Share

Bab 2 Koma

Pria bertopeng itu membopong La Rossa dipelukannya, ia terus berlari menyusuri lorong kamar hotel dan keluar menuju parkiran basement hotel. Ia masuk kedalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi.

Lalu ia tiba disebuah Rumah Sakit, ia masuk melalui jalur khusus sambil membopong La Rossa dipelukannya, sorot matanya menunjukan kalau ia merasa cemas dengan keadaan La Rossa.

"Cepat siapkan ruang operasi, mana dr. Lucas?" tanya pria itu masih dalam posisi membopong La Rossa dalam pelukannya.

"Maaf tuan, dr. Lucas sedang cuti," jawab seorang perawat yang sedang berjaga.

Pria itu meletakkan La Rossa dibrangkar dalam ruang operasi sebuah Rumah Sakit ternama di Ibu Kota. Ia terlihat sangat ditakuti oleh para pegawai Rumah Sakit. Pria itu meraih handphonenya dari balik jubah hitamnya.

Ia terlihat sedang mencari sebuah kontak dan tidak lama kemudian ia menyambungkannya kepada orang yang namanya terpangpang dilayar telepon, Lucas nama yang ada dikontaknya.

"Cepat datang ke Rumah Sakit sekarang juga, sepuluh menit!" ucap pria bertopeng itu.

"Kamu gila ya, aku ini manusia bukan Om Jin yang bisa menghilang dalam sekejap mata," ucap seseorang yang ada diseberang telpon.

"Tidak ada penolakan," ujar pria bertopeng lalu menutup sambungan teleponnya.

"Beri penanganan pertama pada pasien, kenapa kalian hanya bengong saja. Rumah Sakit ini menggaji kalian untuk bekerja bukan untuk bengong, jika sudah tidak mau bekerja berikan surat pengunduran diri kalian," tegas pria bertopeng itu dengan nada dingin.

Tanpa menunggu instruksi kedua kalinya mereka langsung mengerjakan tugasnya, memberi pertolongan pertama pada La Rossa.

La Rossa masih menutup matanya rapat, sementara pria itu masih berdiri dengan angkuh dan arogannya, sikap dinginnya membuat suasana dalam ruangan itu terasa sangat mencekam. Ia melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangannya, sudah delapan menit berlalu, orang yang ia telepon belum juga kelihatan batang hidungnya.

'Sial kemana sibrengsek itu pergi!' umpat pria bertopeng itu kesal.

Ia gelisah dan merasa sangat khawatir dengan keadaan La Rossa yang mengalami luka tusuk diperutnya. Saat ia tengah merenung datang seorang dokter jaga menghampirinya.

"Permisi tuan, nona kehilangan banyak darah dan butuh transfusi darah ...," ucapan dokter itu terpotong.

"Lakukan yang terbaik," ucap pria bertopeng datar tanpa emosi dengan nada dingin.

"Masalahnya kami kekurangan stock darah AB-, golongan darah ini termasuk langka," ucap dokter itu.

"Cari sampai dapat!" ucap pria bertopeng itu dengan nada tinggi yang membuat dokter itu langsung pergi dari hadapannya tanpa menunggu perintah darinya untuk kedua kalinya. Akan berakibat sangat fatal jika ia mendapatkan perintah untuk yang kedua kalinya, tidak hanya dirinya yang ada dalam bahaya, bahkan keluarganya pun terancam.

Siapa yang tidak mengenal kekejaman pria bertopeng perak dengan ukiran bunga teratai disudut topengnya, selain kejam ia juga sangat dingin. Semua karyawan Rumah Sakit akan memilih menghindarinya jika bertemu atau berpapasan dengannya.

Tidak ada yang tahu wajah asli pria bertopeng itu, yang mereka tahu ia adalah pemilik dari beberapa Rumah Sakit terbesar dan terbaik yang ada di Ibu Kota.

"Ada apa?" tanya Lucas dengan nafas yang tersengal-sengal akibat ia berlarian disepanjang lorong Rumah Sakit.

"Cepat lakukan perawatan untuk gadis yang ada diruang operasi itu, aku tidak mau menerima kata gagal!" ucap pria itu dingin.

"Aku bukan Tuhan!" tegas Lucas.

"Lakukan saja yang terbaik!" balas pria bertopeng itu dingin.

"Huh! Kebiasaan selalu saja semaunya sendiri, masih saja sama tidak pernah berubah," dengus Lucas kesal dengan perintah pria bertopeng itu.

"Lakukan saja! Keluarkan semua kemampuanmu untuk menyembuhkannya, untuk apa menyandang gelar Dokter terbaik jika kamu tidak mau menyelamatkan nyawanya," cibir pria bertopeng itu.

"Kebiasaan selalu saja membawa-bawa gelar untuk mengancamku," ujar Lucas sambil pergi dari hadapan pria bertopeng itu dan memasuki ruang operasi.

Lucas melihat sudah banyak Dokter dan Perawat dalam ruang operasi itu, ia hanya menggelengkan kepalanya saja sambil menghampiri kerumunan para Dokter terbaik yang ada di Rumah Sakit ini.

"Apa yang terjadi?" tanya Lucas.

Kerumunan itu memberi ruang untuk Lucas ketika mereka mendengar suaranya, Lucas maju kedepan dan ia melihat seorang gadis tengah terbaring dengan mata yang terpejam. Ia menatap wajah gadis itu lekat-lekat dan ada semburat senyuman dibibirnya,

Kini ia paham kenapa pria bertopeng itu mendesak dirinya untuk menanganinya. Lucas memeriksa gadis itu dia sangat terkejut ketika melihat luka yang panjang dan sangat dalam diperut gadis itu. Ususnya hampir keluar dan darah terus mengalir dari luka yang menganga itu.

Ia lalu melakukan operasi dan meminta Dokter yang lainnya untuk membantunya, rupanya La Rossa tidak hanya mengalami luka tusuk saja, ia juga mengalami gejala keracunan.

"Dok, pasien ini tidak hanya kehilangan banyak darah tapi ia juga keracunan, dan racun itu sudah hampir menyebar keseluruh darahnya,

" ucap salah satu Dokter yang ada di ruangan itu.

"Kalian sudah menetralkan racunnyakan?" tanya Lucas.

"Sudah, hanya saja kami mengalami kendala yaitu tidak adanya stock darah AB-, kami sudah menghubungi beberapa Rumah Sakit dan mereka tidak memilikinya," ucap dokter itu menjelaskan kondisi pasien.

"Apa tidak tersisa sedikit pun?" tanya Lucas.

Mereka semua menggelengkan kepala, raut wajah mereka sudah menampakkan kekhawatiran yang tak bisa dilukiskan.

Mereka semua sudah membayangkan hal terburuk yang akan terjadi pada mereka, saat semuanya tengah tegang dan khawatir, pintu ruang operasi terbuka dan datang lah seorang dokter dengan wajah lelahnya.

Ia menenteng kantong darah ditangannya. Melihatnya membawa kantong darah semua orang bernafas lega, tanpa menunggu lama lagi mereka melakukan operasi pada La Rossa, jika tidak cepat ditangani taruhannya adalah nyawa.

Dua jam sudah mereka berkutat diruang operasi dan akhirnya dengan wajah yang lusuh Lucas keluar dari ruang operasi dan memberi khabar prihal kondisi La Rossa pada pria bertopeng itu.

"Bagaimana?" tanya pria bertopeng itu dengan nada cemas dan khawatir.

"Semuanya lancar, tapi___"

"Tapi apa?" tanya pria bertopeng itu dengan tidak sabar.

"Tapi dia mengalami koma," ucap Lucas.

"Apa maksudmu dengan koma?" kembali pria bertopeng itu bertanya cemas.

"Siapa dia?" tanya Lucas, "Kenapa kamu begitu mencemaskannya?"

"Bukan siapa-siapa," jawab dingin pria bertopeng.

"Ayolah, aku tahu siapa kamu, untuk apa menutupinya dariku," desak Lucas.

"Sekarang pindahkan dia keruang VVIP, dan jangan sampai ada seekor lalat pun yang tahu tentang dia," perintah pria bertopeng berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Lakukan saja sendiri!" ujar Lucas dengan nada marah dan kesal, lalu ia pun pergi dari hadapan pria bertopeng itu.

'Huh! Enak saja ia main perintah, kalau bisa lakukan saja sendiri,' dengus Lucas kesal.

Ia pun meninggalkan Rumah Sakit itu tanpa menoleh sedikit pun kebelakang, ia sudah mengenal pria bertopeng itu selama puluhan tahun, jadi dia tidak merasa takut terhadapnya. Hanya segelintir orang saja yang mengetahui identitas asli dari pria bertopeng itu termasuk dirinya.

Ia meminta pada para perawat untuk memindahkannya ke ruangan VVIP dan membawa semua peralatan yang ada diruangan ICU untuk dipindahkan ke ruangan VVIP.

Selama La Rossa koma, ia selalu ada disampingnya. Ia dengan setia menemani La Rossa meski hanya dimalam hari saja.

Satu bulan sudah La Rossa berada dalam perawatan di Rumah Sakit itu, selama itu pula ia belum ada tanda-tanda akan sadar, dan pria bertopeng itu selalu menemaninya dengan setia.

"Cepatlah sadar, apa kamu tidak ingin melihat kembali indahnya dunia?" ucap pria itu lirih ditelinga La Rossa.

"Apa kamu tidak ingin bertemu denganku?" lanjut pria itu bertanya pada La Rossa yang tengah terbaring tanpa bergerak.

"Aku merindukanmu," ucap Pria itu sambil menggenggam erat tangan La Rossa, lalu ia mendekat ke wajah La Rossa.

Ia mencondongkan badannya membungkuk mendekatkan kepalanya ke wajah La Rossa, ia mengelus lembut pipi mulusnya lalu ia juga menyentuh bibir pucat La Rossa dengan ujung jarinya. Ia lalu mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir tipis La Rossa, tiba-tiba pintu kamar terbuka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status