Mobil putih mewah itu kini melesat di jalan yang tidak terlalu ramai kendaraan. Asha hanya menatap keluar jendela tanpa membuka suara. Pikirannya dipenuhi oleh peringatan ibu mertuanya tadi, tentang melahirkan seorang anak.
Ia menghela napas gusar, mengingat keberuntungan belum memihak padanya. Sudah puluhan test pack yang ia gunakan, tetapi semuanya menampilkan sesuatu yang sama. Sama-sama mengecewakan.Ia terjingkat kaget saat sesuatu menjalar di punggung tangannya, Asha menoleh dan mendapati sang suami sedang tersenyum ke arahnya. Lelaki itu semakin menggenggam erat tangan istrinya. Meski tidak tahu apa yang sedang Asha pikirkan, ia hanya tidak ingin melihat Asha murung."Apa ada masalah?" tanya Luke dengan lembut.Asha berdehem kemudian menggeleng, satu tangannya terangkat, memegang tangan Luke yang kini berada di atas punggung tangannya."Tidak ada. Aku hanya penasaran kemana kau akan membawaku?" Asha mengalihkan pembicaraan, berusaha menghilangkan semua kecurigaan Luke."Kau akan tau sendiri nanti.""Suamiku ini begitu misterius, membuatku sedikit harus berhati-hati," godanya."Kau tidak akan bisa kabur dariku, domba kecil." Luke berkata seraya mencubit gemes hidung sang istri.Asha mencondongkan tubuhnya, membawa bibirnya mendekati telinga Luke. "Serigala jahat," bisiknya yang langsung berhasil membuat Luke tertawa."Baiklah, aku tidak akan mengganggumu lagi. Menyetirlah dengan benar, hm." Asha melepaskan genggaman mereka lalu membawa tangan besar itu kembali ke setir.***Asha berjalan dengan mata tertutup kain, Luke di sampingnya sambil menuntun sang istri agar berjalan dengan benar."Apa sudah sampai?""Diamlah, kau terus bertanya dari tadi. Sebentar lagi, hm. Sabarlah sedikit," jawab Luke."Aku sangat penasaran. Tempat seperti apa yang begitu istimewa?"Luke menahan tubuh Asha agar tidak berjalan lagi lalu ia berkata. "Sudah sampai. Hitungan ketiga, aku akan membuka penutup kain ini." Asha hanya mengangguk dan membiarkan Luke melakukannya sendiri."Satu ... dua ... tiga."Tepat di hitungan ketiga penutup kain itu terlepas dari matanya. Asha mulai membuka kelopak matanya secara perlahan. Cahaya gemerlapan langsung menyambut penglihatannya, membuat Asha tidak bisa untuk tidak berekspresi takjub.Sebuah meja persegi dengan dua kursi berseberangan. Terdapat beberapa lampu warna warni disekitaran meja itu membentuk sebuah tanda hati. Kegelapan tempat itu menjadi begitu indah dibantu oleh cahaya kerlap-kerlip. Sungguh sangat indah dan penuh keromantisan.Asha menoleh, memandang suaminya dengan ekspresi bahagia. Melihat hal itu, Luke menjadi senang, akhirnya ia bisa membuat sang istri kembali bahagia."Apa kau suka?""Tentu saja. Ini sangat indah Luke. Kau menyiapkannya sendiri?""Bukan. Tapi aku yang meminta didandani seperti ini."Luke membawa istrinya ke meja itu. Menarik kursinya dan membiarkan Asha duduk terlebih dahulu. Setelah Luke duduk di kursinya, lelaki itu menepuk tangannya dua kali. Tidak lama setelah itu, pelayan lelaki datang dengan membawa minuman anggur. Disusul pelayan lain yang membawa makanan yang tentunya sudah Luke siapkan."Luke, setelah begitu lama menikah. Kau tetap lelaki yang sama. Luke yang penuh suprise dan keromantisan," ucap Asha girang."Meski ribuan tahun lamanya. Aku akan selalu tetap sama, Luke yang mencintai Asha. Akan seperti itu selamanya." Luke memegang tangan istrinya. Membuat Asha melayang-layang sama seperti saat dulu, saat Luke menyatakan perasaannya.Luke beralih ke sebuah kotak kecil berwarna biru. Lelaki itu membukanya hingga terlihatlah sebuah kalung dengan manik berbentuk hati yang terbuat dari batu mutiara. Membuat Asha semakin berbinar takjub."Ini untukku?""Kita mau ke mana?" tanya Asha seraya menghentikan tarikan tangan sang suami. Luke menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sang istri yang masih menampakkan rasa takut. "Ke atas. Jika hanya di sini, kita tidak bisa melihat hal yang lebih menakjubkan lagi," terang Luke dengan senyum lebar. Bukannya berbinar atau antusias atas keterangan suaminya, Asha malah semakin mengerutkan dahi sembari menggigit bibir saat matanya menjelajahi eskalator yang bergerak ke atas membawa beberapa orang yang menaikinya. "Ayo." Luke kembali menarik tangan Asha. Namun kembali berhenti ketika wanita itu menolak ajakannya. Saat Luke menoleh lagi, ia langsung disambut gelengan kepala oleh istrinya. Membuat lelaki itu mengembuskan napas samar. "Bagaimana jika kita menunggu orang-orang itu untuk turun dulu. Baru kita ke atas," usul Asha. Mengetahui jika sang istri masih ditakuti oleh perasaannya akan robohnya bang
"Luke, ke mana kau mau membawaku? Biarkan aku tetap membuka mata dan melihat keindahan di negara ini," protes Asha yang entah sudah ke berapa kali. Ia kecewa karena sejak turun dari mobil sampai sekarang ia masih tidak bisa menikmati pemandangan di sekitarnya."Kenapa kau begitu cerewet Asha? Tidak bisakah kau membiarkan aku melancarkan kejutan?" Luke menahan tangan istrinya yang hendak membuka penutup mata.Di tengah mata tertutup itu, Asha mengerutkan kening. "Kejutan apa? Bukankah kau berjanji tidak akan merencanakan kejutan lagi?"Luke mendesah mendengar sang istri yang belum juga berhenti bicara. Dengan embusan napa kecil, ia mencoba sabar. "Kali ini beda. Kau bersamaku, jadi otomatis keselamatanmu terjamin.""Sudah jangan bicara lagi. Kau akan tau setelah kita sampai di sana," lanjut Luke yang kembali menuntun tubuh sang istri untuk kembali berjalan.
Luke membuka pintu kamar, tepat pada saat itu ia melihat Asha tengah merapikan kasur yang sepertinya tidak menyadari kedatangan dirinya.Dengan senyum yang telah terpasang, Luke menutup pintu dengan pelan tanpa memberi suara. Dengan langkah pelan juga ia menghampiri sang istri dan langsung memeluknya dari belakang.Asha yang tengah pokus dengan pekerjaannya, otomatis terkejut ketika sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Ia baru bisa bernapas lega setelah melihat siapa pelakunya."Luke, kenapa kau begitu suka mengejutkanku? Kau bahkan masuk tanpa bersuara," sungut Asha yang kembali melanjutkan kegiatannya tanpa mempedulikan sang suami yang semakin mengeratkan pelukan."Aku tidak mengejutkanmu. Kau sendiri yang terlalu pokus dengan pekerjaanmu sampai kau tidak menyadari kepulanganku," timpal Luke dengan nada tidak terima.Mendengar pernyataan dari sa
"Asal kau tau, butuh usaha keras untuk tidak memelukmu saat itu, Asha. Bagaimana bisa kau mengatakan jika aku tidak merindukanmu lagi?" ujar Luke setelah melepaskan tautan bibir mereka. "Lalu kenapa kau mengacuhkanku?" Pertanyaan itu membuat Luke merubah ekspresi, otaknya mengingat saat ia berada di pesawat ketika hendak pulang dari hanymoon. Entah ide dari mana ia ingin membuat kejutan yang benar-benar tidak terduga kepada sang istri. "Untuk memberimu kejutan di hari ulang tahunmu," sahut Luke setelah beberapa saat. "Ulang tahunku?" ulang Asha sebelum menggerakkan bola matanya ke sudut, setelah beberapa saat mengingat, ia tersenyum dan kembali menatap sang suami. "Aku bahkan tidak ingat jika hari ini adalah ulang tahunku. Sikapmu yang tiba-tiba berubah membuat pikiranku teralih, Luke." Asha memajukan bibir tanda protes.  
"Asha, kau tidak apa-apa?" Luke membantu istrinya duduk dengan hati-hati.Suara ringisan berhasil membuat kekhawatiran Luke semakin memuncak. "Ada apa? Apa yang sakit?"Bukannya menjawab, Asha malah menatap sang suami begitu dalam, bola matanya bergerak menjelajah setiap inci tubuh suaminya."Kau tidak terluka?" tanyanya seraya menyentuh wajah suaminya dengan penuh keharuan. Air matanya kembali merembes keluar, ia lega karena masih bisa melihat sang suami.Luke memegangi tangan yang terasa dingin di wajahnya lalu kemudian mengecup telapak tangan itu. Setelah itu ia langsung memeluk erat tubuh istrinya."Maafkan aku Asha. Maafkan aku, jika aku tidak merencanakan kejutan konyol itu. Mungkin sekarang kau tidak terluka seperti ini. Aku benar-benar payah karena telah membawamu ke lubang bahaya," ungkap Luke seraya membaui aroma sang istri. Ia semakin meme
"Kenapa kita berhenti di sini? Bukankah kita harus pergi ke hotel Admaja?" ujar Asha di tengah sesenggukan akibat terlalu khawatir akan kabar yang begitu mengejutkan.Asha celingak-celinguk menatap ke sekeliling dengan kerutan tebal di dahi. Karena mobil itu kini berhenti di pinggir jalan yang di kelilingi oleh hutan belantara.Tiba-tiba ia mengalihkan pandangan ke depan, tepat ke kaca spion tengah saat ia mendengar suara tawa menggema dari sang supir."Apakah kau sangat berharap jika suamimu celaka?"Mencium bau mencurigakan, barulah Asha mulai berpikir di otaknya. "Siapa sebenarnya kau? Di mana Luke?" teriak Asha yang tidak sabaran."Tenanglah Nyonya. Siapa yang bisa mencelakai suamimu itu, hah? Seharusnya sekarang kau pikirkan keselamatanmu sendiri." Setelah menyelesaikan kalimatnya, pria bertopi hitam itu turun dari mobil dan membuka pintu belaka