Share

Apa yang terjadi?

Matahari terlihat akan terbenam, siluet cahaya keemasan menyinari ruangan Alena. Sebagai pemimpin tertinggi di perusahaan ini, tentu saja Alena mendapatkan ruangan terbaik. Akses serta fasilitas mewah dapat ia nikmati dengan santai. Apalagi pemandangan indah selalu menyambutnya di sore hari. Akan tetapi itu tak membuat Alena merasa terlena dan menikmati pemandangan indah itu. Baginya pulang lebih cepat selalu menjadi yang utama.

Sebagai seorang CEO perusahaan besar, Alena memiliki kesibukan yang luar biasa. Akan tetapi sebagai seorang istri, Alena selalu menyisihkan waktunya untuk pulang dan makan malam bersama dengan Ansen. Melihat betapa sibuknya ia sebagai seorang pekerja, Alena tak bisa membayangkan jika suaminya bukan Ansen. 

Ansen adalah laki-laki yang sangat pengertian, laki-laki itu tak pernah protes dengan segala kesibukan yang Alena lakukan di perusahaan. Itu membuat Alena merasa bersalah dan takut Ansen akan kesepian berada di Apartemen.

Sekarang matahari mulai menampakkan sinar keemasan nya. Itu seperti sebuah alarm untuk Alena segera pulang ke Apartemen. Ia pun segera melepas semua pekerjaannya dan bersiap untuk segera pulang.

Tak lama seorang wanita berpakaian formal datang dan membawa beberapa dokumen di tangannya. Wanita itu adalah salah satu asisten yang ia miliki. Wanita itu terlihat lebih tua dari Alena, akan tetapi karena dia memiliki jabatan yang lebih rendah. Mau tak mau dia harus menunduk hormat pada Alena. Kali ini wanita itu terlihat seperti membuat kesalahan fatal, hingga dia harus terus menunduk dan tak berani menatap wajah Alena.

"Permisi Bu, ini ada beberapa dokumen yang perlu ditandatangani."

Mendengar ada pekerjaan yang belum diselesaikan, wajah Alena langsung berubah dingin. Sikap Alena di perusahaan bisa dikatakan santai dan dapat diajak bercanda. Untuk ukuran seorang CEO tentu saja sikap seperti itu terbilang sangat jarang. Akan tetapi sikap ramah Alena akan hilang jika itu menyangkut pekerjaan. Apalagi jika pekerjaan itu telah mengganggu kehidupan pribadinya.

"Saya tidak menerima pekerjaan lebih dari jam lima."

Ucapan itu begitu mutlak dan terdengar seperti palu penghukuman. Alena tau laporan ditangan asisten itu sangat penting. Tapi Alena selalu merasa Ansen jauh lebih penting dari beberapa dokumen. Apalagi ia sudah berjanji pada Ansen sebelumnya untuk selalu pulang tepat waktu.

Alena langsung memakai jas formalnya dan membawa tas, ia lalu pergi meninggalkan ruangan itu tanpa melirik asisten yang masih menunduk. Semua orang di perusahaan tau, bahwa semua dokumen penting yang membutuhkan persetujuan Alena selalu diserahkan sebelum jam lima. Jika dokumen diserahkan lebih dari jam lima, maka Alena akan langsung menolaknya dan mereka harus menunggu keesokan harinya. 

Asisten itu tau bahwa dokumen itu sangat penting dan dia membuat kesalahan karena telah terlambat meminta tanda tangan. Besok mungkin adalah hari penghakiman untuknya. Alena memang terkenal santai dan membuat pekerja merasa nyaman saat di dekatnya. Akan tetapi layaknya seorang CEO pada umumnya, ia selalu membenci keterlambatan.

Saat Alena keluar dari ruangan, beberapa pegawai segera berbalik dan memberi salam dengan hormat. Alena adalah figur pengusaha wanita yang paling dihormati. Apalagi mengingat segala prestasinya, itu membuat banyak orang menjadikannya idola serta panutan untuk calon-calon pengusaha muda.

Alena adalah sosok yang rendah hati, apalagi ditambah dengan wajahnya yang terlihat cantik dan ramah. Itu membuat orang-orang merasa bahwa Alena adalah sosok yang sempurna.

Saat Alena tersenyum sebagai balasan hormat mereka. Ia pun segera masuk ke dalam lift dan langsung menuju tempat parkir. Pemandangan itu begitu berharga untuk para penggemarnya yang berada di perusahaan. Karena Alena sebagai seorang CEO memang jarang terlihat. Selain karena kesibukannya, akses untuk bertemu dengan Alena telah dibatasi. Hanya orang-orang yang memiliki jabatan khusus yang dapat menemui Alena di jam-jam normal.

Saat Alena masuk ke dalam mobil, sopir segera menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. Di dalam mobil Alena hanya terdiam dan sesekali merenggangkan badan. Ia lelah setelah seharian bekerja. Alena terkadang sesekali menatap ke jalan dengan tatapan bosan. Akan tetapi satu tempat berhasil menarik perhatiannya.

"Saya mau pergi ke toko itu," ucap Alena lembut.

"Siap Non."

Sopir pribadi Alena adalah sopir yang telah bekerja di keluarganya selama tiga puluh tahun. Itu membuat Alena merasa seperti bersama keluarganya sendiri. Alena pun tak malu untuk bersikap santai bahkan bercanda dengan sopir. Hanya saja hari ini terlalu melelahkan hingga ia tak mau berbicara lebih banyak.

Alena pun segera masuk ke dalam sebuah toko elektronik. Toko itu me jual berbagai macam barang dari alat telekomunikasi hingga peralatan rumah tangga yang terbilang canggih. Wajah Alena yang cantik dan sikapnya yang begitu anggun berhasil menarik perhatian banyak orang. Tak terkecuali pekerja yang ada di sana. 

Seorang pegawai wanita segera mendekati Alena dengan senyum ramah. Dari pakaian Alena, pegawai itu dapat menyimpulkan bahwa Alena berasal dari kalangan orang kaya. Hampir semua yang Alena kenakan berasal dari brand-brand terkenal. Pegawai itu pun semakin senang dan mencoba melayani Alena sebaik mungkin.

"Maaf Nona, ada yang bisa saya bantu?"

"Saya ingin pencari peralatan game terbaru."

Pegawai itu segera mengarahkan Alena ke sudut toko. Di sana terdapat berbagai peralatan canggih serta berbagai laptop dengan model yang  bermacam-macam. Pegawai itu pun menawarkan alat paling baru dan paling mahal yang mereka miliki di dalam toko.

"Ini adalah laptop khusus untuk bermain game dengan set lengkap. Ini merupakan produk terbaru yang resmi dirilis di Indonesia satu bulan yang lalu. Fasilitas yang..."

"Saya beli."

Alena sama sekali tidak peduli dengan fitur-fitur yang ada di dalamnya. Ia tidak mengerti dengan dunia game, ia hanya akan membeli yang terbaru karena ia yakin Ansen belum memilikinya.

"Saya juga ingin membeli satu laptop untuk pelajar."

Alena pun menyerahkan kartu yang ia miliki. Pegawai yang sebelumnya ramah langsung melotot kaget saat melihat warna kartu yang disodorkan Alena. Kartu itu berwarna hitam dan terkenal langka. Hanya orang-orang dengan kekayaan fantastis yang memiliki kartu seperti itu.

Pegawai itu pun segera mengambil kartu dengan tangan yang sedikit gemetar. Lalu membungkus semua pesanan Alena dengan sangat hati-hati. Ia takut pelanggan kaya ini merasa tak puas. Ia juga berharap Alena dapat terus berbelanja di toko mereka di masa depan. 

Saat semua peralatan selesai dibungkus. Alena sedikit kaget saat melihat semuanya ternyata sangat banyak. Satu set yang dimaksud pegawai itu ternyata adalah satu koper. Itu membuat Alena merasa sedikit kewalahan.

Alena pun langsung masuk ke dalam mobil, tak lama ia menyerahkan laptop yang baru ia beli ke sopir pribadinya. Pak Ali pun menatap Alena dengan tatapan heran dan Alena langsung tersenyum.

"Itu laptop buat anaknya pak Ali, katanya ujian Nasional jaman sekarang harus pakai komputer. Jadi itu bisa dipakai buat ujian dan kuliah tahun depan."

Mendengar hal itu Pak Ali langsung merasa terharu. Ia tak henti-hentinya berterima kasih pada Alena. Ia merasa beruntung karena memiliki majikan yang begitu pengertian. Apalagi Alena selalu memperlakukannya dengan sangat baik. 

Saat mereka sampai di Apartemen, Pak Ali menawarkan untuk membawa koper Alena, tapi gadis itu segera menolaknya. Ia ingin memberi kejutan untuk Ansen.

Dengan perasaan senang, Alena masuk ke dalam Apartemen. Ia terus tersenyum sambil membayangkan kebahagiaan Ansen saat menerima hadiahnya. Akan tetapi ruangannya begitu sepi hingga membuat Alena menjadi heran. Biasanya Ansen akan menyambutnya di ruang tamu sambil tersenyum bahagia.

Saat Alena melihat sekeliling ruangan, tak ada wajah Ansen yang terlihat. Tak lama mata Alena menangkap pemandangan yang begitu mengerikan. Berbagai macam cairan ambigu serta peralatan kontrasepsi berserakan di mana-mana. Alena langsung mendingin dan memanggil suaminya dengan keras.

"Ansen!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status