Share

Pindah Ke Jakarta

"Apa syaratnya Om?"

Pak Danu mendekat ke telingaku dan berbisik. "Syaratnya Kamu harus cepat sembuh, janji ya!" bisik Pak Danu, lalu menautkan kelingkingnya pada kelingkingku.

"Kalo lama gimana Om?"

"Ya ... terpaksa Om tinggalin Kamu di Hutan lagi, mau?"

"Ga mau Om."

"Makanya cepet sembuh," ujarnya sambil mengelitik perutku, Aku pun tertawa geli.

"Udah Pak entar keselek, orang lagi minum susu kok di bikin ketawa." ujar Buk Yati protes.

___________

Setelah satu minggu dirawat di Puskesmas, akhirnya kondisiku mulai membaik, hanya tinggal pemulihan di bagian kaki yang patah. Pak Danu dan Bu Yati kemudian membawaku ke Jakarta.

Perlakuan mereka sangat baik terhadapku sejak di Puskesmas, Bu Yati sangat perhatian dan Pak Danu selalu berusaha menghiburku. 

Setelah perjalanan yang cukup jauh, akhirnya kami tiba di Jakarta. Mobil Pak Danu memasuki sebuah lorong, di sebelah kiri dan kanan jalan terlihat banyak sekali rumah yang berjajar rapih. Bangunan di sini terlihat seperti Komplek Perumahan. Kami berhenti di depan salah satu rumah.

Pak Danu menurunkan barang-barang dari dalam mobil, sementara Bu Yati mambantuku turun dari mobil, dan mendorong kursi rodaku masuk ke dalam rumah.

Rumah ini tampak begitu nyaman terlihat dari luar, dengan warna catnya yang berwarna hijau lumut, menambah suasana menjadi asri dan menyatu dengan alam sekitarnya.

Begitu masuk ke ruang tamu, terlihat sofa minimalis berwarna krem dan lemari sudut berisi berbagai pernak-pernik yang unik.

"Lastri, sementara sebelum kamu berjumpa Abahmu, kamu tinggal disini dulu ya nak!" Suara Bu Yati memecah lamunanku.

"Semoga Lastri betah tinggal di sini, walaupun rumahnya sederhana," ucapnya pula menambahkan.

"Lastri betah kok Buk, Lastri di kampung tinggal di rumah gubuk peninggalan nenek, lantainya juga tanah bukan ubin Buk," jawabku tulus dari dalam hati.

"Alhamdulilah kalo Lastri betah, Ibu juga senang Lastri di sini, biar Ibu ada temannya di rumah." tutur Buk Lastri, sembari tertawa kecil.

"Lastri juga senang, karena Pak Danu dan Ibu baik banget sama Lastri."

Buk Yati mendorong kursi rodaku hingga ke depan sebuah kamar.

"Ini kamar Lastri, nanti malam Lastri tidur disini ya!" pinta Bu Yati, lalu membukakan pintu kamar untukku.

"iya Bu," jawabku, tak sabar ingin melihat kamarnya.

Mataku melihat sekeliling kamar, kamar ini dicat dengan warna merah muda. Begitupun dengan lemari dan sprei tempat tidur, semuanya berwarna merah muda. Terdapat satu boneka beruang besar di atas tempat tidur, yang juga berwarna merah muda.

Kemudian Buk Yati mendorong kursi roda, membawaku masuk ke dalam kamar. Beliau membantuku berbaring ke tempat tidur.

"Kamu pasti capek, istirahat dulu ya!" Perintah Wanita yang selalu mengenakan gamis dan jilbab lebar tersebut, lalu Beliau duduk disampingku.

"Ini rumah Ibuk ya?"

"Ini Rumah Dinas Polisi nak, sekarang Pak  Danu di pindah tugaskan di Jakarta, jadi ya tinggal di sini sekarang."

"Tapi rumahnya rapih ya Buk, padahal kan kita baru saja sampai."

"Iya ..., karena sebelum pindah kesini, Ibuk sudah suruh orang buat bersih-bersih dan mengisi sebagian perabotan."

"Lastri, nanti walaupun Lastri sudah ketemu sama Abah, Ibuk harap Lastri masih mau tinggal sama Ibuk."

"Iya, nanti Lastri bilang sama Abah ya Buk."

"Ibuk dan Pak Danu ngga punya anak, makanya senang Lastri ada disini nemenin Ibuk." ucap Buk Yati sambil mengusap dan mencium pucuk kepalaku.

"Ngobrol terus! itu loh ada tukang bakso di luar, mau ngga?" Terdengar suara Pak Danu berbicara dari luar kamar. Aku dan Buk Yati tertawa bersama, menyadari Pak Danu hanya sendiriran di luar sedari tadi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status