Share

Kesempurnaan yang ia benci

Ansen bangun lebih dulu. Ia membersihkan sisa kekacauan yang telah dibuat sebelumnya. Tak lupa ia memasak sarapan untuk mereka berdua. Wajah Ansen terlihat datar, sebenarnya ia terbiasa melakukan hal kasar semacam ini. Dulu saat ia jatuh miskin dan terpaksa harus bekerja kasar. Ansen memasak dan membuat banyak hal untuk dirinya sendiri. Itu dilakukan untuk menghemat uang yang berhasil ia hasilkan.

Terjun ke dunia bawah tentu saja bukan sesuatu yang mudah. Ansen telah melakukan banyak hal untuk mencapai posisi tertinggi. Menjadi kurir hingga tertembak oleh musuh pun sudah pernah ia rasakan. Kehidupan yang begitu keras itulah yang membuatnya semakin sakit hati saat melihat Alena yang hidup dengan begitu indah.

Alena adalah definisi manusia yang hidup tanpa kekhawatiran dan keberuntungan. Alena sangat cantik, tubuhnya tak terlalu tinggi dan berat badannya ideal. Kulitnya yang putih bersih tanpa cacat membuatnya semakin terlihat seperti seorang putri. Dengan kekayaan yang dimiliki orang tuanya, Alena terbiasa mendapatkan apa yang ia inginkan. Termasuk pendidikan yang tinggi dan fasilitas hidup yang mewah. Tak hanya itu, wajahnya yang cantik membuat Alena tak pernah kekurangan pengagum. Ia terbiasa hidup dikelilingi oleh decak kagum laki-laki.

Sempurna, itu adalah definisi paling tepat untuk menggambarkan seorang Alena. Cantik, kaya, baik dan pintar. Semua hal yang diidamkan oleh orang lain melekat dalam diri gadis itu.

Kesempurnaan itulah yang ingin dihancurkan oleh Ansen. Ia ingin Alena tak memiliki apapun yang bisa dibanggakan. Ia ingin Alena putus asa. Ia juga ingin Alena hidup lebih buruk dari kematian.

Ansen selalu tau bahwa Alena tak memiliki salah apapun padanya. Tapi dalam diri Alena selalu terdapat darah orang yang paling ia benci. Darah yang ingin Ansen kuras hingga habis. Darah yang ingin Ansen bakar hingga hangus.

Saat semua sarapan telah disiapkan. Ansen menunggu gadis sempurnanya bangun. Ansen pun segera memasang wajah ramah dan manis. 

Alena membuka matanya, ia merasa hampir semua bagian tubuhnya terasa sakit. Ia pun mencoba bangun sendiri tapi tidak bisa. Ansen dengan wajah khawatir segera datang membantu. Laki-laki itu terlihat telaten dan berusaha agar gerakannya tak membuat tubuh Alena menjadi lebih sakit.

"Maafkan aku, aku berlebihan dan tak bisa mengontrol diriku sendiri."

Wajah Ansen terlihat memelas, itu membuat Alena merasa kasihan dan enggan untuk marah. Hanya saja ia terlalu lemas dan sakit, jadi tak bisa menghiburnya untuk sekarang. 

Ansen memeluknya dan membawa Alena ke kamar mandi. Laki-laki itu membersihkan setiap jengkal tubuh Alena dengan hati-hati dan telaten. Itu membuat Alena merasa rileks dan tersenyum pada Ansen.

"Terima kasih."

Saat mendengar Alena yang berterima kasih padanya, Ansen langsung merasa heran. Kenapa Alena selalu berterima kasih padanya setiap kali ia membantu dengan hal-hal kecil. Padahal beberapa saat sebelumnya ia selalu melakukan banyak hal jahat dan menyakitkan.

Terkadang Ansen berfikir Alena adalah orang yang bodoh, tapi jika kita melihat bagaimana rekam jejak Alena di dunia akademik. Maka dapat dikatakan Alena adalah seorang jenius. Apalagi dalam urusan ekonomi. Tapi jika menyangkut perasaan dan hubungan, entah kenapa Alena dapat dikategorikan sebagai idiot.

Kesadaran emosional Alena begitu rendah. Dia bahkan tak bisa membedakan niat baik atau buruk seseorang. Dia hanya akan percaya sepenuhnya lalu kecewa setelahnya.

Setelah membersihkan tubuh istrinya. Ansen membawa Alena untuk memakai baju kering yang ringan. Tak lupa ia membawa sarapan yang telah ia masak sebelumnya.

"Bubur ketan hitam dengan susu."

Melihat makanan favoritnya entah kenapa Alena langsung menjadi segar kembali. Wajahnya yang sebelumnya pucat langsung berubah kemerahan dan ditambah dengan senyumnya yang lebar. Itu membuat wajah cantiknya kembali bersinar.

Terkadang Ansen terpesona dengan kecantikan Alena. Bagaimanapun Ansen adalah seorang laki-laki normal, walaupun ia membenci Alena. Tapi ia tak dapat berbohong bahwa Alena memang sangat cantik dan dapat membuat laki-laki dengan mudah tergila-gila padanya.

Jika Alena bukan anak dari orang yang dibenci Ansen, mungkin akan sangat mudah bagi Ansen untuk jatuh cinta pada Alena. Alena terlalu sempurna untuk dilewatkan.

Ansen meniup bubur yang masih panas. Wajahnya lembut dan terlihat tersenyum ringan. Ia menyuapi Alena ekspresi bahagia. Seperti biasa makanan selalu enak dan Alena tak akan menolak semua hal yang ia masak.

Alena makan dengan lahap bahkan tanpa bersisa. Itu membuat Ansen merasa sangat puas dengan hasil usahanya.

Alena melihat wajah Ansen dengan hati-hati. Walaupun tubuhnya masih sakit. Alena merasa senang karena Ansen sudah kembali percaya diri. Melihat laki-laki itu menangis semalam, itu berhasil membuat perasaannya kalut dan bingung. Ia tak suka Ansen terpuruk apalagi merasa bahwa dirinya menjadi rendah.

Alena menggenggam tangan Ansen lalu bersandar di bahunya. Hal itu membuat Ansen menjadi kaku, karena tingkah Alena terlalu tiba-tiba.

"Ansen, aku sangat mencintaimu. Jadi jangan pernah berfikir bahwa aku akan meninggalkan mu."

Setelah mendengar kalimat cinta dari istrinya. Entah kenapa Ansen merasa hatinya sedikit berdenyut. Seolah-olah hatinya menyambut perasaan Alena. Itu membuat Ansen menjadi takut dan waspada. Bagi Ansen, Alena adalah target yang akan ia hancurkan. Jadi jatuh cinta padanya adalah sesuatu yang tak mungkin.

Ansen pun segera mendorong kepala Alena dengan pelan sambil tersenyum. Ia sebenarnya takut Alena dapat mendengar jantung nya yang berdetak tidak normal.

"Aku akan membersihkan piring dulu. Kamu istirahat, aku tak mau kamu menjadi sakit karena kelelahan. Untuk hari ini kamu harus mengambil cuti, aku telah meminta izin pada sekretaris mu. Jadi tidak ada alasan bagimu untuk pergi ke kantor."

Mendengar ucapan perhatian suaminya, wajah Alena semakin cerah. Ia mengangguk dengan cepat, terlihat seperti anjing penurut yang baru mendapatkan mainan. Itu membuat perasaan Ansen sedikit waspada. Pesona Alena semakin lama semakin mematikan.

Ansen pun pergi dari kamar Alena sambil memegang piring di tangan kiri. Dan memegang dadanya dengan tangan kanan. Ia berusaha membuat dirinya menjadi lebih tenang dan biasa saja. 

Setelah menaruh piring kotor, Ansen segera membuka lemari es dan meminum air dingin. Hal itu ia lakukan untuk mengalihkan perhatiannya dari semua hal yang berbau Alena.

'lupakan, lupakan, lupakan. Alena adalah musuh mu, ingat dia adalah musuh mu'

Ansen terus meyakinkan dirinya untuk tidak goyah pada pesona lembut Alena. Itu sangat berbahaya untuk kelancaran rencananya dimasa depan. Mungkin di hari-hari berikutnya, ia akan menjaga jarak dengan Alena untuk membuat perasaan menjadi lebih tenang. Dan ia dapat berfikir dengan jernih. Lalu dapat kembali lagi ke rencana awal, yaitu membuat Alena kehilangan segalanya. Ya, segalanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status