Share

ingin tau

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-02 03:39:19

Pagi ini, akan kutemui dia Mas," ucapku sambil bangun dan menuju ke dalam.

"Jangan Aisyah, kalau bisa kita temui dia bersama-sama. Aku belum mengutarakan perasaan sukaku, aku ingin kamulah yang menyampaikannya," kata Mas Hamdan dari ruang tamu.

Langkahku langsung tertahan mendengar dia mengucapkan hal itu. Jika dulu aku tak pernah mencela suami, maka hari ini aku ingin menyebutnya semena-mena dan seenaknya. Apa iya, aku yang akan menemui gadis muda itu dan mengatakan jika mas Hamdan menyukainya lalu dengan manisnya memakaikan cincin?

Oh ... apa dunia terbalik sekarang?!

"Tolong lepaskan aku, Mas. Jika kamu mencintaiku dan menghargaiku sebagai seorang istri dan wanita yang pernah melahirkan anak anakmu tolong hargai perasaanku, aku sungguh telah tersiksa dengan luka semalam yang kau torehkan, Mas."

Mendengarku menegaskan kalimat itu Mas Hamdan langsung terdiam, Dia terlihat tidak mau mendapatku lagi. Hanya mendengkus panjang dan menggeleng.

*

Satu jam kemudian,

Suamiku yang masih tampan dan tetap memperhatikan penampilan yaitu keluar dari kamar, dia nampak mengenakan jam tangan dan merapikan penampilannya di depan kaca.

"Sebaiknya tak usah bawa mobil, Raihan dan adiknya cukup kuat di atas motor," ucapku dingin. Aku tahu pasti jika suamiku mengendarai Terios hitam miliknya maka gadis impiannya, bisa jadi telah menunggu di ujung jalan desa, dengan alasan ke pasar juga.

"Tapi, aku takut hujan ...."

"Ada ketakutanku yang lebih besar dari hujan, aku khawatir fitnahkan mengenai dirimu dan mencoreng nama baikmu," jawabku sambil beralih ke wastafel dapur.

"Mungkin karena terbiasa bertemu dengan gadis itu setiap pagi aku merasa hari-hariku menjadi bersemangat dan sempurna, aku lupa bahwa aku sudah dewasa memiliki 2 anak dan istri yang menunggu di rumah. Perasaan cinta itu datang begitu saja tanpa bisa kuhalangi, jujur meninggikan posisimu kuungkapkan kejujuran ini dengan tegas," jawabnya yang datang menyusulku ke tempat cuci piring.

Tak sadar, dia kembali menusuk hatiku dengan belati bergerigi, dia menambahkan sayatan baru di atas luka yang sudah bernanah, luka itu mengeluarkan darah yang deras, membuatku kembali menjatuhkan air mata.

"Kalau begitu, aku akan pergi ke pasar juga," jawabku dengan suara gemetar, kuusap air mata dengan jilbab dan beralih ke dalam kamar untuk mengganti baju dan menyembunyikan tangisanku.

Kututup pintu kamar, membuka lemari dan mencari pakaianku. Dari jajaran pakaian lama aku sadar sudah tak ada lagi pakaian yang cukup bagus, yang bisa menarik hati Mas Hamdan agar tatapan matanya kembali teralihkan padaku. Kuambil gantungan pakaian satu-persatu melihat bajunya, lalu melemparnya ke ranjang.

Semakin berpikir untuk cantik semakin frustasi diri ini karena sadar selama ini aku tak mementingkan kecantikan. Kupikir suamiku akan setia seperti apapun rupa istrinya, tapi ternyata ... dia sama saja dengan pria pria lain di luar sana.

"Argggg, mengapa ini terjadi padaku ..." Aku menangis dengan suara tertahan menarik semua gantungan di dalam lemari dalam satu tarikan, aku terduduk dalam keadaan putus asa dan menangis sejadi-jadinya sambil membekap mulutku dengan tumpukan baju.

Apa salahku, menjelang ulang tahun pernikahan yang ketiga belas dia memutuskan menduakanku. Apakah semudah itu baginya? Tidak bernilaikah kesetiaan dan semua pengorbananku selama ini. Aku bahkan tidak bekerja lagi demi oermintaannya, jarang keluar rumah demi memikirkan layanan terbaik untuk keluarga ini. Mengapa semudah itu dia meminta keikhlasanku untuk membagi cintanya.

***

Mobil kami berjalan pelan di aspal kasar yang masih diselingi batu karena tidak rata, kuedarkan pandangan ke sisi kanan kiri jalan untuk memindai apakah pelakor alim itu menunggu suamiku di sana. Sebenarnya aku tak mau menyebutnya begitu, tapi rasa sakit dan kebencian di hati ini tak terbendung lagi. Aku cemburu dan iri, mengapa dia, mengapa harus gadis muda yang cantik, serta memiliki akhlak yang baik. Rasanya aku berada dalam dilema yang mau dicegah pun tak bisa. Aku ingin marah, tapi tak tahu harus pada siapa.

Di ujung gerbang desa, wanita itu terlihat berjalan dengan keranjang di tangannya. Kerudung merah muda dengan baju kurung selutut membuat gadis itu seperti mawar yang sedang mekar. Menatapnya membuatku menelan ludah, aku mengakui dia memang lebih cantik dariku, aku sedih, dadaku sesak dan hatiku makin merasa kecil.

Tanpa kuberi aba-aba, seakan otak suamiku sudah diprogram, dia mengerem dan menurunkan kaca mobilnya.

"Mbak, ayo barengan," tawar Mas Hamdan.

Wanita itu berbinar, dia tersenyum dan mengangkat wajahnya dari kerudungnya yang berenda. Tapi, binar cinta itu berubah redup ketika dia mendapatiku ada di sebelah Ma Hamdan.

Gadis itu jadi takut dan mundur sambil menggelengkan kepalanya.

"Ti-tidak, Mas, saya duluan saja."

" Ayolah, kita searah, Maura," bujuk Suamiku tanpa menimbang keberadaanku di sisinya.

"Eng-engggak, Mas. Maura jalan saja, hanya satu kilometer, kok, jawab gadis itu sambil memandangku.

Aku yang kehilangan kesabaran melihatnya seperti bermain lemah di hadapan Mas Hamdan langsung turun dan mendekat dan ...

Plak!

Kutampari gadis itu dengan sekuat tenaga yang kumiliki. Dia nyaris terjatuh anda tak menahan keseimbangannya, dia memegangi pipinya sambil menatap terkejut padaku.

"Sejak kapan kamu mulai dengan dengan suamiku?"

Dia yang ditanyai seperti itu langsung mundur dan takut, bahunya gemetar dan terus memandagi belahan jiwaku.

"Sa-saya gak dekat, Mbak, hanya kebetulan beberapa kali diantar oleh Mas Hamdan," jawabnya.

"Oh ya, apa suamiku sudah mengutarakan niatnya untuk menikahimu?!" tanyaku berkacak pinggang.

Gadis itu makin takut, dia melihat Mas Hamdan yang mulai turun dari mobil dengan mata berkaca-kaca dan kembali menundukkan kepala.

"Jawab aku!"

"Jangan ganggu dia, aku akan menikahinya dengan atau tanpa izinmu!"

Malam dan langsung menarik wanita itu ke dalam pelukannya membuatku terkesiap, sikapnya yang terang-terangan menunjukkan cinta telah menambah harga diriku, dadaku langsung berkobar kobar oleh amarah dengan pemandangan seorang gadis muda menangis sesenggukan di pelukan pria yang bukan miliknya.

Jangan tanya lagi ekspresi anak-anak yang kebetulan menyaksikan semua itu dari mobil.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Madu Muda : Ketika Cintaku Direnggut Paksa   164

    Mungkinkah sikap arogan Mas Irsyad ditengarai oleh kecemburuannya yang begitu besar kepada Hamdan atau mungkinkah karena dendamnya padaku karena sudah menyakiti Elsa, entahlah, aku tak tahu, yang jelas aku merasa sangat sakit dan tersinggung. Air mataku berurai pedih dan menyesal. "Andai aku tidak termakan kata kata manis dan bujukan sejak awal, mungkin aku tidak akan pernah menikahi pria busuk seperti Irsyad. Dia hanya baik di awal dan kejam di akhir, dia benar benar membalikkan persepsiku tentang perilaku dan sifatnya."Pagi menjelang, matahari menyapa, tapi aku enggan menatapnya. Diri ini masih terbaring di ranjang meski waktu sudah menunjukkan pukul tujuh."Kamu tidak bangun untuk menyiapkan sarapanku dan anak-anak?""Aku sedang tidak enak badan dan kalian bisa beli makanan di drive thru, anak anak akan senang," jawabku dari balik selimut."Aneh sekali sikapmu hari ini Aisyah," gumamnya."Memangnya aku tidak boleh sakit memangnya sesekali aku tidak boleh libur dari rutinitas rum

  • Madu Muda : Ketika Cintaku Direnggut Paksa   163

    "Berani sekali istrimu memukulku, aku kesakitan Mas, aku kesakitan ...." Wanita itu meraung dan menjerit kesakitan sambil berusaha melindungi dirinya di belakang Mas Irsyad.Saat itu yang aku rasakan tidak ada lagi kewarasan, hanya sakit, panas hati dan amarah yang menggelegak. Saking tak tahannya aku dengan kekesalan, rasa-rasanya ubun-ubun ini ingin meleleh."Beraninya kau mengusik suamiku, menghapus ketentraman rumah tangga dan membuat hidupku tidak nyaman!" Aku melesat ke belakang Mas Irsyad, tanpa bisa dicegah aku langsung mencekik leher wanita itu sampai dia terdorong dan terdesak tepat di depan tangga rumah."To-tolong... Akh ... akkk ...." Wanita itu meronta "Aisyah, stop, ya Allah, Aish, please, lepasin Elsa." Mas Irsyad berusaha menengani tapi sia sia saja.Nafas wanita itu mulai sesak dan megap-megap, dia ingin mengatakan sesuatu tapi tidak bisa. Aku yang seakan dirasuki sebuah kekuatan besar terus menekan lehernya hingga nyaris saja wanita itu meregang nyawa dengan bola

  • Madu Muda : Ketika Cintaku Direnggut Paksa   162

    Seminggu kami jalani hidup tanpa tegur sapa dan saling menjauhi. Lebih tepatnya aku yang menjaga jarak dan menjauhi Mas irsyad. Begitu dia mendekati, terlebih ketika di kamar, anak aku langsung bangun dan memasang jarak. Bukannya dia tak mencoba membujuk hanya saja aku yang menolak bujukannya.Seperti ketika suatu malam dia mendekat, mencoba memeluk dan menciumku dengan paksa seperti yang selama ini dia lakukan kala aku merajuk kecil. Sontak, aku berontak dan mendorongnya. Aku menghardik dengan kesal agar dia jangan memaksakan dirinya padaku."Aku bukan pelacur atau wanita yang bisa kau perkosa kapan pun. Enyahlah dari hadapanku.""Mengapa kau marah sekali, aish. Ini sudah hampir seminggu, gak takutkah kamu akan dosa menolak hasrat suami.""Kenapa tidak kau bagi saja hasrat itu kepada wanita yang masih kau cintai!" Tentu saja Mas Irsyad terkejut dan wajahnya langsung pucat. Pria itu mengigit bibir lalu bersurut mundur."Apa? Kenapa diam, Kenapa tidak kau temui mantan istrimu lalu ung

  • Madu Muda : Ketika Cintaku Direnggut Paksa   161

    Seminggu kami jalani hidup tanpa tegur sapa dan saling menjauhi. Lebih tepatnya aku yang menjaga jarak dan menjauhi Mas irsyad. Begitu dia mendekati, terlebih ketika di kamar, anak aku langsung bangun dan memasang jarak. Bukannya dia tak mencoba membujuk hanya saja aku yang menolak bujukannya.Seperti ketika suatu malam dia mendekat, mencoba memeluk dan menciumku dengan paksa seperti yang selama ini dia lakukan kala aku merajuk kecil. Sontak, aku berontak dan mendorongnya. Aku menghardik dengan kesal agar dia jangan memaksakan dirinya padaku."Aku bukan pelacur atau wanita yang bisa kau perkosa kapan pun. Enyahlah dari hadapanku.""Mengapa kau marah sekali, aish. Ini sudah hampir seminggu, gak takutkah kamu akan dosa menolak hasrat suami.""Kenapa tidak kau bagi saja hasrat itu kepada wanita yang masih kau cintai!" Tentu saja Mas Irsyad terkejut dan wajahnya langsung pucat. Pria itu mengigit bibir lalu bersurut mundur."Apa? Kenapa diam, Kenapa tidak kau temui mantan istrimu lalu ung

  • Madu Muda : Ketika Cintaku Direnggut Paksa   160

    Tak mau terus menyiksa batinku sendiri dengan terus menguping pembicaraan Mas Irsyad dan mantan istrinya akhirnya kuputuskan untuk turun saja mengambil air minum dan kembali ke kamar.Namun sebelum aku melanjutkan langkah, kembali perasaan marahku meronta-ronta. Haruskah aku melabrak dan meneriakinya, lalu mencecarnya dengan banyak pertanyaan mengapa dia berani sekali menelepon wanita lain di tengah malam dan memberinya kata-kata yang indah. Oh Tuhan, hatiku dilema.Ingin kutahan diri tapi rasa haus seakan menusuk tenggorokan sehingga aku tidak punya pilihan.Dengan gaun tidur yang masih menjuntai ke lantai, aku berjalan ke dapur. Melihatku tiba-tiba datang pria itu terkesiap dan kaget. Dengan salah tingkah dia segera mematikan ponsel dan menyembunyikan benda itu di bawah dudukannya. Tapi sayang, aku melihatnya.Aku yang pura-pura tidak tahu apa-apa hanya berjalan dengan cuek lalu mengambil gelas dan memencet dispenser lantas kuteguk air sambil berusaha menahan diriku."Kok belum tid

  • Madu Muda : Ketika Cintaku Direnggut Paksa   159

    Hal yang baru saja dia katakan memantik sebuah keheranan di hatiku. Di satu sisi dia ingin aku membiarkannya untuk berhubungan baik dengan Elsa namun sebaliknya ketika aku dan Mas Hamdan berkomunikasi dan hendak menjalin hubungan baik lagi, dia seakan sangat keberatan dan benci."Mungkinkah suamiku adalah penganut pernikahan terbuka di mana dia bebas melakukan apa saja dengan dunia dan teman wanita, sementara aku akan terjerat dan harus mematuhi semua aturan yang dibuat. Bukankah itu tidak adil?!"Alangkah arogan dirinya ketika mengatakan bahwa aku tidak boleh turut serta dalam acara aqiqah yang diselenggarakan Mas Hamdan sementara dia terus malah padaku agar bisa menemui mantan istrinya dengan berbagai alasan kurasa jika aku sudah jengah sendiri dan bosan, dia akan kutinggalkan.Kadang timbul kesesakan tersendiri di dalam hatiku, keheranan entah mengapa aku selalu gagal menjalin tali pernikahan. Apakah aku memang harus ditakdirkan punya suami ajaib yang tidak pernah sesuai dengan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status