Share

Bab 3. Mandi Subuh

last update Last Updated: 2023-09-20 03:11:03

Seperti biasa aku bangun sebelum subuh, bergegas mandi karena semalam aku baru saja memberi hadiah pada Mas Bendu, sebagai ucapan terima kasih karena sudah diberi izin untuk bekerja.

"Mas, bangun." panggilku pelan membangunkan suami dengan menggoyangkan-goyangkan kakinya. Tidak ada respon apapun dari Mas Bendu mungkin terlalu lelah.

"Mas, Mas bangun udah mau Subuh." panggilku sekali lagi.

Dia menggeliatkan badan lalu beberapa detik kemudian duduk. Dia tersenyum indah padaku membuat jantungku berpacu lebih cepat.

"Udah mandi saja kamu, Dik." sapanya.

"Udah dong, Mas. Sana mandi, nanti kita sholat berjamaah ya." suruhku. Untung di kamar suami ada kamar mandi, jadi seisi rumah tidak perlu tahu kapan aku 'bermain' dengan suami.

Setelah Mas Bendu mandi kami pun melaksanakan sholat secara berjamaah. Runitas seperti biasa jikalau aku sedang tidak halangan.

Setelah sholat berjamaah aku pun melanjutkan aktivitas berkutat di dapur menyiapkan sarapan untuk seisi rumah, sedangkan Mas Bendu tampak memainkan gadgetnya, mungkin sedang bermain game.

Pagi ini aku hanya memasak nasi goreng untuk sarapan sedangkan untuk makan siang ibu dan Nini ku buatin telur dadar ditambah sayur bayam. Lagian di bawah tudung saji masih ada ayam dua potong dan juga ikan kering campur kentang balado.

🌟🌟🌟

"Mas, yuk berangkat. Aku udah rapih nih." ajakku pada Mas Bendu yang masih mematut diri di depan cermin.

"Yuk." jawabnya dengan senyum-senyum padaku.

"Kok senyum-senyum, Mas. Aku jadi tersipu malu." 

"Kamu cantik." pujinya, membuat pipiku merona seperti dikasih blash-on.

"Memangnya kemarin-kemarin aku nggak cantik, Mas?" ujarku sembari membulatkan bibir.

"Cantik, tapi sekarang lebih cantik." godanya lagi. Ya wajar saja sekarang aku terlihat lebih cantik, berdandan seadanya untuk mencari pekerjaan. Mana tauan nanti ada lowongan kerja yang langsung interview.

Ibu dan Nini tengah duduk di ruang tamu sembari memainkan gadgetnya masing-masing sontak terperangah melihat aku sudah berpakaian rapi.

"Bendu, itu istrimu mau kemana pagi-pagi sudah rapi. Kalau cuma ke pasar nggak musti berpakaian rapi begitu lah, lebay banget." ucapnya ketus dengan menatap masam padaku, belum lagi ujung bibirnya yang sedikit menyungging.

Aku hanya memberikan senyum tipis pada mertuaku itu, palingan beberapa detik lagi Mas Bendu bakalan jelasin.

"Ini lho bu. Liodra katanya mau nyari kerjaan, mumpung belum hamil." jawab Mas Bendu santai.

"Wah baguslah kalau kakak nyari kerja daripada banyak nyantai di rumah ini. Masa iya Mas, aku udah capek beres-beres rumah Kak Liodra malah ongkang-ongkang kaki di rumah." kata-kata yang keluar dari mulut Nini begitu sangat berbanding terbalik dengan kenyataan. Hatiku memanas mendengarkan penuturannya ingin sekali ku remas-remas pake ulekan cabe biar tambah dower bibirnya.

"Haa, apa Ni? Bukannya......." belum selesai aku bertutur kata, ibu menyahut bagai petir gledek.

"Kerja Ben? Kalau kerja kapan punya momongan kamunya. Ingat, usia Lio juga tua dari kamu 4 tahun. Kalau kerja pasti bakalan sibuk, orang yang mau program hamil itu kudu banyak istirahat." protes ibu.

"Kalau rezeki in syaa Allah nggak kemana kok, Bu." jawab Mas Bendu. 

"Yes, aku dibela suami tercinta. Nggak salah aku pautkan hati padanya setelah Sholat Istikharah selama seminggu untuk menentukan pilihan saat itu." bisik-bisik dari dalam naluriku.

"Yasudah, Bu. Kami berdua pamit dulu ya." ucap Mas Bendu sambil meraih tangan ibu untuk di cium.

"Eh, bentar dulu. Ben, ibu minta duit 50 ribu dong." ujar ibu menengadahkan tangan ke Mas Bendu.

"Bukannya tunjangan gaji Ayah masih ada, Bu?"

"Itu mana cukup sampai akhir bulan Ben, minggu kedua udah habis duitnya."

"Bendu belum gajian Bu." elak Mas Bendu. Aku hanya memperhatikan gerak-gerik ibu yang mencurigakan di mataku.

"Ya kalau di kamu nggak ada tanyalah sama istri mu ini. Ibu perhatiin sejak dua bulan kalian menikah gajimu cepat habis ya, Ben. Pasti Liodra boros."

"Iya, Mas. Sama pelit juga istrimu ini lho Mas. Masa aku nitip sarapan kagak dibeliin." Nini ikut nimbrung menyudutkan ku, tangannya masih asyik memainkan gadget.

"Astagfirullah, enggak Mas. Aku nggak ada kayak gitu." protesku. Kali ini mulutku enggan terkunci, mereka akan semakin menjadi-jadi kalau aku diamkan.

"Udahlah, kok jadi ribut begini. Dik, kamu masih pegang uang nggak?"

"Ada, Mas 50ribu pas. Tapi...."

"Nah, itukan ada istrimu Ben. Mana Lio?" tangannya menengadah ke arah Mas Bendu tadi, kini beralih padaku.

"Iya, memang ada Mas. Tapi 'kan aku mesti pegang uang juga buat ongkos pulang nanti." jelasku.

"Gini aja, besok Mas 'kan gajian. Kamu kasih aja dulu duit 50ribu ke ibu, terus kamu besok aja nyari lowongan kerjanya yah daripada h

jadi ribut gini malu kalau kedengaran sama tetangga." jelas Mas Bendu menengahkan. 

Aku hanya diam saja dengan wajah kusut, kusodorkan duit 50ribu ke ibu. Lalu kucium punggung tangan Mas Bendu. "Yasudah kamu hati-hati ya Mas."

Aku balik badan masuk ke dalam kamar. Hatiku sakit diperlakukan seenaknya oleh mertua dan ipar. Tak kupedulikan Mas Bendu yang memanggil-manggil namaku saat aku masuk ke dalam kamar.

"Tuh, perempuan begitu kamu nikahin juga 'kan ibu sudah bilang dulu jangan nikah sama janda." terdengar samar cerocos mertua ketika aku sudah berada di dalam kamar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Madu dari Mertua dan Ipar   E.P 5

    Flashback, Siapa Sangka💙💙💙Tok... Tok... Tok..."Assalamu'alaikum, Pak." sapa Pak Heru sembari mengetuk pintu ruangan GM."Waalaikumsalam, silakan masuk." sahut Pak GM. Pak Heru pun membuka menekan handle pintu dan membiarkan pintu terbuka lebar."Yuk, mari masuk Bu," ajak Pak Heru. Aku mengikuti langkah pelan dari belakang, ada rasa gugup mungkin sekian bulan off kerja.Ruangan kerja GM lumayan luas, ada meja kerja, ada kursi tamu, dan beberapa lemari berkas. Ku sisir ruangan Pak GM ketika melangkah mendekati meja kerjanya. Berjalan beberapa langkah, kini aku dan Pak Heru tepat berada di depan meja kerja Pak GM, yang berada di dekat kaca jendela, lebih tepatnya kaca jendela berada di sebelah kiri Pak GM."Pak, ini dia karyawan baru yang saya sampaikan di telepon tadi," ujar Pak Heru membuka pembicaraan."Oh, iya, terima kasih. Silakan kembali!" Pak Heru pun meninggalkan ruangan GM tak lupa juga dia menutup pintu."Silakan duduk, saudari Liodra!" suruhnya. Dia tampak membuka berka

  • Madu dari Mertua dan Ipar   E.P 4

    Flashback, Bertemu dengan Aryo💙💙💙"Hallo, Assalamualaikum,""Hallo, Waalaikumsalam, Lio. Apa kabar?" tanya seseorang dibalik sana, hanya nomor saja yang muncul di layar handphoneku ketika panggilan masuk yang berdering."Ini, siapa yah?" tanyaku balik."Aryo, Lio. Ingat nggak?"Tentu saja aku ingat, mood ku yang tadinya netral sekarang berubah seketika setelah tahu siapa lelaki yang meneleponku. Dia juga salah satu lelaki yang tak punya hati. "Ngapain kamu nelfon?!" tanyaku ketus."Lio, kebetulan aku lagi di Padang, bisa kita bertemu?""Buat apa?! Buat nambah beban hidupku lagi? Iya?!" tanpa mengontrol bahasa ku menyelekit menjawab permintaan Aryo."Astagfirullah, tidak Lio. Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin memperbaiki semuanya yang terjadi.""Apa? Memperbaiki semuanya? Semua sudah jadi bubur Aryo. Nggak penting juga untukku." suaraku semakin meninggi.Untung saja aku bisa sedikit bersuara keras dikarenakan Pak GM, dengan Ningrum dan juga Aruma sedang tidak berada di tempat. Ni

  • Madu dari Mertua dan Ipar   E.P 3

    Flashback, Perceraian yang RumitRongga dadaku terasa sedikit lapang ketika sudah mengutarakan semuanya pada Mama, Papa, dan adik-adikku. Walau tak mudah bagi mereka menerima perlakuan mantan keluarga suamiku. Dan, untuk keluarga besar biarlah seiring berjalan waktu mereka tahu.Tepat dua minggu bercerai secara agama, setelah melengkapi semua berkas yang diperlukan, aku mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama tempat mantan suamiku. Siang ini aku akan melakukan pendaftaran gugatan cerai secara online, untung juga ada wabah begini, jadi aku tak perlu banyak meminta izin tidak masuk kantor. 'Kan nggak etis juga anak baru udah izin terus kerjaannya. Ketika sedang meng-upload beberapa berkas persyaratan, selalu saja banyak notif yang muncul di gawaiku, siapa lagi kalau bukan dari lelaki yang tak punya hati. Dia menerorrorku semenjak keributan di akad nikahnya bersama Leria.Tak sedikit chat yang berisi ancaman, terlebih dia tidak senang atas sikapku yang tak mau tahu ketika ibunya te

  • Madu dari Mertua dan Ipar   E.P 2

    Flashback, Pulang Kampung"Assalamu'alaikum, Mama!" panggilku sembari mengetuk pintu rumah. Sabtu kali ini aku memutuskan untuk pulang kampung, sampai saat ini hampir seminggu lamanya Mama dan keluarga ku yang lain belum tahu akan nasib akhir rumah tangga keduaku.Aku sengaja menutupinya, tak etis ku jelaskan lewat sambungan telfon. Pasti juga akan berbeda tanggapan Mama dan keluarga ku yang lainnya. Untung saja hari kerja efektifku hanya dari hari Senin hingga Jumat.Setelah menempuh perjalanan dari kota tempatku bekerja bisa atau kota yang menaruh penuh luka di pernikahan keduaku. Aku menaiki sebuah mobil minibus dan menempuh perjalanan lebih kurang 4 jam untuk sampai di kampung halaman."Waalaikumsalam," terdengar sahutan suara Mama dari dalam rumah. Jantungku berirama dengan tempo nggak karuan, ada rasa gundah, rasa takut, takut penyakit Mama kambuh, dan banyak hal lainnya semua bagai benang kusut dibenakku.Krek..."Masya Allah, kamu pulang, Nak." Spontan Mama memeluk tubuhku, pi

  • Madu dari Mertua dan Ipar   E.P 1

    Turun dari angkot lalu melenggang dengan mengatur nafas memasuki gedung Perusahaan Suka Jaya. Hari ini adalah hari pertama ku bekerja tentunya menjadi hari yang bersejarahh setelah beberapa bulan fakum dengan dunia pekerjaan.Rasaku masih campur aduk. Sedih dan rapuh masih terasa tetapi ada kelegaan setelah mengungkap semua kebusukan Bendu, Nini, dan mantan mertuaku. Nini dibawa oleh polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut tentang obat Narkotika jenis sabu yang dia konsumsi dibuktikan dengan beberapa barang bukti yang ditemukan di kamarnya.Doaku buruk, semoga saja dia tidak mendapatkan hak untuk direhabilitasi dan diberikan kurungan jeruji besi seberat-beratnya. Mulutnya yang tidak berbudi membuat pintu maaf ku untuknya tertutup. Sedangkan Bendu secara resmi telah batal menikah dengan Leria, Papanya sangat murka setelah mendengar semua kebusukan calon menantunya itu. Betapa tidak, dengan gamblang aku membongkar hutang piutang Bendu dan juga Papa Leria sudah mendengar dengan je

  • Madu dari Mertua dan Ipar   Bab 30. Ending

    Aku mendehem, tampak mereka dengan seksama menunggu kata-kata apa yang akan keluar dari mulutku yang selama ini diam membungkam. Untung saja aku masih waras, waras menghadapi orang gila seperti mereka."Sudahlah, tak perlu bermukadimah di sini. Aku hanya butuh talak dari lelaki tak tahu diri seperti kamu yang menjadikan pernikahan sebuah ajang pertaruhan hanya demi uang.""Lio, Mas bisa jelasin semuanya sama kamu, Dik. Mas minta maaf, tapi semuanya bisa Mas jelasin kok. Kamu jangan ngomong gitu. Kasihan calon anak kita, dia tidak salah apa-apa Lio.""Pak Bendu, mending diselesaikan dulu permasalahannya saya masih ada urusan untuk menikahkan pasangan pengantin yang lain, jadi mohon maaf." Pak Penghulu beserta dua orang temannya pun beranjak lalu meninggalkan rumah neraka ini."Pak, pak pak penghulu tunggu sebentar Pak." Leria berlari kecil untuk menahan kepergian Pak Penghulu, tetapi hasilnya nihil."Lio, maafkan Mas, Dik. Mas janji akan menjadi imam yang baik untuk kamu. Semua yang te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status