkomentar sembari berdiri menonton Putri masak."Itu telornya jangan lupa di goreng nanti!" Pria itu memerintah mem
Hari ini dari pagi sampai siang hari cuaca terasa begitu panas. Seiring bertambahnya laju detak waktu langit pun semakin siang semakin membiru, tak terlihat awan berarak di sekitarnya. Matahari begitu panas berasa tepat di ubun-ubun kepala. Waktu terasa semakin lama bagi Dafa sebab istrinya itu sedang marah dengannya. Tadi pagi Putri berangkat sekolah sendiri begitu juga saat pulang. Dafa pulang terlebih dahulu dan tidak melihat pucuk hidung istrinya itu.Panas cuaca di luar di padu dengan es jeruk memang nikmat tingkat dunia. Dafa duduk di sofa menatap ke arah luar jendela menanti istrinya pulang sekolah.Tap tapSuara langkah terdengar dari arah luar. Dafa menajamkan pandangannya ke pintu.CeklekPintu itu terbuka lebar. Netra Dafa mendapati Putri bersama seseorang di belakangnya. Wendi dan Silva. Dafa terbelalak membuat kakinya bangun tegak. Putri membawa temannya, bukankah dia tidak ingin siapapun tau tentang pernikahann